Makalah
Peradaban Islam pada Dinasti Umayyah Timur
dan Barat
Disusun dan
Disampaikan guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu
: Ghufron Dimyati, M.S.I
oleh :
Siti Nurul Fadila (2021113157)
Marisa Cagar Patria (2021113171)
Dewi Astuti (2021113174)
Kelompok 3
Kelas PAI-H
JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2014
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa pemerintahan Bani Umayyah, merupakan masa kepemerintahan
setelah khalifahur rasyidin, setelah khalifah Ali terbunuh dalam peperangan di
Siffin. Muawiyyah memerintah setelah melakukan perjanjian dengan Hasan.
Muawiyyah merupakan orang yang sangat cerdik, pada masa pemerintahannya agama
Islam berkembang pesat serta banyak menaklukan wilayah-wilayah. Setelah
kematiannya Muawiyyah digantikan oleh keturunannya, yang mengalami pasang surut
dalam masa pemerintahannya, sehinngga mengakibatkan kehancuran Dinasti Umayyah.
Pada abad ke-7 M, ketika Nabi Muhammad memulai misinya di negeri
Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian dari masyarakat Kristen.
Ketika Islam memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakanganya.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715
M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak
mudah di sebabkan oleh faktor eksternal dan internal.
Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol berupa
kemajuan Intelektual, kemajuan pembangunan fisik, faktor-faktor pendukung
kemuajuan. Kemajuan Eropa
yang terus berkembang hingga saat ini, banyak berhutang budi kepada khazanah
ilmu pengetahuan Islam, yang berkembang di periode klasik.
Transmisi ilmu-ilmu keIslaman ke Eropa
melalui perang Salib, Negara Sicilia, dan melalui Andalusia.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa pendiri Dinasti Umayyah ?
2. Siapa para khalifah Dinasti Umayah ?
3. Apa yang menyebabkan kemajuan Dinasti
Umayyah ?
4. Apa yang menyebabkan kehancuran Dinasti
Umayyah ?
5. Kapan masuknya Islam di Spanyol ?
6. Faktor-faktor yang menyebabkan Islam mudah
masuk ke Spanyol ?
7. Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol ?
8. Bagaimana kemajuan peradaban Islam di
Spanyol ?
9. Apa pengaruh peradaban Spanyol Islam di
Eropa ?
10. Bagaimana transmisi ilmu-ilmu keislaman di
Eropa ?
C.
Metode
Makalah
ini dibuat dengan mengunakan metode kajian pustaka yaitu dengan mencari dan
mengunakan referensi buku atau kajian lainnya yang merujuk pada permasalahan.
D.
Sistimatika Penulisan
Makalah
Makalah
ini ditulis dengan mengunakan 3 bagian yaitu :
BAB I, bagian pendahuluan
yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah,metode pemecahan masalah,
sistematika penulisan makalah.
BAB II, bagin
pembahasan
BAB III, bagian penutupan
terdiri dari kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DINASTI
UMAYAH 661-750
A.
Berdirinya
Dinasti Umayah
Dinasti Umayyah
(sebut: Umayah) mengambil nama keturunan
dari Umayah ibn Abdi Syams ibn Manafah. Ia adalah salah seorang terkemuka dalam
persekutuan pada zaman Jahiliyah, bergandeng dengan pamannya Hasyim ibn ‘Abdi
Manaf. Umayah dan Hasyim berebut pengaruh dalam proses-proses sosial-politik
pada zaman Jahiliyah, namun Umayah lebih dominan. Hal ini karena ia merupakan
pengusaha yang kaya, dan memiliki banyak harta yang berlimpah. Padahal harta
dan kekayaan menjadi faktor dominan untuk merebut hati di kalangan Quraisy,
sehingga Hasyim tidak dapat mengimbangi keponakannya tersebut.
Setelah
kematian Hasan akibat di racun, Muawiyah menjadi penguasa tunggal dan
memindahkan ibu kota pemerintahan yang semula di Kufah dan sebelumnya lagi di
Madinah berganti ke Damaskus. Pada masa ini terdapat tiga tokoh kunci yang
berpengaruh di kalangan Umayah. Mereka adalah Amr ibn al-Ash, Mughirah ibn
Sho’bah, dan Ziyad ibn Abih. Ketiga tokoh inilah yang membantu meletakkan
fondasi Dinasty Umayah, Muawiyah segan terhadap ketiganya, karena mereka itu
paham betul kelebihan dan kekurangannya. Amr ibn al-Ash adalah tokoh yang
menyelamatkan Muawiyah pada saat perang Siffin. Sementara Mughirah dan Ziyad
dianggap sebagai tokoh yang memperkokoh kedudukannya sebagai khalifah.[1]
Berdirinya
Muawiyyah bukan hanya di karenakan kemenangan diplomasi difisin dan terbunuhnya
Ali. Melainkan sejak gubernur Suriah itu memiliki “basis rasional” yang solid
bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Pertama, berupa dukungan
yang kuat dari rakyat Suriah dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri. Kedua,
sebagai administrator, Muawiyyah sangat bijak dalam menempatkan para
pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga, Muawiyyah memiliki kemampuan
menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat
tertinggi yang dimiliki oleh pembesar Mekah pada zzaman dahulu.[2]
B.
Para
Khalifah di Dinasti Umayyah
Kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu
abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 khalifah. Di antara mereka ada pemimpin-pemimpin
besar yang berjasa ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan
khalifah Umayah:
1. Muawiyah
1 bin Abi Sufian (41-60
H / 661-679 M)
Silsilah Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai pendiri Daulah Amawiah
yang berkuasa atas pemerintah kaum Muslimin selama delapan puluh tahun (40-132
H) bersambung kepada Umayah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay.
2. Yazid
1 bin Muawiyah (60-64
H / 679-683 M)
Yazid
dilahirkan dari isteri Muawiyah yang bernama Maimu binti Bahdal Al Kabiah,
seorang wanita kampung yang dinikahi Muawiyah sebelum ia menjadi khaifah. Ia
fasih dalam berkata, dermawan, dan sangat pandai bersyair.
3. Muawiyah
II bin Yazid (64 H / 683 M)
Muawiyah II saat diangkat menjadi khalifah masih anak-anak dan
dianggap lemah. Dia tidak meninggalkan sesuatu yang pantas untuk dicatat
mengingat masa pemerintahannya juga hanya empat puluh hari saja. Dia juga tidak
sempat menikmati kekuasaanyya karena ia sakit sehingga hanya terdiam didalam
rumahnya.
4. Marwan
I bin Hakam (64-65
H / 683-684 M)
Marwan adalah keturunan Bani Umayah yang dikenal bersikap memusuh
Rasulullah dan dakwahnya. Marwan adalah seorang intelek, petah lidah,
pemberani, dan seorang yang rajin membaca Al-qur’an.
5. Abdul
Malik bin Marwan (65-86
H / 684-705 M)
Abdul Malik bin
Marwan lahir di Madinah pada tahun 26 H, pada masa pemerntahan Utsman bin
Affan. Tercatat, bahwa ia tumbuh dengan sangat cepat dan terkenal sebagai
pemberani serta suka menolong.
6. Al-Walid
I bin Abdul Malik (86-96
H /705-714 M)
Memerintah 10
tahun lamanya pada masa pemerintahannya, kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah.
Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol dibawah pimpinan pasukan Thariq bin Ziyad
ketika Afrika dipegang oleh gubernur Musa bin Nushair. Karena kekayaan melimpah
maka ia sepurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan
yang dilengkapi dengan sumur untuk para Khalifah yang berlalu lalang di jalur
tersebut.
7. Sulaiman
bin Abdul Malik (96-99
H / 714-717 M)
Ia merupak Khalifah yang kurang
bijaksana, suka harta sebagaimana yang diperlihatkan ketika ia menginginkan
harta rampasan perang dari Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nushair. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci oleh
rakyatnya, karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah
belah demikian pula masyarakatnya.
8. Umar
bin Abdul Aziz (99-101
H / 717-719 M)
Meskipun masa pemerintahannya sangat
singkat, namun Umar merupakan “Lembaran Putih” Bani Umayah dan sebuah periode
yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh berbagai
kebijaksanaan daulah Bani Umayah yang banyak disesali. Ia merupakan personifikasi seorang Khalifah yang taqwa
dan bersih.
9. Yazid
II bin Abdul Malik (101-105
H / 719-723 M)
Dilantik menjadi Khalifah pada bulan
Rajab tahun 101 H, sesudah ia menjabat Khalifah, Syaudzab Al Khariji menyatakan
perang kepada orang-orang Amawi dan dalam beberapa pertempuran Syaudzab
berhasil mengalahkan mereka, sampai Maslamah bin Abdul Malik diangkat oleh
Yazid sebagai gubernur Koufah. Masa
pemerintahan Yazid diwarnai pula dengan peristiwa pemberontakan yang dipimpin
oleh Yazid bin Al Mulahhab bin Abu Shufrah. Tercatat, bahwa ia dipenjarakan
pada masa pemeriintahan Khalifah Umar bin Abdul Azizi, tetapi ia berhasil
melarikan diri dari penjara lalu bergerak menuju Bashrah dan berhasil menawan gubernurnya.
10. Hisyam
bin Abdul Malik (105-125 H /723-742 M)
Hisyam adalah
seorang yang cerdas, penyantun, dan murah hati. Dia juga terkenal sebagai
seorang ahli strategi dan seorang politikus ulung sehingga dikatakan, bahwa
ahli politik dari Bani Umaya ada tiga orang : Muawiyah, Abdul Malik, dan
Hisyam.
11.
Al-Walid
II bin Yazid II (125-126 H / 742-743 M)
Al Walid terkenal sebagai seorang
Khalifah yang gemar berfoya-foya, hura-hura, dan bermaiin perempuan. Dia juga
dikenal sebagai seorang penyair yang kualitatif yang berhasil menciptakan
beberapa bait syair yang baik sekala daam objek celaan, asmara, dan obsesinya
tentang arak.
12. Yazid
bin Walid bin Malik (126 H / 743 M)
Ia adalah
seorang bermata juling dan suka menampakkan diri sebagai orang yang taat beribadah.
Namun ia juga dijuluki dengan orang kikir, karena telah memotong gaji para
tentara terutama para tentara Hijaz. Ia
juga seorang Khalifah yang berfaham ajaran Mu’tazilah.
13. Ibrahim
bin Al-Walid II (126-127 H / 743-744 M)
Ibrahim Al Walid
dilantik sesudah Yazid bin Walid
meninggal. Ia hanya memerntah selama 2 bulan saja.
Ia merupakan Penguasa Umayah terakhir yang dibunuh di Mesir oleh pasukan Abbasiyyah.
C. Kemajuan Dinasti Umayyah
Bani Umayah
terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian bertumpu ada usaha
perluasan wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak zaman kedua
Khulafaur-Rasyidin terakhir. Menurut prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer di
zaman Umayah mencakup tiga fron penting, yaitu sebagai berikut :
1.
Fron
melawan Roma di Asia kecil dengan sasaran utama pengeppungan ke Ibu kota
Konstantinopel dan penyerangan ke pulau-pulau di laut tengah.
2.
Fron
melawan Afrika Utara, selain menundukan daerah pasukan Muslim, juga
menyeberangi Gibraltal lalu masuk ke Spanyol.
3.
Fron
timur, menghadap wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini dibagi
menjadi dua arah. Yang satu menuju Utara ke daerah-daerah di sungai Jihun atau
Ammu Darya. Sedangkan, yang lain ke selatan menyusuri Sind, wilayah India
bagian barat.
D.
Masa
Kehancuran Dinasti Umayyah
Meskipun kejayaan Dinasti Umayyah telah di raih, ternyata tidak
bertaman lama, di karenakan kelemahan-kelemahan internalnya dan semakin kuatnya
tekanan dari pihak luar. Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor
menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawanya dalam kehancuran, yaitu :
1.
Sistem
pergantian khalifah melalui garis keturunan yang tidak sesuai dengan tradisi
Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas.
2.
Latar
belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat di pisahkan dari beberbagai
konflik polotik yang terjadi di masa khalifah Ali.
3.
Pada
masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara dan
Arab Selatan sudah ada sejak sebelum Islam semakin runcing.
4.
Lemahnya
pemerintahan Bani Umayyah di sebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan
istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban kenegaraan
makalah mereka mewarisi kekuasaan.
5.
Penyebab
langsung runtuhnya kekuasaaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru
yang di pelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abas Al-Muthalib.[4]
2.
ISLAM
DI SPANYOL
Setelah
berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterbalakangannya, kebangkitan itu bukan saja terihat dalam
bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan
bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa di
pisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam Spanyol di Eropa banyak
menimba ilmu. Ada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya,
Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad
di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan
tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu,
kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
A.
Masuknya
Islam di Spanyol
Spanyol
diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang
khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan
Spanyol, umat Islam telah menguasa Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah
satu propinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan Afrika Utara itu terjadi di masa
Abdul Malik (685-705 M).
Dalam proses
penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paing
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini, sasaran ditujukan untuk menguasai daerah
sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan
kepada Al-Samah, tetapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 201
H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd Al-Rahman ibn Abdullah
Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini
ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours
itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan
tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Gelombang kedua
terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada abad ke-8 M
ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan menyebar jauh menjangkau Prancis
Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam Nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan
dari adanya factor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud
dengan factor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol itu sendiri. Adapun yang dimaksud dengan factor internal adalah suatu
kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para
prajurit Islam yang terlibat dalam penaklikan wilayah Spanyol pada khususnya.
Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara
Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi
agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
B.
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Islam mudah masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam tampak mudah di
sebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu suatu
kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol itu sendiri. Contoh : kondisi
politik yang buruk mengakibatkan sosial dan ekonominya semakin lemah. Faktor
internal : suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh
pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam wilayah Spanyol khususnya.
Contoh: sikap yang kompak, berani dan percaya diri para pemimpin dan prajurit
Islam.[5]
C.
Perkembangan
Islam di Spanyol
Sejarah panjang
yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu
:
1.
Periode
pertama (7711-755 M)
Pada periode
ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah
Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi,
baik datang dari dalam maupun dari luar.Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan
golongan. Di samping itu, terdapat erbedaan pandangan antara khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa, merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh
karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat.
Gangguan dari
luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di
daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan
Islam.
Periode ini
berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138
H/755 M.
2.
Periode
Kedua (755-921 M)
Pada periode
ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika
itu di pegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd
Al-Ausath, Muhammad ibn Abd Al-rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn
Muhammad.
Pada periode
ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang
politik maupun dalam bidang peradaban. Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan
kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu
dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom).
Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada
gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama.
Gangguan
politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam
sendiri. Golongan pemberontak di Toledo
pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di
samping itu, sejumlah orang tidak puas membangkitkan revolusi. Yang terpentig
di antanya adalah, pemberontakan yang di pimpin oleh Hafshun dan anaknya yang
berpusat di pegunungan dekat Malaga.
3.
Periode
Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III
yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompk” yang dikenal
dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini, umat Islam Spanyol
mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di
Baghdad. Abd Al-Rahman Al-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Pada masa ini,
masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota
berlangsung cepat. Awal kehancuran khalifah Bani Umayah di Spanyol adalah
ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu, kekuasaan
actual berada di tangan para pejabat.
4.
Periode
Keempat (1013-1086 M)
Pada
periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga pulih negara di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif. Umat Islam
Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan
keopada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada periode ini,
mulai megambil inisiatif peperangan.
5.
Periode
Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini, Spanyol Islam masih terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya dalah
sebuah gerakan agama yang didirikan ole Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada
tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy.
Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” pengusa-penguasa Islam disana yang tengah
memikul beban berat perjuangan mempertahankan negerinegerinya dari
serangan-serangan orang-orang Kristen. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn
Tumart.
6.
Periode
Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah
dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti
zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi secara politik, dinasti ini hanya
berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan yang merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir, karena perselisihan orang-orang istana dalam
memperebutkan kekuasaan.
D.
Kemajuan
Peradaban Islam di Spanyol
1.
Kemajuan
Intelektual
Spanyol
adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. 1. Filsafat, 2. Sains, 3. Fiqih, 4. Musik
dan Kesenian, dan 5. Bahasa dan Sastra.
2.
Kemegahan
pembangunan fisik
Aspek-Aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak.
Pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan
taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota
Al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Sragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, Masjid
Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
3.
Faktor-faktor
pendukung kemajuan
Spanyol
Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat da
berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam.
Toleransi
beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi, sehingga, mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di
Spanyol.
E.
Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Kemajuan
Eropa yang terus berkembang hingga saat ini, banyak berhutang budi kepada
khazanah ilmu pengetahuan Islam, yang berkembang di periode klasik.
Spanyol
merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, social, maupun perekonomian,dan peradaban
antarnegara. Pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnya pemikiran Ibn Rusyd,
ke Eropa yang belajar di universitas-universitas Islamdi Spanyol, seperti
universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca.
Pengaruh
ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa
pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Erpa kali ini adalah
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan
kembali ke dalam bahasa Latin.[6]
F.
Transmisi Ilmu-ilmu keislaman ke Eropa
Sebenarnya
transmisi ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa melalui berbagai jalur.
Jalur-jalur tersebut adalah melalui perang Salib, negeri Sicilia, dan Spanyo
(Andalusia).
1.
Melalui
Perang Salib
Perang Salib
yang terjadi dari tahun 1096-1273 M (489-666 H) adalh perang antara Umat
Kristen Eropa Barat ke tanah Timur khususnya Palestina yang dikuasai daulah
Islam.
Dengan adanya
perang Salib ini banyak membawa keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan orang
Kristen dengan orang Timur Tengah memberikan kemajuan dalam berbagai bidang.
Ketika kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa barang-barang berharga
seperti kain tenun sutera, bejana dari porselin, dan lain-lain.
2.
Melalui
Negara Sicilia
Sebagai titik persentuhan
dari dua lapangan kebudayaan, maka pulai Sicilia teristimewa merupakan alat
penghubung untuk meneruskan pengetahuan kuno dan pengetahuan abad pertengahan.
Ada dua
jembatan penyeberangan filsafat Islam ke Eropa, pertama melalui orang-orang Islam
Andalusia (Spanyol), kedua, melalui orang-orang Sicilia. Sebenarnya, tidak
hanya filsafat.
Beberapa
disiplin ilmu telah diperkenalkan dan dikembangkan di Sicilia. Diantara
tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu di Sicilia adalah:
a.
Hamzah
Al-Basri, ahli filologi dan perawi dari penyair-penyair besar Arab
Al-Mutanabbi.
b.
Muhammad
bin Khurusan, ahli status Al-qur’an (sejarah hermenetik dan sejarah
perkembangan huruf-huruf Al-qur,an).
c.
Para
dokter Sicilia antara lai Abu Sa’id bin Ibrahim; Abu Bakr As-Siqili salah seorang
guru besar dari para dokter; Ibnu Abi Usaibi. Abu Abbas Ahmad bin Abdussalam.
d.
Masih
banyak lagi yang bergerak dalam berbagai bidang, antara lain dalam bidang
bahasa dan sastra. Termasuk yang menarik adalah karya Dante. Divine Comedy.
3.
Melalui
Andalusia ( Spanyol )
Peran Andalusia
( Spanyol ) sebagai wahana penbrangan ilmu pengetahuan ke Eropa tidak di
ragukan lagi. Semasa Islam di Andalusia ada sejumlah perguruan tinggi terkensl
di sana. Perguruan tinggi itu antara lain : Universitas Cordova, Sevilla,
Malaga dan Granada. Di samping itu juga memiliki gedung perpustakaan terbesar.
Di Andalusia sedikit demi sedikit kehilangan wilayah kekuasaan. Tahun 1085 M,
Toledo di rebut oleh Kriten. Tahun 1236 M Cordova di rampas oleh Raja Alfonso.
Penyaluran ilmu pengetahuan Eropa di mulai ketika Toledo jatuh ke tangan
Kristen untuk mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo di dirikan
sekolah tinggi terjemah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dinasti Umayyah di ambil dari nama Umayyah bin Abd Syams bin Abdu
Manaf. Ia seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa Jailiyyah. Para
Khalifah pada masa Bani Umayyah berjumlah 14 orang, dengan masa kejayaannya
yang berbeda-beda.
Dinasti Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif yang
perhatiannya tertumpu pada perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti
sejak zaman kedua Khulafaur Rasyidin terakhir.
Bani Umayyah mengalami kemunduran dengan beberapa faktor: sistem
perpindahan khalifah yang berdasarkan keturunan, terdapat berbagai konfik
politik pada masa Ali, pertentangan etnis suku Arab Selatan dan Utara. Dan
sikap hidup mewah di lingkungan istana.
Spanyol di duduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715
M) salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung dari setengah abad yang
dapat di bagi menjadi 6 periode. Kemajuan peradaban Islam di Spanyol antara
lain : 1. Kemajuan intelektual (filsafat, sains, fiqih , musik dan kesenian,
bahasa dan sastra), 2. Kemegahan perkembangan fisik, 3. Faktor-faktor pendukung
kemajuan, dan 4. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa.
Transmisi ilmu-ilmu keislaman Eropa melalui perang salib, Melalui
Negara Sicilia, dan melalui Andalusia ( Spanyol ).
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Syamsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta :
Amzah.
Karim. M.Abdul.
2010. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Jakarta : Pustaka Book Publisher.
Yatim. Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Ibrahim. Hasan
Hasan. 2001. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
[1] Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (
Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007), hlm 113-114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar