Makalah Hadits
Tarbawi II
Proporsional Dalam Mendidik
Mata
Kuliah : Hadist Tarbawi II
Dosen
Pengampu :
Muhammad Ghufron, M.S.I
Disusun
Oleh:
Muh Syarifudin
202109276
Kelas B
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Pendidikan dalam
keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga dikatakan
sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap anak dilahirkan
ditengah-tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama di dalam
keluarga. Dikatakan utama karean pendidikan yang terjadi dan berlangsung dalam
keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak
selanjutnya.
Lingkungan
keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh
terhadap perilaku dan perkembangan anak didik.Bilamana keluarga itu beragama
Islam maka pendidikan agama yang diberikan kepada anak adalah Pendidikan Islam.
Dalam hal ini Pendidikan Islam ditujukan pada pendidikan yang diajarkan Allah
melalui Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Nabi.
Salah satu
pendidikan yang awal dalam mendidik keluarga versi Islam adalah dengan
memberikan pendidikan shalat. Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang tua
untuk memberikan pendidikan shalat kepada anak, namun tidak serta merta
memberikan dengan cara yang sembarangan, tetap ada adab dan etika serta
nilai-nilai pendidikan dalam menjalankannya. Disamping itu, pendidikan terkait
dengan perilaku atau khususnya pada anak yang sudah baligh yang sudah mengenal
lawan jenis, atau dalam bahasa sekarang disebut dengan “sex education”
bagaimana orang tua mendidik anaknya untuk senantiasa menutup aurat dalam
keseharian.
Pendidikan shalat
dan perintah menutup aurat merupakan dua hal yang sangat terkait, sebab dalam
shalat sendiri salah satu syarat syahnya adalah dengan menutup aurat. Disamping
itu, Rasul juga memberikan teladan bagi orang tua untuk bisa mendidik anaknya
dengan lembut, tidak kasar, membentak. Sebagaimana dalam hadis berikut ini yang
menjelaskan tentang bagaimana Rasul mengajarkan untuk mendidik anak melakukan
shalat dan batasan aurat yang harus tidak boleh dilihat walaupun oleh orang
tuanya sendiri serta hadis tentang bagaimana larangan berkata keras dalam
kehidupan sehari-hari dengan keluarga.
A. Hadits I
عن عمر و بن شعيب عن أبيه عن جده قال:
قال رسو ل االه صلى الله عليه وسلم (مرواأبناءكم با الصلا ة لسبع سنين واضربوهم
عليها لعشر وفرقوابينهم فى المضاجع وإذاانكح احدكم عبده أوأجيره فلا ينظرن إلى شيئ
من عورته فإن ما أسفل من سرته إلى ركبته من عورته) (رواه أحمد فى المسند المكتثرين
من الصحابة)
B. Makna Hadits
Artinya:”Dari amru bin syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata,bahwa
rasulullah saw bersabda:suruhlah anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat
sejak mereka berusia tujuh tahun.dan pukullah mereka jika melalaikannya,ketika
mereka berusia sepuluh tahun,dan pisahkanlah tempat tidur mereka,dan ketika
salah satu di antara kamu menikahi budak atau pelayanmu,maka janganlah melihat
sesuatu dari auratnya,maka sungguh aurat itu berada di bawah fusar sampai
lutunya.’’
(Hr.ahmad,musnad mukasirin min shahabah )
C. Mufrodat
مروا Suruhlah
أبناء Anak-anak
واضربو Pukullah
وفرقو Pisahkanlah
عبده budak
أوأجيره atau pelayanmu
D. Biografi Perowi
عمرو
بن شعيب عن أبيه عن جده
Seperti dalam hadits riwayat Imam Ibnu Majah di
atas, maka maksudnya adalah ‘Amr bin Syu’aib bin Muhammad bin Abdullah bin ‘Amr
bin al ‘Ash dari bapaknya, yakni Syu’aib, dari kakeknya, yakni kakek dari
Syu’aib yang bernama ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, bukan kakek dari ‘Amr,
yang bernama Muhammad bin ‘Abdullah, karena kalau yang dimaksud kakek di sini
adalah Muhammad maka haditsnya mursal karena Muahammad ini tidak bertemu dengan
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Wallahu a’lam
E.
Keterangan Hadits
Rosullah
memerintahkan orang tua untuk menyuruh anaknya untuk melakukan sholat ketika
umur tujuh tahun dan apabila anak itu tidak mau melakukannya maka di
perbolehkan untuk memukulnya ketika umurnya sudah 10 tahun, dan juga dilarang
untuk tidur bersama orangtuanya. Memukul disini tidak boleh sampai menyakiti
dan juga tidak boleh memukul di bagian wajah.
F.
Aspek Tarbawi
1.
Ibu bapa dipertanggungjawabkab mengajar anak-anak
mengerjakan sembahyang.
- Islam mengajar cara pengajaran yang baik dikalangan anak-anak.
- Menyuruh anak-anak melakukan sembahyang merupakan kewajipan bagi setiap ibu bapa dan penjaga.
- Ketika mumaiyiz anak-anak hendaklah diasingkan tempat tidur mereka.
- Peringkat umur tujuh tahun adalah sesuai untuk disuruh mengerjakan suruhan Allah.
- Islam mendedahkan satu teori pendidikan anak-anak dengan menitikberatkan amalan-amalan agama.
A. Hadist II
حدثنا إسحاق بن أبي إسرائيل قال حدثنا
النضر بن علقمة أبو المغيرة عن داود بن علي عن أبيه عن بن عباس : { أن النبي صلى الله عليه و سلم أمر بتعليق السوط في البيت
} (رواه البخارى فى الأدب المفرد, باب تعبيق السوط فى البيت : 1229 ) [ ص 422 ] قال الشيخ الألباني : صحيح
B. Makna Hadits
“ Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Abi Isra’il,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Nadhr bin Alqamah, Abul Mughirah,
dari Daud bin Ali, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “sesungguhnya
Nabi menyuruh untuk menggantung cemeti di rumah”.
C. Mufrodat
أمر Menyuruh
بتعليق Menggantung
السوط Cemeti
في البيت Di rumah
D. Biograi Perowi
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih
terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir di kota Bukhara,
Turkistan.
Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.
Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.
Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.
Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim.
Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau pernah berkata, “Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak shahih”. Pada kesempatan yang lain belau berkata, “Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya”.
Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, “Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari, pent.)?” Beliau menjawab, ”Semua hadits yang saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya”.
Anugerah Allah kepada Al Imam Al Bukhari berupa reputasi di bidang hadits telah mencapai puncaknya
G.
Keterangan Hadits
Hadits
tersebut menerangkan bahwa perintah Rasulullah kepada kita untuk menggantungkan
cemeti di dalam rumah, hadits tersebut bukan bermaksud agar orang tua saling
memukul anggota keluarganya akan tetapi maksudnya adalah sekedar untuk membuat
rasa takut terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka bisa atay mampu
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bersifat buruk atau terrcela.
H. Aspek Tarbawi
1.
Pendidik hendaknya bersifat tegas terhadap anak didik
2.
pendidik hendaknya mempunyai sifat yang berani dalam mengambil keputusan.
3.
pendidik hendaknya dapat membuat anak didik merasa nyaman dalam menerima
pelajaran.
Daftar
pustaka
Taysir Musthalah al Hadits, Dr.
Mahmud Ath-Thahhan, hal. 236, Maktabah al Ma’arif
istiqomah 2021111115
BalasHapusyang saya tanyakan:
ada seorang anak, maaf anak tersebut mengalami cacat mental, tetapi anak tersebut pandai, hanya saja dia sering dijauhi temannya, bagaimana caranya orang tua menyikapi anak (autis) tersebut ?
bagaimana solusinya agar anak tersebut bisa percaya diri dalam kehidupan sehari- hari???
Ida Syarifah R 2021110015
BalasHapusBagaimana jika kita sudah mendidik dengan cara yang sesuai agama, namun anak tersebut tetap saja membangkang,,,, bahkan sangat sulit sekali dikendalikan. Menurut anda, bagaimana cara mendidik anak yang benar2 di atas rata2 atau sifatnya tidak sesuai dengan anak sebaya dia,,,?!