"METODE PEMBELAJARAN DALAM RUMAH TANGGA"
Mata kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun Oleh :
Dzikriyatul Fikriyah 2021213031
KELAS L
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan,
sehingga makalah yang berjudul “Metode Pembelajaran Dalam Rumah Tangga” ini
dapat diselesaikan.
Makalah
ini merupakan materi yang disajikan sebagai bahan pembelajaran dalam mata
kuliah Hadis Tarbawi II. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mahasiswa mengenai metode-metode pembelajaran dalam rumah tangga. Dengan ini
diharapkan mahasiswa mampu mengambil pelajaran dari materi yang telah
disampaikan pada makalah ini, diantaranya adalah mahasiswa mampu berpikir
jernih tentang harapan yang diinginkan dan banyak timbul pula rasa
keingintahuan mengenai sesuatu yang ada di dunia ini sehingga pola pikir
mahasiswa dapat berkembang maju, progresif, kreatif dan inovatif .
Dengan kemampuan yang
sangat terbatas, penulis sudah berusaha menyusun makalah ini yang diambil dari
beberapa referensi buku dan referensi lainnya. Namun demikian, apabila dalam
makalah ini dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun
isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik konstruktif dari
pembaca.
Akhirnya,
semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat adanya,. Amin yaa robbal
‘alamin.
Pekalongan, 13 Februari 2015
Penulis
A. PENDAHULUAN
Pada
dasarnya, metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak
didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan
ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk Ilahi dan
konsep-konsep peradaban Islam. Selain itu, peradaban Islam akan mampu
menempatkan manusia di atas luasnya permukaan bumi dan dalam lamanya masa yang
tidak di berikan kepada penghuni bumi lainnya.
Keberhasilan
menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam
diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu
metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan
ilahiyah, sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah
dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan Islam, perlu dipergunakan metode
pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia,
meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada
satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua
keadaan. Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang
tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah
metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau
tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting daripada
materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan
secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil
pendidikan dapat memuaskan. (Anwar, 2003: 42) Rasul saw.
sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
sebuah pembahasan hadis tentang pendidikan rumah tangga yang berjudul “Metode
Pembelajaran Dalam Rumah Tangga” Dalam makalah ini akan di bahas tentang hadits yang metode pembelajaran dalam rumah
tangga. Berikut pembahasannya.
B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
a. Pengertian Metode
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos.
Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian, metode
dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Selain
itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tertentu
(Barnabid, 1990: 85). Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya
berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jalan unutk mencapai tujuan itu bermakna
ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk menemukan, mnguji, dan menyusun
data yang diperlukanbagi pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya suatu
pemikiran (Langgulung, 1990: 183). Dengan pengertian yang terakhir ini, metode
lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu
gagasan sehingga menghasilkan teori atau temuan. Dengan metode serupa itu, ilmu
pengetahuan dapat berkembang (Abuddi Nata, 2001: 91).
Selanjutnya jika kata metode dikaitkan dengan pendidikan karakter, dapat
membawa arti metode sebagai jalan unutk menanamkan karakter pada diri seseorang
sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi yang berkarakter.
b. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah bagian dari tiga intuisi pendidikan selain sekolah dan
masyarakat. Di dalam keluarga anak banyak belajar tentang norma dan nilai. Jika
di bandingkan dengan sekolah atau masyarakat, kedudukan keluarga sebagai
lembaga pendidikan lebih esensial. Hal ini di dasari oleh keberadaan keluarga
sebagai lembaga pendidikan pertama yang bisa mempengaruhi anak.
Sebuah istilah Arab mengatakan bahwa metode lebih baik dari pada isi
materi. “Ath-Thoriqotu ahammu minal madah”. Cara penyampaian yang baik
dan sesuai dengan objek lebih utama dari pada isinya karena keberhasilan pesan
yang akan disampaikan akan bergantung dari cara menyampaikannya.
2. TEORI PENDUKUNG
a. Metode-Metode Pembelajaran Dalam
Rumah Tangga
1) Metode Internalisasi
Metode internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing)
dan keterampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri
seseorang sehingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam
kehiduoan sehari-hari. Definisi ini sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Tafsir
(2011: 299), bahwa pengetahuan (baik itu konsep netral maupun konsep yang
mengandung nilai, ataupun konsep berupa nilai) adalah sesuatu yang diketahui.
Pengethuan masih berada di otak, dikepala, dipikiran, itu masih berada di
daerah luar (extren); keterampilan melaksanakan juga masih berada di daerah
extern. Upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan keterampilan
melaksanakan (doing) itu ke dalam pribadi, itulah yang kita sebut
sebagai upaya internalisasi atau personalisasi. Personalisasi karena upaya itu
berupa usaha menjadikan pengetahuan dan keterampilan itu menyatu dengan pribadi
(person).
Masih menurut Tafsir, ada tiga tujuan pembelajaran. Ini berlaku untuk
pembelajaran, yaitu (a) tahu atau mengetahui (knowing). Disini tugas
pendidik adalah mengupayakan agar peserta didik mengetahui suatu konsep. (b)
mampu melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui (doing), dan (c)
peserta didik menjadi orang seperti yang ia ketahui itu (being).
2) Metode
Keteladanan
“Anak adalah peniru yang baik”. Secara psikologis, anak memang sangat
membutuhkan panutan atau contoh dalam keluarga. Sehingga dengan contoh tersebut
anak dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya jika anak
tidak memperoleh model atau perilaku yang mencerminkan akhlak karimah, tentu
mereka pun akan melakukan hal-hal yang kurang baik.
Hal senada diungkapkan oleh Ahmad Tafsir (2013: 129), hakikat metode
keteladanan adalah pendidik meneladankan muslim dalam segala aspeknya. Yang
meneladankan itu tidak hanya orang tua, tapi seluruh orang yang kontak dengan
anak, antara lain: ayah, ibu, kakek-nenek, paman-bibi dan segenap orang yang
ada dirumah teramasuk pembantu dan orang-orang yang ada disekitar rumah. Mereka
seharusnya meneladankan kebersihan, sifat sabar, kerajinan, transparansi,
musyawarah, jujur, kerja keras, tepat waktu, tidak berkata jorok, mengucapkan
salam, senyum, dan lain sebagainya.
Dari penjelasan diatas dapat ditegaskan bahwa seorang anak akan tumbuh
dalam kebaikan dan memilih karakter yang baik jika ia melihat orang tuanya
memberikan teladan yang baik. Sebaliknya, seorang anak akan tumbuh dalam
penyelewengan dan memiliki karakter yang buruk, jika ia melihat orang tuanya
memberikan teladan yang buruk.
3) Metode
Pembiasaan
Metode lain yang cukup efektif dalam membina karakter anak adalah melalui
pembiasaan. Para pakar pendidikan sepakat bahwa untuk membentuk moral atau
karakter anak dapat mempergunakan metode ini. Al-Ghazali (1985: 53) misalnya,
menekankan pentingnya metode pembiasaan diberikan kepada anak sejak usia dini.
Beliau menyatakan, “Hati anak bagaikan suatu kertas yang belum tergores
sedikitpun oleh tulisan atau gambar. Tetapi ia dapat menerima apa saja bentuk
tulisan yang digoreskan, atau apa saja yang digambarkan didalamnya. Bahkan, ia
akan cenderung kepada sesuatu yang diberikan kepadanya. Kecenderungan itu
akhirnya akan menjadi kebiasaan dan terakhir menjadi kepercayaan (kepribadian).
Oleh karena itu, jika anak sudah dibiasakan melakukan hal-hal bain sejak kecil,
maka ia akan tumbuh dala kebaikan itu dan dampaknya ia akan selamat di dunia
dan akhirat.
Dari penjelasan diatas dapat ditegaskan bahwa penggunaan metode pembiasaan
dalam membina karakter anak sangatlah penting. Jika metode pembiasaan sudah
diterapkan dengan baik dalam keluarga, pasti akan lahir anak-anak yang memiliki
karakter yang baik dan tidak mustahil karakter mereka pun menjadi teladan bagi
orang lain.
4) Metode
Bermain
“Dunia anak adalah dunia bermain”. Demikian ungkapan para ahli
pendidikan sejak zaman dahulu kala. Ungkapan ini menunjukkan bahwa bermain
dapat dijadikan salah satu metode dalam mendidik karakter anak di keluarga.
Belajar sambil bermain demikian istilahnya. Bermain merupakan cara yang paling
tepat untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensinya. Melalui bermain,
anak mendapatkan informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui
ketrampilan yang ada.
Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka manampilkan ciri-ciri
fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa
anak-anak merupakan masa puncak kreatifitasnya dan kreativitas mereka perlu
terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai
kreativitas melalui bermain. Oleh karena itu, pendidikan dirumah yang menekanka
bermain sambil belajar dapat mendorong anak untuk mengeluarkan semua daya
kreativitasnya.
Beberapa ahli psikologi anak seperti Rodgers, Erikson, Piaget, Vygorsky dan
freud, menyampaikan paling tidak ada tiga jenis kegiatan bermain yang mendukung
pembelajaran anak, yaitu bermain fungsional atau sensorimotor, bermain peran
dan bermain konstruktif.
Pertama, bermain fungsional atau
sensomotor dimaksudkan bahwa anak belajar melalui panca inderanya dan melalui
hubungan fisik dengan lingkungannya. Kegiatan sensomotor anak didukung ketika
anak-anak disediakan kesempatan unutk bergerak secara bebas berhubungan dengan
bermacam-macam bahan dan alat permainana, baik di dalam maupun di luar ruangan,
dihadapkan dengan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung
setiap kebutuhan perkembangan anak.
Kedua, bermain peran disebut juga
bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi atau bermain drama. Bermain
peran ini sangat penting unutk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada
usia tiga sampai enam tahun. Bermain peran dipandang sebagai sebuah kekuatan
yang menjadi dasar perkembanagn daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama
kelompok, penyerapan kosakata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri,
ketrampilan spasial, afesi dan ketrampilan kognisi. Kualitas pengalaman main
peran tergantung pada beberapa faktor, anatara lain; (a) cukup waktu untuk
bermain, (b) ruang yang cukup dan (c) adanya peralatan unutk mendukung
bermacam-macam degan permainan.
Ketiga, bermain konstruktif dilakuakn
melalui kegiatan bermain untuk membuat bentuk-bentuk tertentu menjadi sebuah
karya dengan menggunakan beraneka bahan, baik bahan cair, maupaun bahan
terstruktur seperti air, cat, krayon, playdough, pasir, puzzle atau bahan alam
lain.
Dalam kegiatan bermain, dikenal adanya konsep intensitas dan dentitas.
Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk
berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang
dibutuhkan. Konsep densitas menekankan pada keanekaragaman kegiatan bermain
yang disediakan untuk anak di lingkungannya. Kegiatan ini harus memperkaya
kesempatan pengalaman anak melalui beberapa jenis bermain yang dipilih sesuai
dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak.
5) Metode
Cerita
Metode bercerita merupakan salah satu yang bisa digunakan dalam mendidik
karakter anak. Sebagai suatu metode, bercerita mengundang perhatian anak
terhadap pendidik sesuai dengan tujuan mendidik. Adapun tujuan metode bercerita
adalah agar pembaca atau pendengar cerita/kisah dapat membedakan perbuatan yang
baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Metode cerita adalah metode mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan
maupun tulisan. Selain itu, bercerita juga bisa mengembangkan imajinasi dan
otak kanan anak. Intinya bercerita dapat membentuk karakter anak secara tidak
langsung (Salim, 2013: 262).
6) Metode
Nasehat
Metode lain yang dianggap representatif dalam membina karakter anak adalah
melaui nasihat. Metode nasihat merupakan penyampaian kata-kata yang menyentuh
hati dan disertai keteladanan. Dengan demikian, metode ini memadukan antara
metode ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan kepada bahasa ati, tetapi
bisa pula disampaikan dengan pendekatan rasional (Syarbini, 2012: 85).
Dengan demikian dapat ditegaskan, metode nasihat merupakan metode yang baik
untuk membentuk karakter anak. Agar nasihat daoat membekas pada diri anak,
sebaiknya nasihat bersifat cerita, kisah, perumpamaan, menggunakan kata-kata
yang baik dan orang tua memberikan contoh terlebih dahulu sebelum memberi
nasihat.
7) Metode
Pengahargaan dan Hukuman
Metode terakhir yang dianggap dapat membantu dalam menanamkan karakter pada
anak adalah metode dengan penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
Metode penghargaan penting untuk dilakukan karena pada dasarnya setiap orang
dipastikan membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Anak adalah fase dari
pekembangan manusia yang sangat membutuhkan penghargaan. Karena itu, jika anak
bisa melakukan hal-hal yang terpuji selayaknya orang tua memberikan apresiasi
penghargaan, tetapi tidak boleh berlebihan. Karena dengan adanya penghargaan,
anak akan lebih termotivasi unutk melakukan perbuatan-perbuatan baik,
selanjtnya dengan pengahrgaan baisanya anak merasa bangga dan percaya diri.
Selain penghargaan, metode hukuman juga bisa diterapkan dalam membentuk
karakter anak. Namun oerlu digaris bawahi, metode hukuman sebenarnya kurang
baik bila diterapkan dalam pendidikan, terlebih untuk mendidik anak. Sebab
dengan adanya hukuman biasanya anak melakukan sesuatu dalam keterpaksaan karena
takut hukuman.
Sebenarnya, tidak ada ahli pendidikan yang menghendaki digunakannya hukuman
dalam pendidikan kecuali bila terpaksa. Hadiah atau penghargaan jauh lebih
dipentingkan ketimbang hukuman. Dari paparan diatas dapat disimpulkan, metode
penghargaan dan hukuman bisa digunakan dalam mendidik karakter anak, tapi
penghargaan harus didahulukan daripada hukuman, jika hukuman terpaksa harus
diberikan, maka hati-hatilah dalam mempergunakannya, jangan menghukum anak
secara berlebihan, jangan menghukum ketika marah, jangan memukul bagian-bagian
tertentu dari anggota tubuh anak seperti wajah dan usahakan hukuman itu
bersifat adil (sesuai dengan kesalahan anak).
8) Metode
Dialog Qur’ani dan Nabawi
a) Dialog Khithabi dan Ta’abbudi
Keberadaan Al-Qur’an yang membina jiwa anak didik melalui metode ta’abbudi
dan khitabi harus disadari setiap pendidik sehingga mereka mampu mendeteksi
sejauh mana pengaruh dialog tersebut dalam jiwa anak didik. Hal-hal yang dapat
dijadikan indikasi dalam melihat pengaruh itu adalah:
Pertama, Senantiasa merenungkan
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Al-Qur’an dan menjawabnya sesuai dengan
bisikan nurani.
Kedua, Merasakan betrapa berpengaruhnya makna-makna
yang tersirat dalam Al-Qur’an terhadap emosionalitas dan kehidupan pribadi Nabi
SAW.
Ketiga, Mengarahkan perilaku dan perbuatan
selaras dengan tuntunan Al-Qur’an. Sikap seperti itu merupakan hasil alamiah
dari pengaruh emosional dan kepuasan penalaran yang ditimbulkan oleh metode
dialog.
b) Dialog Deskriptif
Dialog deskriptif disajikan dengan gambaran orang-orang yang tengah
berdialog. Pendeskripsian itu meliputi gambaran kondisi hidup da psikologis
orang-orang yang berdialog sehingga kita dapat memahami kebaikan dan
keburukannya. Selain tu, pendeskrisian berpengaruh juga pada mentalitas
seseorang sehingga perasaan ketuhanan dan perilaku positif manusia akan
berkembang.
c) Dialog Naratif
Dialog naratif tampil dalam episode kisah yang bentuk dan alur ceritanya
jelas sehingga menjadi bagian dari cara atau unsur cerita dalam Al-Qur’an.
Walaupun Al-Qur’an mengandung kisah yang disajikan dalam bentuk dialog, kita
tidak dapat mengidentikkan keberadaannya dengan drama yang sekarang ini muncul
sebagai sebuah karya sastra. Artinya, Al-Qur’an tidak menyajikan unsur dramatik
walaupun dalam penyajian kisahnya terdapat unsur dialog, seperti surat Hud
yang mengkisahkan Syu’aib dan kamunya.
d) Dialog Argumentatatif
Di dalam dialog argumantatif, kita akan menemukan diskusi dan perdebatan
yang diarahkan pada pengokohan hujjah atas kaum musyrikin agar mereka mengakui
pentingnya keimanan dan pengesaan kepada-Nya, mengakui kerasulan akhir Muhammad
SAW, mengakui kebatilan tuhan-tuhan mereka dan mengakui kebenaran seruannya.
b. Rumah
Dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan
Rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan
melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga
yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan
syari’at Islam. Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, kita dapat mengatakan bahwa
tujuan terpenting dai pembentukan keluarga adalah sebagai berikut:
1) Mendirikan syari’at Allah dalam
segala permasalahan rumah tangga, artinya tujuan berkeluarga adalah mendirikan
rumah tangga muslim yang mendasarkan kehidupannya pada perwujudan penghambaan
kepada Allah. Unutk hubungan suami istri, Allah pun membolehkan permintaan
thalaq dari seorang istri karena kekhawatiran ketidakmampuan menegakkan
syari’at Allah sebagaimana difirmankan dalam ayat berikut:
فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا
فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ.........
Artinya: “...... Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami
isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya
.....” (Al-Baqarah: 229)
2) Mewujudkan ketentraman dan
ketenangan psikologis Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا
لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا
Artinya: “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan
dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya ........” (Al-A’raf: 189)
3) Mewujudkan sunnah Rasulullah SAW
dengan melahirkan anak-anak sholeh sehingga umat manusia merasa bangga dengan
kehadiran kita. Seperti yang di sabdakan Rasulullah SAW, yang artinya:
“Menikahlah, berketurunanlah,
niscaya kamu menjadi banyak, karena aku akan merasa bangga olehmu dihadapan
umat Islam di hari kiamat”.
Hadits di atas mengisyaratkan
kewajiban rumah tangga muslim dan mendidik putra putrinya melalui pendidikan
yang dapat mewujudkan tujuan Islam dan itu terpatri dalam jiwa mereka.
Kebanggaan anak umat ini hanya terletak dari lahirnya keturunan yang shaleh.
Tanggung jawab itu terletak diatas pundak para orang tua sehingga anak-anak
terhindar dari kerugian, keburukan dan api neraka yang senantiasa
mengisyaratkan hal itu melalui firman-Nya ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu .......” (At-Tahrim: 6)
4) Memenuhi kebutuhan cinta kasih
anak-anak. Naluri menyayangi anak merupakan potensi diciptakan bersamaan dengan
penciptaan manusia dan binatang. Allah menjadikan sebagai salah satu landasan
kehidupan alamiah, psikologis dan sosial mayoritas makhluk hidup.
5) Menjaga fitrah anak agar anak
tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan. Dalam konsepsi Islam, keluarga
adalah penanggung jawab utama terpeliharannya fitrah anak. Dengan demikian,
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan anak-anak lebih disebabkan oleh ketidakwaspadaan
orang tua atau pendidik terhadap perkembangan anak.
3. MATERI
HADIS
a. Hadits
حدثنا إسحاق بن أبي إسرائيل قال حدثنا النضر بن علقمة أبو المغيرة عن داود بن
علي عن أبيه عن بن عباس : { أن النبي صلى الله عليه و سلم أمر بتعليق السوط في
البيت } (رواه البخارى فى الأدب المفرد, باب تعبيق السوط فى البيت : 1229 ) [ ص 422 ] قال الشيخ الألباني : صحيح
Artinya:”Dari ibnu abbas r.a
berkata:”sesungguhnya nabi saw menyuruh untuk menggantung cemeti di dalam
rumah”
b. Mufrodat
أمر = menyuruh
بتعليق = menggantung
السوط = cemeti
فى البيت = di dalam rumah
c. Biografi
Perowi
Nama aslinya adalah abdullah bin abbas bin abdul mutholib
bin hasyim bin abdul manaf,beliau adalah anak dari paman rasulullah,beliau
lahir sebelum tahun 3 H,beliau di doakan oleh rasulullah agar di beri kepahaman
mengenai alquran,sehingga ia mempunyai pengetahuan yang luas dan umar
berkata:ibnu abbas merupakan salah satu orang yang banyak meriwayatkan hadist
sejumlah1660,beliau wafat di kota thaif pada tahun 68 H,beliau merupakan salah
satu dari sekian banyak sahabat nabi dan merupakan salah satu sahabat yang ahli
dalam ilmu fiqih
Dilahirkan di makkah, tiga tahun sebelum hijrah, yaitu di
lembah saat rasulullah beserta kaum muslimin dikepung oleh musyrikin quraisy,
Nabi berdoa kepadanya, “ Ya allah pahamkanlah dia dalam agama dan ajarkanlah
takwil “ Umar bin al-khatab mendudukannya dalam majlisnya dan mengambil manfaat
dari ilmunya yang melimpah serta akalnya tang cerdas. Dia meninggal di thaif tahun 71 H dan
dikuburkan di sana.
d. Keterangan
Hadis
Hadits tersebut menerangkan bahwa perintah Rasulullah
kepada kita untuk menggantungkan cemeti di dalam rumah, hadits tersebut bukan
bermaksud agar orang tua saling memukul anggota keluarganya akan tetapi
maksudnya adalah sekedar untuk membuat rasa takut terhadap ancaman tersebut,
sehingga mereka bisa atau mampu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bersifat
buruk atau terrcela.
C. REFLEKSI HADIS DALAM KEHIDUPAN
Di
dalam lingkungan buruk yang dilahirkan oleh pengaruh budaya barat dan berbagai
media informasi terhadap rumah tangga muslim, dan orang tua yang larut dalam
berbagai pekerjaan Seperti pada sebagian keluarga, sang ibu keluar untuk
bekerja, sedangkan ayah mengambil jam lembur, akhirnya mereka sangat jauh dari
pendidikan anak-anak mereka. Jika berkumpul dengan anak-anaknya, mereka
kehilangan rasa humornya, yang didengarkan oleh anak-anak hanyalah teriakan dan
kata-kata keras, jauh dari kalimat kasih sayang, senyum manis atau candaan.
Sebagian orang tua mengira bahwa hal tersebut merupakan cara terbaik untuk
mendidik anak, bahkan menurut mereka merupakan prinsip dalam hal ini.
"Pukullah anakmu untuk mendidiknya, maka dia akan menjadi anak beradab dan
saleh." Ini merupakan kekeliruan dalam pendidikan.
Mendidik
anak dengan menggantung pecut untuk dilihat anggota keluarga, termasuk sunah,
akan tetapi itu menjadikan sarana satu-satunya dalam masalah ini adalah
pendapat yang tertolak. Metode-metode pendidikan harus digali dari wahyu yang
mulia; Al-Quran dan Sunah. Syariat telah membawah segala sesuatu yang
bermanfaat bagi manusia dan segala urusannya. Di antara metode tersebut adalah
mendidik dengan memberikan kisah. Demikianlah, mendidik dengan kisah dan
menyampaikan makna agar sensitif dan mewujudkan tujuan dengan contoh, merupakan
metode yang paling baik dan paling banyak menghasilkan kesuksesan dan nyata,
insya Allah.
Demikianlah, kami dapatnya kenyataan
bahwa memberikan nasehat dengan kisah sangat berpengaruh dalam jiwa anak.
Semakin menarik orang yang bercerita dengan caranya yang khas, akan menarik
perhatian sang anak dan mempengaruhinya, karena kisah memiliki pengaruh bagi
orang yang membaca atau mendengarnya.
Termasuk perkara yang tidak diragukan
lagi bahwa kisah menarik dan rinci, akan membuat pendengarnya tertarik dan
sampai ke dalam jiwa manusia dengan mudah. Karenanya, metode kisah mendatangkan
manfaat yang lebih efektif. Kisah adalah sesuatu yang disukai orang dan
memberikan kesan dalam jika serta selalu diingat. Bahakn saat masa kecil
sekalipun, mereka cenderung suka mendengarkan kisah dan memasang pendengarannya
untuk itu. Fenomena ini merupakan tabiat, selayaknya bagi para pendidik
memanfaatkan hal ini dalam media pendidikannya, apalagi banyak media kita yang
merusak anak-anak kita dengan menjadikan bintang-bintang film sebagai pahlawan.
Tidak ada seorang bintang film pun kecuali mereka melakukan wawancara
dengannya.
D. ASPEK
TARBAWI
1). Pendidik hendaknya bersikap tegas
terhadap peserta didiknya.
2). Pendidik hendaknya bersikap
berani dalam mengambil keputusan.
3). Pendidik
hendaknya dapat membuat peserta didik merasa nyaman dalam menerima pelajaran.
4). Mendidik
akhlak dan jiwa peserta didik, menanamkan nilai-nilai keutamaan, membiasakan
mereka dengan kesopanan yang tinggi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian metode adalah
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian, metode
dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Selain
itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tertentu.
Beberapa metode pendidikan yang dikemukakan dalam makalah ini terdiri dari
Metode Internalisasi, Metode Keteladanan, Metode Pembiasaan, Metode Bermain,
Metode Cerita, Metode Nasehat, Metode Pengahargaan dan Hukuman, Metode Dialog
Qur’ani dan Nabawi.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan
Isalm Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: GEMA INSANI PRESS
Falah, Saiful. 2014. Parent Power Membangun Karakter Anak Melalui
Pendidikan Keluarga, Jakarta: Republik
Syarbini, Amirullah. 2014. Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
TENTANG PENULIS
Dzikriyatul Fikriyah, dengan nama panggilan adalah
Dzikri, lahir di Pemalang, Jawa Tengah pada tanggal 18 April 1992. Pendidikan
dasar di SDN kebondalem 02, kemudian dilanjutkan di MTsN (Model) Pemalang,
kemudian dilanjutkan di MAN Buntet Pesantren Cirebon. Pada tahun 2009,
melanjutkan studi di IAIN Walisongo Semarang Fakultas Syari’ah Jurusan D.3
Perbankan Syari’ah dan lulus tahun 2012.
Pada tahun 2013 melanjutkan studi di program S.1 STAIN
Pekalongan dengan mengambil program studi Pendidikan Agama Islam sampai dengan
sekarang baru semester empat (4).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar