Laman

new post

zzz

Senin, 17 September 2018

TT B C1 Perintah Membaca dan Belajar (Q.S Al Alaq Ayat 1-5)


KEWAJIBAN BELAJAR ”GLOBAL”
Perintah Membaca dan Belajar (Q.S Al Alaq Ayat 1-5)
Muhammad Ali Irfan
NIM: 2117032
Kelas: B

JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM PEKALONGAN
2018



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha Esa telah melimpahkan rahmat serta hidayah kepada kita semua, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul: “Kedudukan ilmu pengetahuan dalam persepsi Al-Qur’an”              
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada. Materi-materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam memahami tentang Kedudukan ilmu pengetahuan dalam persepsi Al-Qur’an.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan mampu mengamalkan isi dari makalah ini.



Pekalongan,24 September 2018


Penulis




DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………….........i
Daftar Isi………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….
A.    Latar Belakang…………………………………………..…….1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………..1   
C.     Tujuan………………………………..………………………..1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………
A.    Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan……………………….2
B.     Dalil dan perintah membaca dan belajar atas nama tuhan……........3-4
C.     Membaca teks dan konteks...............................................................5
BAB III PENUTUP……………………………………………………..….
Kesimpulan…………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………7








BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang         
Ilmu pengetahuan adalah anugerah yang sangat agung dan rahasia ilahi yang paling besar dari sekian banyak rahasia allah di alam ini. Allah menciptakan dan membentuk manusia dengan  perangkat akal dan pikiran yang rensponsif terhadap berbagai fenomena kehidupan di muka bumi, serta berbagai macam tanda kebesarannya dijagad raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dikukuhkan menjadi pembawa risalah ke khilafan di muka bumi, yang memiliki kewajiban untuk memakmurkan dan  mengembangkannya.
Ilmu sendiri itu dapat diartikan pula sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan manusia serba membutuhkan ilmu pengetahuan . orang yang memiliki ilmu derajatnya dibedakan dengan orang yang tidak memiliki ilmu, ilmu juga merupakan kunci dari kebahagian dunia dan akhirat, jika manusia ingin mendapatkan keridhoan Allah maka manusia harus beribadah menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya itu juga harus mengunakan ilmu.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana maksud dari ilmu sebagai jendela ilmu?
2.      Apa dalil yang menjelaskan  tentang kewajiban belajar?
3.      Bagaimana pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia?
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui ilmu pengetahuan sebagai jendela ilmu
2.      Untuk mengetahui  kewajiban  belajar
3.      Untuk mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Membaca adalah Jendela Ilmu Pengetahuan
Banyak ayat al-quran yang mendorong manusia agar mempelajari fenomena alam, seperti unta, angkasa, bumi, gunung, manusia, dan ufuk. Hal ini adalah fenomena alam ini mesti dipelajari agar manusia mendapatkan ilmu mengenainya. Ayat-ayat itu selain menggambarkan seuatu yang dipelajari, ia juga medeskripsikan cara-cara menapatkan ilmu mengenainya. Menurut al-quran, ilmu itu dapat diperoleh melalui tiga hal, yaitu rasional, empiris dan wahyu atau ilham.
Mendapatkan ilmu melalui rasio, misalnya, berbicara tentang embriologi. Secara tekstual, mendeskripsikan proses kejadian perjalan hidup manusia, mulai dari tanah sampai kepada penentuan nasibnya yang abadi; surga atau neraka. Pembelajarn oleh al-uran melalui embriologi bertujuan untuk menyakinkan manusia bahwa hidupnya pasti akan berakhir dan ia akan mengalami kebangkitan. Artinya manuia di tuntut melakukan penalaran agar mendapatkan ilmu. Dan ilmu yang diperoleh berdampak tehadap keimanan kepadanya. Menurut pespektif al-quran, pengetahuan tidak hanya di dapatkan melalui empiris atau pengalaman indrawi serta penalaran rasional semata, tetapi juga bisa didapatkan melalui ilham.
Dengan demikian ilmu pengetahuan itu tumbuh dan berkembang dalam diri manusia melalui pengalaman empiris, rasional dan ilham yang masuk melalui indra, baik zahir, batin, maupun qalbu. Dengan kata lain indra merupakan bagian dari unsur kepribadian manusia yang menjembatani massuknya ilmu pengetahuan kedalam diri, sehingga ilmu tersebut menjadi internal kepribadian manusia[1].

                                             

B. Dalil perintah membaca dan belajar atas nama Tuhan (Religius)
Sejak awal kehadirannya islam telah memberikan pengertian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Hal ini dapat pada lima ayat pertama dalam surat al-alaq ayat 1-5[2]:

Ayat ini mengajarkan,bahwa membaca sebagai salah satu aktivitas belajarmesti berangkat dari nama tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu. Dengan demikian, belajar mesti berangkat dari keimanan dan berorientasi untuk memperkuatnya. Penguasaan  ilmu adalah sebagai modal yang dapat menambah dan memperkokoh keimanan terebut. Dan hasilnya adalah tunduk dan patuh kepada sang khaliq. Ketauhidan yang dijadikan prinsip utama dalam belajar lebih jauh menggambarkan keikhlasan dan tujuan pencarian ilmu. Ikhlas dalam belajar berarti brsih dari tujuan dan kepentingan duniawi. Maka mendapatkan kelapangan pekerjaan seharusnya tidak dijadikan sebagai tujuan utama dalam belajar. Ia mesti dipandang sebagai akibat dari penguasaan ilmu pengetahuan. Zarmuji menegaskan belajar tidak boleh diniatkan untuk mencari kemegahan duniawi dan popularitas. Tetapi belajar diniatkan atau dimaksudkan untuk mencari ridho allah, menghilangkan kebodohan dari dirinya, dan menghidupkan api islam. Sebab agama tidak akan hidup tanpa ilmu.
Sementara al maraghi melihat ayat tersebut menjelaskan bahwa allah swt, yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia, dan memberi potensi untuk berasimilengan segala sesuatu yang ada di alam jagad raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaannya, sehinnga manusia dapat menguasai bumi dan segala isinya. Kekuaaan aAlah SWT, itu dapat diperlihatkan ketika Nabi Muhammad SAW dapat membaca sekalipun sebelum itu ia belum pernsh mmbaca[3].
Dalam tafsir al misbah Q.S Al-al-alaq (96):1-5 terdapat beberapa nilai pendidikan islam, diantara lain: yaitu : nilai pendidikan islam dalam surat al alaq hanya terkait dengan nilai pendidikan aqidah, syariah dan akhlaq. Nilai pendidikan akidah terdapat pada ayat 1-3 yang memiliki arti penafsiran yang bernilai pendidikan akidah yang mengajarkan kepada umat manusia untuk membaca dengan menyebut nama Allah swt yang maha pencipta dan maha pemurah. Nilai pendidikan syariah (ibadah ghairu mahdah) terdapat pada ayat kedua tentang penciptaan manusia yang beraal dari ala (segumpal darah) yang memiliki arti bergantung dengan yang lain. Nilai pendidikan akhlaq tersurat pada ayat ke 1-2, yatu perilaku ikhlas,sosial dan juga optimis yang tersirat pada ayat ke 3-5. Hal ini sesuai dengan data, bahwa terdapat nilai akidah dan akhlaq Nabi Saw  yang menjadi suri tauladan yang baik. Selain itu juga terdapat nilai pendidikan akal pada ayat 1-5, bahwa membaca itu tidak harus dari bacaan tertulis saja. Hal ini sesuai dengan data, bahwa pentingnya membaca alam semesta dan lingkungan sekitar untuk menghadapi kehidupan ketika terjun di masyarakat[4].
Betapa pentingnya ilmu pegetahuan dalam kehidupan manusia tidak diragukan lagi. Dalam melaksanakan pekerjaan dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang terbesar-besarnya, manusia mendapatkan ilmu pengetauan. Dalam al-quran dapat dilihat bahwa setelah allah menyatakan adam sebagai khalifah dimuka bumi, maka ia dipersiapkan dengan ilmu pengetahuan[5].



C. Membaca Teks dan Konteks
Membaca merupakan suatu proses menangkap atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang, dan mereflesikan  atau bertindak sebagaimana yang dimaksud dari konsep-konsep itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mengoperasikan berbagai ketermpilan untuk memahami kata-kata dan kalimat, tetapi juga kemampuan menginterpretasi, mengevaluasi, sehingga memperoleh pemahaman yang komprehensif. Dalam membaca secara konteks itu penting karena apabila tanpa mengetahui konteks kita pasti salah paham dan bingung..
Dengan demikian bahwa membaca sebagai salah satu  aktivitas belajar mesti berangkat darai nama tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu, Dengan demikian, belajar mesti berangkat dari keimanan dan berorientasi untuk memperkuatnya. Penguasaan ilmu sendiri adalah sebagai modal yang dapat menambah dan  memperkokoh keimanan tersebut. Dan hasilnya adalah tunduk dan patuh kepada sang khaliq.











Kesimpulan
Mempelajari al-quran, dengan membaca dan memahami serta mengamalkan isi kandungannya, bisa membuat pembacanya mendapatkan hidayah. dan peroleh idayah dari mempelajari al-quran merupakan keberuntungan bagi orang yang mempelajarinya. Dan sebaliknya, tidak mempelajari dan mengamalkan isi kandungannya merupakan kesengsaraan dalam bentuk kesesatan. Dan dalam membaca adalah sebagai salah satu aktivitas belajar mesti berangkat dari nama tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu. Dengan demikian, belajar mesti berangkaat dari keimanan dan berorientai memperkuatnya.












DAFTAR PUSTAKA
Eprints.Ums.ac.id       
  Yusuf M Kadar.Tafsir Tarbaw. ( Jakarta: AMZAH, 2013)
Oaji. Net
 Umar Bukhari.  Hadis Tarbawi  ( jakarta: AMZAH, 2012)















Nama                   : Muhammad Ali Irfan
TTL                      : Tegal, 23 Maret 1999
Alamat                 : Jl. Kepodang  No.2 Rt 01/01 Desa Tembok Kidul                       kec.Adiwerna kab.Tegal
Riwayat Pendidikan :     TK Masyitoh Tembok Kidul
                                      MI Miftakhul Athfal Tembok Kidul
                                      MTs NU Sunan Kalijaga Adiwerna Tegal
                                      MAN Babakan Lebaksiu Tegal   
                                     






[1] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, ( Jakarta: AMZAH, 2013), Hlm. 25-29
[2] Oaji. net
[3] Oaji.net
[4] Eprints.Ums.ac.id
[5] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi  ( jakarta: AMZAH, 2012), Hlm. 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar