MAKALAH
PERADABAN ISLAM DI INDONESIA:
PERLAWANAN KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA DAN PERAN ORGANISASI-ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun oleh :
1.
Wafiroh :
2021112190
2.
Muhammad Saifullah : 2021112212
Kelas : H
JURUSAN
TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN 2014
BAB I
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur
penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat hidayah dan rahmat-Nya penulis dapat
menyusun makalah yang berjudul “Peradaban Islam di Indonesia : Perlawanan
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia terhadap Imperialisme”.
Semoga makalah yang
saya susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya dan bisa
menerapkan Nilai-nilai agama didalamnya yang bisa diteladani, untuk yang
positif kita bisa tiru dan ambil contohnya. Seperti mengembangkan ilmu
pengetahuan, berfikir maju dan semangat pantang menyerah terutama terkait
dengan sejarah peradaban Islam”.
Dengan tersusunnya
makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran bagi teman-teman khususnya dan
para pembaca umumnya. Semoga para pembaca dapat memahami makalah ini akan
termotivasi untuk lebih mendalami sejarah peradaban Islam.
Pekalongan,
22 Oktober 2014
BAB II
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Negara-negara
imperialis berupaya menyembunyikan aspek agama dalam perangnya melawan kaum
muslimin, namun semangat menghancurkan Islam semakin meletup melihat perlawanan
yang tidak kenal lelah yang dipimpin para ulama Islam disetiap tempat terhadap
pasukannya.
Memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dari penjajahan melalui lembaga pendidikan tersebut, maka
orang itu termasuk orang-orang yang sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan
terutama memperkuat penjajahan dari Belanda terhadap bangsa Indonesia, karena
bangsa Indonesia merasa di jajah dan diperlakukan semena-mena oleh Belanda.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
kedatangan Imperialisme Barat ke Indonesia ?
2.
Bagaimana
keberadaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda datang ?
3.
Apa maksud
dan tujuan kedatangan Belanda ?
4.
Bagaimana
strategi politik Indonesia ?
5.
Bagaimana
perlawanan rakyat terhadap Imperialisme ?
6.
Bagaimana
peradaban Islam di Indonesia ?
7.
Apa peran
organisasi Islam di Indonesia ?
BAB III
1.
Peradaban
Islam di Indonesia : Perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia terhadap
Imperialisme.
A.
Kedatangan
Imperialisme Barat di Indonesia
Pada abad ke-16 diperairan Nusantara muncul pelaut-pelaut
dari eropa. Kemajuan ilmu dan teknik pelayaran menyebabkan pelaut-pelaut eropa
itu mampu berlayar dengan menggunakan kapal sampai di perairan Indonesia.
Orang portugislah yang mula-mula muncul di Indonesia.
Disebabkan beberapa faktor yaitu dorongan ekonomi, mereka ingin mendapat
keuntungan besar dengan berniaga. Dengan faktor-faktor dorongan itulah, orang
portugis belajar menyusuri pantai barat afrika terus ke selatan dan melingkari
Tanjung Harapan (Cope Town), dan menuju ke India mereka mendirikan pangkalan
dan meneruskan operasinya ke Asia Tenggara.
Pimpinan orang portugis, yaitu Alfonso de Albuqierque, ia
mendengar bahwa pusat perdagangan di Asia Tenggara adalah Malaka, dibandar itu
bertemu para pedagang dari Cina, India, dan Arab, maupun para pedagang dari
daerah-daerah Indonesia.
Pada abad ke-16, perairan Indonesia kedatangan orang eropa
lainnya, yaitu orang Belanda, Inggris, Denmark, dan Perancis. Maksud kedatangan
orang Belanda dan Inggris ke tanah air Indonesia tidak berbeda dengan orang
portugis dan spanyol, yakni ingin memperoleh rempah-rempah dengan murah.
Maka tujuan mereka makin jelas, yakni menguasai perdagangan
rempah-rempah di Indonesia, secara sendirian atau monopoli. Upaya monopoli,
mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan.
Sekitar tahun 1618 – 1619 pihak Belanda menyerang pengeran
Wijayakarma dan dapat merebut Jakarta, diatas runtuhan kota yang diberi nama
Batavia. Banten berkuasa atas Jayakarta tentu tidak tinggal diam, timbullah
permusuhan terus menerus antara Banten dengan Belanda di Batavia, baik berupa
perang dingin maupun perang sebenarnya.
B.
Keberadaan
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda Datang.
Menjelang kedatangan Belanda di Indonesia pada akhir abad
ke 16 dan awal abad ke 17 keadaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia tidak
sama. Perbedaan keadaan tersebut bukan hanya berkenaan dengan kemajuan politik,
tetapi juga dalam proses pengembangan Islam dikerajaan-kerajaan tersebut.
Misalnya di Sumatra, penduduk sudah memeluk Islam sekitar tiga abad, sementara
di Maluku dan Sulawesi penyebaran agama Islam baru saja berlangsung.[1]
Dalam perjanjian tahun 1824 Belanda mengakui India dan
Malaya sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Inggris, dan pihak Inggris
mengakui penguasaan Belanda atas Sumatra, Jawa, dan wilayah Hindia lainnya.
Sekalipun demikian, Inggris tetap mengecam pemerintahan monopoli Belanda, dan
menghendaki negara lokal dan perdagangan bebas. Ekspansi Belanda itu sendiri
dimotivasi oleh interes mereka terhadap produk kopi, gula, tembakau, lada, dan
produk-produk rempah-rempah, dan setelah tahun 1870 terdapat interes mereka
terhadap komoditas timah dan karet.[2]
Di Jawa, pusat kerajaan Islam sudah pindah dari pesisir ke
pedalaman, yaitu dari Demak ke Pajang kemudian ke Mataram. Berpindahnya pusat
pemerintahan itu membawa pengaruh besar bagi perkembangan sejarah islam di
jawa, diantaranya:
1.
Kekuasaan dan
sistem politik didasarkan atas basis agraris.
2.
Peranan
daerah pesisir dalam perdagangan dan pelayaran mundur, demikian juga peranan
pedagang dan pelayar Jawa.
3.
Terjadinya
pergeseran pusat-pusat perdagangan dalam abad ke 17 dengan segala akibatnya.
C.
Maksud
dan Tujuan Kedatangan Belanda
Maksud dan tujuan Belanda datang ke Indonesia, adalah untuk
mengembangkan usaha perdagangan, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal
harganya dieropa, dibawah pimpinan Cornelis de Hotman. Menyusul kemudian
angkatan kedua tahun 1598 dibawah pimpinan Van Nede, Van Heemskerck, dan Van
Wawijck. Selain dari Amsterdam, juga datang beberapa kapal dari berbagai kota
Belanda.
Pada bulan maret 1602 perseroan-perseroan itu bergabung dan
disahkan oleh staten-general kepublik dengan satu piagam yang memberi hak
khusus kepada perseroan gabungan untuk berdagang, berlayar, dan memegang
kekuasaan dikawasan antara tanjung harapan dan kepulauan solomon, termasuk
kepulauan Nusantara perseroan itu bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC).
VOC yang berpusat di Amsterdam itu merumuskan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Kompeni
Belanda itu boleh membuat atau mengadakan perjanjian dengan raja-raja di Hindia
Timur atas nama kerajaan Belanda.
2.
Kompeni
Belanda boleh membangun kota, benteng, dan kubu-kubu pertahanan ditempat-tempat
yang dipandang perlu.
3.
Kompeni
Belanda boleh mengadakan serdadu sendiri, gubernur dan pegawai-pegawai sendiri,
sehingga menjadi serupa pemerintahan.
Dalam usaha mengembangkan perdagangannya, VOC nampaknya
melakukan monopoli. Sikap Belanda yang memaksakan kehendak dengan kekerasan
makin memperkuat sikap permusuhan pribumi tersebut. Secara politis VOC
menguasai sebagian besar wilayah Indonesia dalam waktu yang tepat.
Pada tahun 1798, VOC dibubarkan dengan saldo kerugian
sebesar 134,7 juta golden. Sebelumnya, pada tahun 1795 izin operasinya dicabut.
Dibubarkannya VOC karena berbagai faktor:
a.
Pembukuan
yang curang
b.
Pegawai yang
tidak cakap dan korup
c.
Utang besar
d.
Sistem
monopoli serta sistem tanam paksa dalam pengumpulan bahan-bahan hasil tanaman
penduduk yang menimbulkan kemerosotan moril baik para penguasa maupun penduduk
yang sangat menderita.
Pada pergantian abad ke-18 secara resmi Indonesia
pindah ketangan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda berlangsung sampai tahun
1942, pada tahun 1816 Belanda justru memanfaatkan daerah jajahan untuk memberi
keuntungan sebanyak-banyaknya kepada negeri induk, guna menanggulangi masalah
ekonomi Belanda yang sedang mengalami kebangkrutan akibat perang. Akan tetapi,
pemerintah Belanda akhirnya menerapkan politik liberal di Indonesia, tetapi
tidak mengalami perubahan yang berarti walaupun politik liberal itu kepentingan
dan hak pribumi mendapat perhatian. Baru pada tahun 1901 Belanda menerapkan
politik etis, politik balas budi.
D.
Strategi
Politik Belanda
Sejak awal Belanda melihat bahwa dalam jaringan perdagangan
di Indonesia bagian barat, kedudukan malaka, johor dan banten sangat penting.
Meluasnya pengaruh Belanda dalam pemerintahan mataran, dipercepat oleh konflik
intern dalam istana, karena konflik itulah mataram pada tahun 1755 pecah
menjadi surakarta dan yogyakarta, tahun 1757 muncul kekuasaan mangkunegara dan
akhirnya pada tahun 1813 muncul kekuasaan paku alam.
Tetangga VOC di Batavia (Jakarta), Banten mengalami
kemunduran disebabkan oleh politik monopoli VOC. Hubungan banten dengan Belanda
menjadi meruncing ketika sultan Ageng Tirtayasa naik tahta 1651. Pada tahun
1656 dua kali kapal belanda dirampas Banten, tetapi tidak menimbulkan perang
terbuka antara dua belah pihak. Dengan demikian, monopoli yang merupakan tujuan
VOC di Indonesia tercapai baik di Makasar maupun di Indonesia bagian Timur.
Mungkin hanya Aceh yang hanya menikmati kemerdekaannya
sampai pertengahan abad ke 19, meskipun demikian, tidak berarti bahwa usaha
mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri dari pengaruh Belanda tidak ada
sangat banyak seakan tidak pernah putus. Akan tetapi, usaha-usahanya selalu
gagal karena beberapa sebab, diantaranya :
a.
Belanda
diperlengkapi dengan organisasi dan persenjataan modern.
b.
Penduduk
Indonesia sangat tergantung kepada wibawa seorang pemimpin sehingga ketika
pemimpinnya tertangkap, maka perlawanan terhenti dengan kemenangan dipihak
Belanda.
c.
Tidak ada
kesatuan antara kerajaan-kerajaan Islam dalam melawan Belanda.
d.
Belanda
berhasil menerapkan politik adu domba.
e.
Dengan
politik adu domba itu, banyak penduduk pribumi yang ikut memerangi
rekan-rekannya sendiri.
Pemerintah Belanda mendirikan lembaga pendidikan bagi
bangsa Indonesia, terutama untuk kalangan bangsawan. Mereka harus ditarik
kearah westernisasi. Dalam pandangan Snouck Hurgronje, Indonesia harus
melangkah kearah dunia modern sehingga secara perlahan Indonesia menjadi bagian
dari dunia modern.
E.
Perlawanan
Rakyat Terhadap Imperialisme Belanda.
Perlawanan terhadap penjajahan selalu berkorban dari bangsa
Indonesia dalam setiap waktu. Pada abad ke 17 perlawanan terhadap penjajahan
antara lain dilakukan oleh:
1.
Sultan Agung
Mataram.
2.
Sultan
Iskandar Muda mahkota Alam Aceh.
3.
Sultan
Hasanudin Makasar.
4.
Sultan Agung
Tirtayasa.
5.
Raja Iskandar
Minangkabau.
6.
Trunojoyo
Madura.
7.
Karaeng
Galesong dari Makasar
8.
Untung
Suropati, Adipati Aria Jayanegara.
Perlawanan-perlawanan itu antara lain sebagai
berikut:
1)
Perang
Padri
Perang
Padri terjadi diminangkabau Sumatra Barat antara lain tahun 1821-1837. Perang
ini dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, dan dibantu para ulama yang lain. Pusat
kekuasaan minangkabau adalah pagaruyung, tetapi raja hanya berfungsi sebagai
lambang.
Gerakan
yang dikenal dengan nama Paderi ini dilakukan melalui ceramah disurau dan
masjid. Konflik terbuka dengan golongan penantang baru terjadi ketika golongan
adat mengadakan pesta menyabung ayam dikampung Batabuh. Pesta maksiat itu
diperangi oleh golongan paderi. Sejak itulah perang antara kaum paderi melawan
kaum adat mulai berlangsung. Kaum paderi memperkuat benteng yang tangguh di
Bonjol, yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengumpulan logistik dan
pembuatan senjata api, benteng ini dipimpin oleh Muhammad Syahab yang kemudian
bergelar Tuanku Imam Bonjol. Belanda merasa kesulitan dalam
peperangan-peperangan pertama dan akhirnya berhasil membujuk kaum paderi untuk
berdamai pada 11 Januari 1824. Perdamaian itu bagi Belanda hanyalah untuk
memperpanjang waktu konsolidasi. Dalam pertempuran selanjutnya Belanda juga
mendapat kesulitan, sehingga pada 15 September 1825 kembali diadakan perjanjian
damai.
2)
Perang
Diponegoro di Jawa.
Perang
Diponegoro disebut juga dengan perang jawa. Perang Diponegoro berlangsung
hampir diseluruh jawa antara tahun 1825-1830. Perang ini merupakan perang
terbesar yang dihadapi pemerintah kolonial Belanda di Jawa. Latar Belakangnya
perlu dilacak kondisi hidup rakyat, lebih-lebih dalam bidang sosial ekonomi.
Faktor
ekonomi yang menimbulkan kegelisahan rakyat adalah peraturan pemerintah Hindia
Belanda yang menetapkan bahwa semula penyewa tanah oleh penguasa Eropa dari
penguasa dan bangsawan pribumi dibatalkan dengan mengembalikan uang sewa atau
pembayaran lain yang telah dilakukan.
Pangeran
Diponegoro adalah putera tertua Hamengkubowono III, yang dijanjikan ayahnya
untuk menduduki tahta kerajaan sepeninggalnya, tetapi ia menolak setelah
Hamengkubowono III meninggal tahun 1814, yang naik tahta adalah adik pangeran
Diponegoro, jarot yang bergelar Hamengkubowono IV, seorang Sultan yang bergaya
hidup serba mewah dan suka kepada berbagai hal baru di Keraton.
Peristiwa
yang memicu peperangan adalah rencana pemerintah Hindia Belanda untuk membuat
jalan yang menerobos tanah milik Pangeran Diponegoro dan harus membongkar makam
keramat. Pangeran Diponegoro menggariskan maksud dan tujuan perlawanan terhadap
Belanda, para pejabat dan agen Belanda, pertama untuk mencapai cita-cita luhur
mendirikan masyarakat yang bersendikan agama Islam, kedua mengembalikan keluhuran
adat jawa yang bersih dari pengaruh barat. Tekad yang luhur itu memantapkan
hati para pengikutnya untuk memulai peperangan besar melawan Belanda.
Peran Di
Ponegoro berlangsung selama 5 tahun dimulai pada tanggal 20 Juli 1825 hingga 28
Maret 1830. Perang tersebut bernafaskan Islam, bertujuan mengusir penjajahan
untuk menegakkan kemerdekaan dan keadilan.
3)
Perang
Aceh.
Perang
Aceh berlangsung selama 31 tahun, antara tahun 1873-1904. Belanda memang
membutuhkan waktu lama untuk memadamkan perang itu, mengingat perang ini
melibatkan seluruh rakyat Aceh. Perang melawan Belanda adalah perang sabil
sehingga rakyat bersedia bertempur sampai titik darah penghabisan.
Pada
tahun 1877, Belanda menyerbu dengan kekuatan penuh dari darat dan laut.
Beberapa daerah berhasil dikuasai. Ditempat-tempat ini segera didirikan pos-pos
militer yang berhubungan satu sama lain. Pembangunan pos-pos ini mempersempit
ruang gerak laskar aceh. Serangan dilanjutkan menggempur tiap pos. Akibat
serangan ini pertahanan Belanda sangat menderita, apalagi semakin semakin
bertambah parah dengan berjangkitnya wabah penyakit kolera.
Antara
tahun 1903-1930an, didaerah Pidie Aceh Tengah dan Tenggara, Aceh Barat dan Aceh
Timur masih sering muncul perlawanan sengit yang sebagian besar dipimpin oleh
para Ulama. Belanda sangat kewalahan untuk menundukkan perlawanan rakyat Aceh.
4)
Perang
Banjar di Kalimantan
Perang Banjar berlangsung antara tahun 1854-1964
M, berawal dari ketidaksenangan rakyat banjar terhadap tindakan campur tangan
pemerintah kolonial dalam urusan intern kerajaan. Ketidaksenangan memuncak saat
pemerintah mengakui pangeran Tamjidillah sebagai sultan Banjar.
Pasukan Banjar sempat menyerang beberapa pos
Belanda, yang kemudian terpaksa meminta bantuan dari Batavia. Setelah
Tamjidillah dicopot dari kedudukannya, jabatan mangkubumi pun yang semula
dipegang pangeran hidayat, ditiadakan. Pengangkatan pangeran Tamjid menjadi
sultan menimbulkan kekecewaaan dikalangan rakyat dan para pembesar lainnya.
Namun akhirnya, beberapa pembesar kerajaan yang
melawan Belanda satu persatu dapat dikalahkan atau menyerah. Tujuh bulan
setelah proklamasi, pangeran Antasari jatuh sakit dan pada tanggal 11 Oktober
1862, ia wafat di Hulu Taweh. Perlawanan terus berlangsung sampai tahun 1905,
ketika raja ini terbunuh sebagai syahid dalam medan pertempuran.
5)
Pemberontakan
Rakyat di Cilegon Banten.
Pemberontakan
rakyat di Cilegon tahun 1888, dipimpin oleh KH. Wasit. KH Wasit bersama H.
Ismail, dan para ulama lain menyusun perlawanan terhadap penjajah. Para
pemimpin pemberontakan rakyat terhadap Belanda di Cilegon sebagian besar adalah
murid-murid yang pernah belajar kepada Syaikh Nawawi Al-Bantani, seorang ulama
besar di arab yang berasal dari Banten.
Perlawanan
rakyat terhadap penjajahan Belanda ini terjadi pada tanggal 9 Juli 1888, pukul 16.00 pemberontakan
mengepung Cilegon. Pemicu pemberontakan disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
yang paling pokok menjadi landasan pemberontakan adalah karena sikap penjajah
yang menghalangi kebebasan beragama, dan juga perlakuan semena-mena pihak
penjajah terhadap para petani Banten.
Dalam hal
ini peran para ulama, ketika bangsa Indonesia melawan penjajah, tidak sedikit
peran para ulama yang ikut andil bagian sebagai pejuang.
6)
Perang
Makassar.
Raja Bowo
ke 12 adalah Daeng Muttawang yang bergelar Sultan Hasanuddin. Perang Makassar
bermula akibat sikap Belanda yang mau menguasai perdagangan rempah-rempah di
maluku. Perang pertama kali pada bulan April 1655, dalam hal ini angkatan laut
Gowa menyerang Belanda di Pulau Buton dibawah pimpinan Sultan Hasanudin, dan
berhasil memukul mundur Belanda.
Pada
tahun 1660 dipantai somba opu muncul pertama kali armada perang VOC yang
berkekuatan besar sejumlah 31 kapal dengan 2600 orang pasukan. Belanda secara
terang-terangan melakukan kekerasan dengan menduduki benteng panakkukang.
Demikian pula kerajaan Islam Bone, terlibat dengan peperangan Belanda adalah
Sultanah Saleha Rabiyatuddin. Sultanah Tenriwaru Besse Kajuara, Raja ia Pawawol
Karaeng Sigeri, dan Haji Raja Mapanyuki yang merupakan yang merupakan raja Bone
terakhir.
7)
Perang
Jambi (1858-1907)
Perang
Jambi terjadi antara bercanda dengan pihak kesultanan Jambi. Awalnya hubungan
kesultanan jambi dengan Belanda dimulai sejak sultan Abdul Kahar (1615-1643 M).
Sultan ini mengizinkan Belanda membuka perwakilan dagangannya di Jambi.
Dengan
berbagai tipu muslihat, Belanda melakukan perlawanan terhadap rakyat jambi,
tetapi perlawanan rakyat jambi tidak padam. Sultan Thaha Saifuddin tidak pernah
di tangkap Belanda. Ia meninggal dimuara Tabo pada 26 April 1904 karena usia
tua. Sultan Thaha Saifuddin diakui sebagai pahlawan nasional dari pemerintah
RI.
Demikianlah
perjuangan demi perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia dalam mengusir
penjajahan Belanda. Berbagai perlawanan tersebut berlangsung cukup lama dibawah
pimpinan Sultan Mahmud Badaruddin II dari kesultanan Palembang.
2.
Peradaban
Islam dan Peran Organisasi Islam di Indonesia.
A.
Peradaban
Islam.
1.
Sistem
Birokrasi Keagamaan
Birokrasi
keagamaan berlangsung dibeberapa kerajaan Islam seperti di kesultanan Demak di
Jawa. Raja Sultan Fatah diangkat oleh para Walisongo sebagai raja Demak dengan
gelar senopati jimbun Ngabdurrahman panembahan palembang sayyidin panatagama. Demikian
pula berlaku dikerajaan mataram Islam, sultan agung bergelar sultan Agung
Hanyakrakusuma Sayyidin Panata Agama Khalifatullah ing tanah jawi. Sultan agung
memberlakukan kebijakan perpaduan tahun jawa saka disesuaikan dengan tahun
hijriyah demikian pula yang berlaku dibeberapa kerajaan lain di Indonesia pada
umumnya.
2.
Peran
para ulama dan karya-karyanya.
Penyebaran
dan pertumbuhan kebudayaan umat islam di Indonesia terutama terletak dipundak
para ulama. Para tokoh-tokoh ulama di Indonesia adalah Hamzah Fansuri, seorang
tokoh sufi terkemuka yang berasal dari fansur (pansur), sumatra utara,
syamsudin as-sumatrani ini adalah murid Hamzah Fansuri. Syamsudin mengarang
buku Mir’atul Mu’minin pada tahun 1601 M. Ia sealiran dengan Hamzah Fansuri,
karena syamsudin adalah murid hamzah fansuri. Sebagai seorang ulama, ia juga
dikenal sebagai penulis produktif.
Ulama
lainnya yang namanya sangat terkenal sebagai pengarang adalah syaikh nawawi
al-bantani (wafat 1894) ulama dari banten yang di arab hingga wafatnya dan memperoleh
gelar sebagai sayyid ulama al hijaz (penghulu ulama hijaz) menulis tidak kurang dari 41 buah kitab
termasuk di Indonesia. Ulama lain seperti di jawa timur K.H. Hasyim Asy’ari
yang terkenal sebagai seorang ulama pendiri pesantren tebuireng jombang dan
pendiri NU.
Disamping
mereka, para ulama yang sangat berjasa dalam pengembangan agama Islam di
Indonesia melalui karya-karyanya. Diantaranya :
Karya Hamzah Fansuri, bersifat mistik :
a.
Syair burung
pingai
b.
Syair dagang
c.
Syair jawi
d.
Syarah
al-asyikin
Karyanya Syamsudin As-Sumatrani, diantaranya:
a.
Mir’atul
mu’minin
b.
Jauhar
Al-Haqaid
c.
Risalah
At-Tubayyin mulahuzat al-muwahidin ‘ala al-muhidin fi dzikrillah.
d.
Kitab
Al-haraqah dan Nur ad-daqaiq
e.
Zikir dairah
qowsany al-adna
Karyanya Syaikh Nawawi Al Bantani, diantaranya:
a.
Nihayatuz
Zain
b.
Safinatun
Naja
c.
Nuruzh Zhalam
d.
Kasyifatus
Saja
e.
Sinamul
Fudhala
Karyanya KH. Hasyim Asy’arie diantaranya:
a.
Ad-Durarul
Muntasyiroh fi Mas’alati Tis’a Asyarah
b.
At-Tibyan fi
An-Nahy’an Muqatha’at Al-Arham
c.
An-Nurul
Mubin fi mahabbati sayyidil mursalin
d.
Risalah Ahlu
assunah wa aljama’ah
e.
Adabul ‘Alim
wa al-muta’alim
3.
Corak
Bangunan Arsitek
Arsitektur
bangunan-bangunan islam di Indonesia berbeda dengan yang terdapat didunia islam
lainnya. Hasil-hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan perkembangan
islam di indonesia antara lain masjid kuno demak, masjid agung ciptarasa
kesepuhan cirebon, masjid agung banten, baiturrahman di aceh, masjid ampel di
surabaya. Beberapa masjid kuno mengingatkan kita kepada seni bangunan candi,
menyerupai bangunan meru pada zaman indonesia hindu.
4.
Lembaga
pendidikan Islam.
Lembaga-lembaga
pendidikan Islam berkembang sejak zaman penjajahan belanda. Salah satu bentuk
pendidikan islam tertua di indonesia adalah pesantren yang tersebar diberbagai
pelosok. Pesantren adalah lembaga pendidikan islam tertua di indonesia, para
walisongo penyebar agama islam di jawa mengembangkan pesantren sebagai lembaga
kaderisasi tenaga dakwah yang akan meneruskan perjuangan agama Islam.
Berkenaan
dengan perguruan tinggi Islam, beberapa universitas islam swasta diantaranya
adalah Universitas Muhamadiyah dibeberapa kota, Universitas Islam Jakarta (UIJ),
Universitas Islam Indonesia (UII) yogyakarta, Universitas Islam Malang
(UNISMA), Universitas Sains AlQur’an (UNSIQ) Wonosobo dan lain-lain.
B.
Organisasi-organisasi
Islam di Indonesia
Beberapa organisasi islam di indonesia telah memiliki andil
yang cukup besar terhadap proses pengembangan agama islam. Peran terus
berlangsung hingga sekarang, namun dalam perjuangan yang berbeda dengan
perjuangan pada masa-masa awal bangsa ini menghadapi penjajahan.[3]
Negara-negara Penjajah disamping membawa senjata-senjata
penghancur kelas berat dalam memasuki negara lainnya, juga tidak ketinggalan
membawa senjata yang jauh lebih ampuh dan menimbulkan kerusakan banyak.[4]
Diantara organisasi-organisasi Islam di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1.
Jam’iyatul
Khair
Jam’iyatul
Khair berdiri 17 Juli 1905 di Jakarta. Dengan tokoh-tokohnya seperti sayyid
shihab bin shihab dan kawan-kawan. Pada awal berdirinya menerapkan sistem
pendidikan modern di Indonesia. Para guru didatangkan dari Tunisia, Sudan,
Maroko, Mesir dan Arab.
2.
Syarikat
Islam (SI)
Didirikan
oleh KH. Samanhudi pada tahun 1905 M. Awalnya SI merupakan organisasi yang
bergerak dibidang keagamaan, tetapi kemudian menjadi gerakan politik.
Tokoh-tokoh SI antara lain: H. Samanhudi, H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muiz, H.
Agus Salim.
3.
Muhammadiyah
Muhammadiyah
adalah sebuah organisasi islam yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada 18 November 1912 M, bertepatan pada 8 Dzulhijjah 1330 H.
Muhammdiyah sebagai organisasi sosial keagamaan telah berjasa dalam perjuangan
negara indonesia. Tokoh muhammadiyah sebagai pahlawan nasional adalah K.H.
Ahmad Dahlan, K.H. Mas Mansyur, Ny. Hj. Walidah Ahmad Dahlan, KH. Fakhruddin.
4.
Nahdlatul
Ulama (NU)
NU
artinya kebangkitan ulama, yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari di Surabaya
pada tanggal 31 Januari 1926. NU memiliki pesantren besar di Indonesia seperti
pesantren Tebuireng Jombang, Pesantren Peterongan Jombang, Tambak Beras Jombang, Lirboyo Kediri, Ploso Kediri, dan
lain-lain. Disamping pesantren pendidikan juga ada sekolah-sekolah formal sejak
MI, MTS, MA, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi.
NU pernah
terjun dibidang politik, setelah keluar dari partai masyumi (1955), NU akhirnya
menyatakan kembali ke khittah 26 yaitu meninggalkan perjuangan politik praktis.
Tokoh-tokoh NU antara lain: K.H. Dr. Idham Chalid (pernah ketua DPR-MPR), dan
KH. Abdurrahman Wahid (pernah menjadi presiden RI ke 4)
5.
Jam’iyatul
Washliyah
Jam’iyatul
Washliyah didirikan pada 30 Nopember 1930 di Medan yang dipelopori oleh para
ulama terkemuka dimedan, para ulama yang ikut mendirikan Jam’iyatul Washliyah
antara lain: Ismail Banda, Abdurrahman Syihab, M. Arsyad Thohir, H. Yusuf Ahmad
Lubis, A. Aziz Efendi dan lain-lain. Al Washliyah banyak berjasa dalam proses
dakwah Islam didaerah tanah Karo, tapanuli dan simalungun sumatra utara.
6.
Al
Irsyad Al Islamiyah
Al Isryad
bergerak dibidang pendidikan dan dakwah. Tujuan utama dari sekolah atau
madrasah Al Irsyad untuk memahir bahasa arab sebagai bahasa al-qur’an.
7.
Persatuan
Tarbiyatul Islamiyah (PERTI)
PERTI
didirikan pada 20 Mei 1930 di Bukittinggi sumatra barat oleh sejumlah ulama
terkemuka di minangkabau, dibawah pimpinan syaikh sulaiman ar-rasuli. PERTI
memiliki bidang usaha dalam bidang pendidikan, dakwah dan memiliki banyak
sekolah serta pondok pesantren.
8.
Persatuan
Umat Islam (PUI)
PUI
didirikan oleh KH. Abdul Halim, seorang ulama pengasuh pondok pesantren di
majalengka jawa barat, pada tahun 1911 M. PUI merupakan gabungan dua organisasi
islam di Jawa Barat yaitu Persyarikatan Umat Islam didirikan KH Abdul Halim dan
organisasi Al Ittihad al Islamiyah didirikan oleh KH Ahmad Sanusi di Sukabumi
Jawa Barat.
9.
Mathlaul
Anwar (MA)
Mathlaul Anwar adalah
organisasi islam yang didirikan di Menes Banten, pada 9 Agustus 1916. Didirikan
oleh para tokoh Banten yang dimotori oleh KH. Abdurrahman. Organisasi islam ini
bergerak dibidang pendidikan dan dakwah islamiyah. Berjasa dalam pengembangan
agama islam didaerah Banten dan khusus bagi masyarakat Banten Selatan.
10.
Persatuan
Islam (Persis)
PERSIS adalah organisasi
massa islam yang didirikan oleh para ulama yang beraliran pembaharu di Bandung
pada 12 September 1923. Pendiri PERSIS antara lain KH Zamzam, dan A. Hassan.
Bidang usahanya meliputi bidang dakwah, pendidikan, dan penerbitan.
11.
Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Dakwah)
Dewan
Dakwah didirikan oleh M. Natsir dan beberapa tokoh islam berhaluan pembaharu di
Jakarta. Dewan Dakwah Islamiyah juga banyak berjasa dalam bidang dakwah di
perkotaan, baik melalui dakwah pengajian maupun aktifitas dakwah yang lain.
Seperti penerbitan buku atau majalah.
12.
Majlis
Dakwah Islamiyah (MDI)
Majlis
Dakwah Islamiyah (MDI) didirikan oleh para tokoh islam yang tergabung dalam
golongan karya orde baru dibawah pemerintahan Suharto. MDI ini cukup berjasa
dalam bidang dakwah pembangunan melalui pengiriman tenaga dakwah dilokasi
transmigrasi, khususnya diluar jawa.
13.
Majlis
Ulama Indonesia (MUI)
MUI
didirikan pada 26 Juli 1975. Lembaga ini bertugas memberikan fatwa dan nasihat
seputar masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai bahan pertimbangan.
Tokoh-tokoh Islam yang pernah menjadi pengurus MUI antara lain: Prof. Dr. Hamka
(1975-1981), KH. M. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali Yafie, DR.
KH. MA. Sahal Mahfudz.
14.
Ikatan
Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI)
Ikatan
Cendekiawan Muslim di Indonesia yang didirikan oleh para cendekiawan atas
dukungan birokrasi, pada tahun 1990. Diantara para tokoh ICMI antara lain:
Prof. Dr. Ir. Bj. Habibie, Prof. Dr. H. Amien Rais, Prof. Dr. KH. Ali Yafie,
Dr. Adi Sasono, Dr. Hj. Tuti Alawiyah.
Organisasi-organisasinya antara lain: Gabungan Usaha-Usaha
Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI), persatuan ulama seluruh aceh (PUSA),
Forum Umat Islam (FUI), Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) dan lain-lain.[5]
Meskipun muncul berbagai organisasi yang berbeda, akan tetapi islam tetap
mampu memberi warna pada pergerakan-pergerakan dalam setiap organisasi yang
mana masing-masing mempunyai peran tersendiri. Peradaban Islam mampu mengakar
dan memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan masyarakat.[6]
BAB VI
PENUTUP
Simpulan
Para imperialis
menyadari bahwa posisi mereka tidak pernah stabil selagi umat Islam masih kuat,
bersatu, dan komitmen terhadap agamanya dan akhlak. Oleh karena itu, mereka
sengaja memecah belah umat Islam, memalingkan dari agamanya dan menjauhkan dari
akhlak.
Dalam rangka memecah
belah dan mengkotak-kotak umat Islam, memalingkan rakyat jajahannya dari
agamanya, merusak aspek moralitas.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Dudung, Abdurrahman,
2002. Sejarah Peradaban Islam dari masa klasik hingga modern. Yogyakarta
: Fak Adab.
Ira M. Lapidus, 2002.
Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Muhammad Sayyid
Al-Wakil, 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Samsul Munir Amin,
2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.
[1] Amin
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Cet 2 (Jakarta: Amzah, 2010 hlm
372-374.
[2] Ira.
M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Cet I dan 2 (Jakarta: PT Roja
Grafindo, 2000) hlm 745
[3] Amin
Samsul Munir, Op.Cit. hlm. 375-422
[4]
Sayyid Al-Wakil, Dr. Muhammad, Wajah Dunia Islam, cet I dan 2 (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 1998) hlm. 329
[5] Amin
Samsul Munir, Op.cit, hlm 422-429
[6] Abdurrahman, Dudung, Sejarah Peradaban Islam dari Masa klasik
hingga Modern. Cet 1, (Yogyakarta, Fak. Adab, 2002). Hlm 215
Tidak ada komentar:
Posting Komentar