Laman

new post

zzz

Kamis, 04 April 2013

a8-2 haikal sy



PEMBAHASAN


A.   Hadits Bahasa Manusia
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَا بِتٍ قَالَ: { اَمَرَنِيْ رَسُوْلُ الله ص.م. اَنْ اَتَعَلَّمَ لَهُ كَلِمَاتٍ مِنْ كِتَابٍ يَهُوْدَ قَالَ اِنِّي وَالله مَااَمَنُ يَهُوْدَ عَلَى كِتَابِيْ قَالَ فَمَا مَرَّبِى نِصْفُ شَهْرٍ حَتَّى تَعَلَّمْتُهُ لَهُ قَالَ فَلَمَّا تَعَلَّمْتُهُ كَانَ اِذَا كَتَبَ اِلَى يَهُوْدَ كَتَبْتُ اِلَيْهِمْ وَاِذَا كَتَبُوْا اِلَيْهِ قَرَأْتُ لَهُ كِتَابَهُمْ } قَالَ اَبُوا عِيسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رُوِي مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَوَاهُ الأَعْمَشُ عَنْ ثَابِتِ بْنِ عُبَيْدٍ الأَنْصَارِيِّ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ { اَمَرَنِيْ رَسُوْلُ الله ص.م. اَنْ اَتَعَلَّمَ السُرْيَانِيَّةَ }  (رواه الترمذي فى الجامع, كتاب الاِستئذان والأداب عن رَسُوْلُ الله ص.م., باب ماجاءفى تعلم السريانية)
Dari Zaid Bin Tsabit berkata : “Rosulullah SAW memerintahkan kepadaku untuk mempelajari beberapa kalimat dari kitabnya orang yahudi, beliau bersabda : Sesungguhnya demi Allah aku tidak merasa aman kepada orang yahudi terhadap suratku, Zaid berkata maka tidak lebih dari setengah bulan aku belajar hingga aku selesai mempelajarinya untuk beliau. Zaid berkata maka setelah aku mempelajari kitabnya orang yahudi, apabila Rosulullah berkirim surat kepada orang yahudi, maka aku yang menuliskannya kepada mereka, dan apabila mereka berkirim surat kepada Rosulullah, maka aku yang membacakan untuk Rosullullah.” (HR. At-Tirmidzi)

B.   Mufrodat

Terjemah
Mufrodat
Rasulullah memerintahkan
أمرني رسول الله صلعم
aku agar belajar untuk beliau
أن أتعلم له
bahasa kitab orang Yahudi
كلمات من كتاب يهود
aku tidak merasa aman kepada orang Yahudi
ما أمن يهود
terhadap suratku
على كتا بي
Maka tidak lewat setengah bulan aku belajar
فما مر بي نصف شهر
sehingga selesai aku mempelajarinya untuk beliau
حتى تعلمته





C.     Biografi Zaid bin Tsabit
  
                                    Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari (612 - 637/15 H), (Bahasa Arab: زيدبن ثابت), atau yang lebih dikenal dengan nama Zaid bin Tsabit, adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dan merupakan penulis wahyu dan surat-surat Rasulullah SAW.
                                    Zaid bin Tsabit merupakan keturunan Bani Khazraj, yang mulai tinggal bersama Muhammad ketika ia hijrah ke Madinah. Ketika berusia 11 tahun, Zaid bin Tsabit dikabarkan telah dapat menghafal 11 surah Al-Quran. Zaid bin Tsabit turut serta bersama Muhammad dalam perperangan Khandaq dan peperangan-peperangan lainnya. Dalam peperangan Tabuk, Muhammad menyerahkan bendera Bani Najjar yang sebelumnya dibawa oleh Umarah kepada Zaid bin Tsabit. Ketika Umarah bertanya kepada Rasulullah SAW, ia berkata: "Al-Quran harus diutamakan, sedang Zaid lebih banyak menghafal Al-Quran daripada engkau."
                                    Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan 92 hadist, yang 5 daripadanya disepakati bersama oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim. Bukhari juga meriwayatkan 4 hadist yang lainnya bersumberkan dari Zaid bin Tsabit, sementara Muslim meriwayatkan satu hadist lainnya yang bersumberkan dari Zaid bin Tsabit. Zaid bin Tsabit diakui sebagai ulama di Madinah yang keahliannya meliputi bidang fiqih, fatwa dan faraidh (waris).
                                    Zaid bin Tsabit diangkat menjadi bendahara pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar. Ketika pemerintahan Khalifah Utsman, Zaid bin Tsabit diangkat menjadi pengurus Baitul Maal. Umar dan Utsman juga mengangkat Zaid bin Tsabit sebagai pemegang jabatan khalifah sementara ketika mereka menunaikan ibadah haji.
Ia wafat di Madinah pada tahun 45 H dalam usia 56 tahun (dalam riwayat lain ia wafat tahun 51 H atau 52 H).[1]
D.   Keterangan Hadits
Dalam hadis ini Nabi SAW menganjurkan Zaid Ibn Tsabit untuk mempelajari bahasa Suryani. Muncul sebuah pertanyaan, kenapa Nabi SAW menganjurkan sahabat dan sekretaris beliau tersebut mempelajari bahasa Suryani? Dari sejarah peradaban dapat diketahui bahwa, banyak ilmu-ilmu Yunani telah diterjemahkan kedalam bahasa Suryani, misalnya filsafat, astronomi, matematika, kedokteran, dan lain-lain. Ini berarti bahwa, Nabi SAW menganjurkan umat Islam mempelajari filsafat, astronomi, matematika dan kedokteran yang terdapat dalam bahasa Suryani tersebut.[2]
Pendalaman bahasa asing apabila anak telah menguasai bahasa Arab dengan baik dan telah menghafal sebagian Ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis,maka tidak ada salahnya anak didorong untuk mempelajari bahasa asing. Denagan tujuan agar mampu membuka wawasan pengetahuannya lebih luas lagi. Diharapkan juga sejak usia dini mereka sudah mulai mengenal kunci pengetahuan dunia selain Islam. Tidak saja terbatas pada upaya untuk menambah wawasan pengetahuan mereka tapi juga penguasaan bahasa asing ini akan membuka kemungkinan generasi baru Islam nanti dapat mengenalkan Islam pada mereka yang belum mengenalnya karena keterbatasan perbedaan bahasa, sekaligus mengajak mereka untuk kembali menempuh jalan Allah. Sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah Saw. Ketika beliau hijrah dari dari Makkah menuju Madinah. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Ibnu Asakir dari Zaid bin Tsabit r.a. dia berkata: “ketika Nabi Saw. tiba di Madinah orang orang menemui beliau, saat itu aku bersama para penyambut Nabi Saw. ketika mereka berkata, ‘Ya Rasulullah, ini adalah anak dari Bani Naja. Dia telah membaca dan menghafalkan ayat-ayat yang telah diturunkan padamu sebanyak 17 surah. ‘Maka akupun membacakannya, dan ini membuat Rasulullah Saw. takjub dengan kemampuanku, lalu beliau berkata, ‘Hai Zaid, pelajarilah kitab-kitab Yahudi karena sesungguhnya aku tidak mempercayai sikap mereka terhadap suratku.” Akupun mempelajarinya selama lima belas hari hingga menguasai bahasa kaum Yahudi, maka aku pun menjadi penulis surat yang beliau bacakan untuk dikirim pada kaum Yahudi dan membacakan apa yang mereka tulis untuk beliau.
Diriwayatkan juga oleh Abu Ya’la, Ibnu ‘Asakir dan Ibnu Abu Daud dari Zaid yang mengatakan bahwa suatu hari Rasulullah bertanya padaku, “Apakah engkau menguasai bahasa Suryani?” Aku jawab, “Tidak.” Beliau lalu memintaku untuk mempelajarinya, kemudian aku pun dapat menguasai bahasa Suryani dalam tujuh belas hari.
Dan diriwayatkan oleh A-Hakim didalam Mustadrak-nya dari ‘Umar bin Qais, dia menceritakan bahwa Ibnu Zubair memiliki seratus budak. Masing-masing dari mereka mempunyai bahasa tersendiri. Dan Ibnu Zubair berbicara pada mereka dengan bahasa masing-masing pula.[3]
Perintah (khitab) Nabi kepada Zaid ibn Tsabitbitu berlaku juga bagi semua umat Islam hingga akhir zaman. Banyak pakar hadis yang telah memberikan penilaian atau kritik terhadap kualitas hadis yang diriwayatkan al-Tirmizi ini. Salah seorang diantaranya adalah Syekh al-Bani. Menurutnya, kualitas hadis ini adalah Hasan Sahih.
Oleh sebab itu, kaum muslimin dahulu tidak segan-segan mempelajari bahasa asing. Kebutuhan kepada bahasa semakin bertambah ketika dunia Islam semakin luas, dan banyak bangsa-bangsa mempunyai bahasa-bahasa, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan asli memasuki agama Islam yang bahasanya perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Begitu pula dengan kebutuhan terhadap bahasa asing ini bertambah besar ketika kehidupan di dunia Islam bertambah kompleks dan fungsi negara semakin banyak, keadaan ekonomi, sosial dan kebudayaan bertambah baik. Sehingga kebutuhan menerjemahkan apa yang di tulis pada kebudayaan-kebudayaan lain termasuk ilmu pengetahuan, surat menyurat, dan falsafah yang berguna untuk memberi kemaslahatan kepada masyarakat islam dan kebudayaan islam.[4]
E.    Aspek tarbawi

Hadits tersebut menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu, disamping belajar ilmu agama juga belajar ilmu umum. Ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan manusia lebih unggul dari makhluk yang lain. Sejak diciptakan manusia telah mempunyai potensi berilmu dan mengembangkan ilmunya atas izin Allah.[5] Manusia didunia ini mempunyai tugas sebagai khalifah, manusia telah dibekali akal oleh Allah untuk bisa sebaik-baiknya memanfaatkan alam raya ini untuk kesejahteraan hidupnya dan juga untuk kesejahteraan kehidupan makhluk Allah yang lain. Untuk dapat memanfaatkan potensi akal, pendidikan perlu untuk mengembangkan akalnya. Manusia dapat mengembangkan ilmunya tentang dunia ini dengan cara melalui pendidikan umum dan tidak hanya pendidikan umum tetapi pendidikan Islam juga sangat penting.                                                     
Pendidikan umum adalah pendidikan yang menunjang manusia untuk mempelajari apa yang ada didunia ini untuk dimanfaatkan dan digunakan sebaik-baiknya untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Sedangkan Pendidikan Islam yang intinnya bertujuan untuk membentuk pribadi seseorang menjadi pribadi yang mendidik akhlak agar sesuai dengan akhlak dan kepribadian yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW, dan sebagai jalan dalam proses penghambaan kepada Allah SWT.

F.    Penutup
  Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa mempelajari bahasa yang digunakan pada tiap-tiap manusia yang berbeda itu sangatlah panting, karena Rasulullah sendiri memerintahkan kepada Zaid untuk mempelajari sebuah kalimat ataupun ucapan yang bahasanya berbeda yaitu bahasa orang yahudi agar si zaid mengetahui bahasa mereka sehingga bisa mengambil ilmu-ilmu mereka dan bisa menjalin komunikasi dengan mereka. 
Dalam kehidupan sekarangpun terbukti bahwa bahasa manusia itu sangat beragam, dan itu menuntut kita untuk mempelajari dan memahami bahasa yang asing (baru) bagi kita agar kita bisa menjalin komunikasi, bertukar informasi dan pengetahuan kita bertambah. Bahasa mampu mentransfer keinginan gagasan, kehendak, dan emosi dari seorang manusia kepada manusia lainnya sehingga banyak manfaat yang bisa kita ambil dari adanya kita menguasai bahasa mereka.









Daftar pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Zaid_bin_Tsabit
Abd. Mukti, 2008.Pembaharuan Lembaga Pendidikan Di Mesir Studi Tentang Sekolah- Sekolah Modern Muhammad Ali Pasya, Bandung. Cita Pustaka Media Perintis.
Muhammad Nur Abdul hafizh, 1998` Mendidik Anak Bersama Rasulullah,Bandung. Mizan Media Utama.
Omar Muhammad Al Toumy al- Syaibani, 1979. Falsafa Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang.
.Muhammad Daud Ali, 1998. Pendidikan agama Islam, Jakarta:PT.Raja Gravindo Persada.


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Zaid_bin_Tsabit

[2]. Abd. Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan Di Mesir Studi Tentang Sekolah- Sekolah Modern Muhammad Ali Pasya, (Bandung:Cita Pustaka Media Perintis,2008) Hal. 91

[3] . Muhammad Nur Abdul hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah,(Bandung : Mizan Media Utama, 1998), hal 240
[4]. Omar Muhammad Al Toumy al- Syaibani, Falsafa Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung,  (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) Hal. 511
[5].Muhammad Daud Ali, Pendidikan agama Islam, (Jakarta:PT.Raja Gravindo Persada,1998),hlm.383-385

4 komentar:

  1. Assalamu'alaikum....

    khasan fauzi
    2021111067

    apakah ada batasan-batasan tertentu dalam mempelajari bahasa asing? tolong jelaskan!
    mksih

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum,,,

    dewi agus tini
    2021111075

    dimakalah Rasulullah sendiri memerintahkan untuk mempelajari sebuah bahasa orang yahudi agar mengetahui bahasa mereka sehingga bisa mengambil ilmu-ilmu mereka dan bisa menjalin komunikasi dengan mereka, jika yang terjadi justru sebaliknya?misal kita menjadi terpengaruh dg org2 yahudi dan kadar keimanan kita mnjdi melemah itu bagaiamana? apa usaha kita untuk membentengi diri dari hal tersebut ?

    BalasHapus
  3. Khoirun Ikrom
    2021111072
    B

    saya hendak bertanya Rosulullah SAW telah memerintahkan untuk mempelajari bahasa asing. nah apakah Rosulullah itu sendiri telh mempelajari apa tidak? misalnya mempelajari, bhs apa saja yg Beliau pelajari,misalnya tidak mempelajari apa alasannya?

    BalasHapus
  4. Erni Mun Holifah
    2021111064
    Assalamualaikum
    bagaimana kalau menuntut ilmu agama dan ilmu umum tidak imbang, lebih menonjol ilmu umumnya daripada ilmu agama karena tuntutan zaman atau suatu profesi, bagaimana dalam menyikapi hal itu, jelaskan!

    BalasHapus