Lembaga Pendidikan
"Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga"
Mata Kuliah: Hadist Tarbawi II
Oleh:
1.
Yuni
Kurniasih (2021213015)
KELAS L
JURUSAN
TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, pertama dan utama kalimat puji syukur
pemakalah panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan segala Rahmat,
taufik, dan hidayahNya kepada pemakalah, sehingga makalah yang berjudul
“Lembaga Pendidikan Teladan Pemimpin Dari Rumah Tangga’’ ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada beliau baginda Nabi
Muhammad Rasulullah SAW.
Makalah ini merupakan materi yang disajikan sebagai bahan
materi dalam Mata Kuliah Hadist Tarbawi 2. Makalah ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan Mahasiswa mengenai pentingnya teladan seorang pemimpin
dari Rumah Tangga sebagai pendidik atas anak-anaknya sebagai generasi penerus
bangsa agar terbentuk pribadi yang memiliki
sifat Sidiq,Tabligh,Amanah, dan Fathanah, berakhlakul karimah serta mengikuti
sunnah Nabi-Nya dan taat kepada Allah SWT untuk menjalankan tugas khalifah
dibumi terutama dalam keluarga.
Sebelum mengakhiri pengantar ini penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu terutama Bapak dan Ibu ku
yang telah mendidik dan memberi motivasi serta jasanya yang begitu luar biasa
yang mana penulis tidak mampu membalas jasanya yang tak ternilai dan hanya Allah SWT semata yang dapat memberi
pahala semoga kelak dikumpulkan di yaumul qiyamah dengan para kekasih Allah
SWT. Amin ya rabb alamin.
Dengan kemampuan yang sangat terbatas, penulis menyadari
bahwa apa yamg disajikan dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan disana sini. Oleh karenaya kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak khususnya Bapak Dosen dan sahabat-sahabati seperjuangan kelas L
Tarbiyah PAI. Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat serta
memberi perbaikan dikemudian hari. Aminnn
Pekalongan,
13 februari 2015
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam sebuah hadits shahih di riwayatkan oleh Al Imam Bukhari, disebutkan
bahwa Rasululllah SAW bersabda :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَ الْفِطْرَة, فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
(HR. Bukhari I:240)
Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa setiap anak itu lahir dalam
keadaan baik hanif dan bertauhid, sedang apabila ia kelak dewasa menajadi orang
kafir, yahudi, Nasrani dan Majusi. Sungguh itu semua adalah karena orang tua
mereka, yang dimana mereka tiada memberikan pendidikan yang baik.
Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”
(QS.At Tahrim. 66 :6)
Keluarga merupakan
denyut nadi kehiudpan yang dinamis dan termasuk salah satu pranata yang secara
konstruktif mempunyai andil besar dalam pembentukan,pertumbuhan,dan
pengembangan pendidikan karakter anak.
PEMBAHASAN
1.PENGERTIAN
Munculnya gejala kependidikan dalam suatu keluarga menurut A. Hamid
Syarif (1993:161) disebabkan adanya pergaulan antara orang tua sebagai manusia
dewasa dengan anak yang belum dewasa. Dari peristiwa itu lahirlah pendidikan
dalam sebuah wadah yakni keluarga. Dalam perspektif Islam, keluarga dikenal
dengan istilah usrah, ahl, ‘ali, dan nasab. Keluarga dapat diperoleh melalui
keturunan,yaitu anak-cucu. Anak merupakan anugerah, amanat Allah swt. Sebahai hasil
perkawinan yang dijaga, dibina, dan dibimbing, ia adalah generasi penerus dan
cita-cita orang tua. Dengan demikian, orang tua mempunyai tanggung jawab penuh
terhadapnya dalam situasi dan kondisi apapun juga. Jalaluddin dan Usman Said
(1999:101) menyebut tanggung jawab keluarga terhadap anaknya adalah pertama,
mencegah kemungkaran dan selalu menginstrusikan hal-hal yang baik. Kedua,
memberikan arahan dan binaan, untuk selalu berbuat baik. Tiga, beriman dan
bertakwa kepada Allah.[1]
Firman
Allah swt:
وَقُو دُهاَالنَا سُ وَالحِجَارَةُ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu” (QS.At Tahrim. 66 :6)
Ayat diatas merupakan dasar pengajaran dan
pendidikan anggota keluarga,memerintah mereka dengan kebaikan dan mencegah
mereka dari kemungkaran.[2]
“Anak adalah peniru yang baik” Ungkapan
tersebut seharusnya disadari oleh para orang tua, sehingga mereka bisa lebih
menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya.
Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.
Secara psikologis, anak memang sangat
membutuhkan penutan atau contoh dalam keluarga. Sehingga dengan contoh tersebut
anak dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya jika anak
tidak memperoleh model atau perilaku yang mencerminkan akhlakul karimah, tentu
mereka pun melakukan hal-hal yang kurang baik. Pada dasarnya seorang anak yang
melihat orang tuanya berbuat dusta, tidak mungkin ia belajar jujur. Seorang
anak yang melihat orang tuanya berkata kasar, tidak mungkin ia akan belajar
bertutur manis. Seorang anak yang melihat orang tuanya marah tidak mungkin
belajar sabar, seorang anak yang melihat orang tuanya berkhianat,tidak mungkin
ia belajar amanat. Dari penjelasan diatas dapat ditegaskan bahwa seorang anak
akan tumbuh dalam kebaikan dan memiliki karakter yang baik jika ia melihat
orang tua orang tuanya memberikan teladan yang baik. Sebaliknya seorang anak
yang akan tumbuh dalam dalam penyelewengan dan memiliki karakter yang buruk,
jika ia melihat orang tuanya memberikan teladan yang buruk. [3]
Sebuah kepemimpinan merupakan amanah bagi
orang yang mengembannya. Oleh karena itu kekuasaan yang diemban seorang
pemimpim itu harus dijaga dan dilaksanakan sebaik-baiknya. Seseorang pemimpin
hendaknya berlaku adil terhadap masyarakat dan tidak melakukan kezaliman.[4]
3.HADIST
4- حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا صَالِحٌ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ قَالَ { كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى
عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ
فَيَجْمَعَ أَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ
} (رواه الدارمي فى السنن,كتاب
فضا ئل القران, باب فى ختم القران)
Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Shalih dari Tsabit Al Bunani
ia berkata; Apabila Anas bin Malik hampir mengkhatamkan Al Qur'an di malam
hari, ia menyisakan sedikit dari Al Qur'an hingga waktu pagi. Lalu ia
mengumpulkan keluarganya, kemudian ia mengkhatamkan Al Qur'an bersama mereka.
(HR. Ad-Darimi).
MUFRODAT:
Dari Tsabit al Bunaaniyi berkata
|
عَنْ ثَابِتٍ
الْبُنَانِيِّ قَال
|
Adalah
|
كَانَ
|
Anas bin Malik
|
اَنَسُ بْنُ مَالِكِ
|
Apabila
|
اِذَا
|
Sudah mendekati
|
اَشْفَى عَلَى
|
Khatam Al-Qur’an
|
خَتْمِ الْقُرْاَنِ
|
Pada waktu malam
|
بِللَّيْلِ
|
Masih atau menyisakan sedikit
|
بَقَّى
|
Darinya
|
مِنْهُ
|
Sesuatu
|
شَيْئًا
|
Sampai
|
حَتَّى
|
Pagi hari
|
يُصْبِحَ
|
Mengumpulkan
|
فَيَجْمَعَ
|
Keluarganya
|
اَهْلَهُ
|
Mengkhatamkannya
|
فَيَخْتِمَهُ
|
Bersama
|
مَعَهُمْ
|
4.Nilai Edukatif yang Teraplikasikan
Tinjauan dari sudut
ilmiah menunjukkan bahw, pada dasarnya, keteladanan memiliki sejumlah azas
kependidikan berikut ini.
Pertama, seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan di hadapan anak didiknya,
bersegera untuk berkorban, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang hina. Artinya,
setiap anak didik akan meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap
ajaran yang diberikan sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak
merupakan tuntutan realitas dan dapat diaplikasikan. Begitu juga dengan orang
tua, anak-anak harus memiliki figur teladan dalam keluarganya sehingga sejak
kecil dia terarahkan oleh konsep-konsep islam. Dengan begitu, para pendidik dan
orang tua harus menyempurnakan dirinya dengan akhlak mulia yang berasal dari
Al-Qur’an dan dari perilaku Rasulullah saw.
Kedua, sesungguhnya islam telah menjadikan kepribadian Rasulullah saw, sebagai
teladan abadi dan aktual bagi pendidik dan generasi muda sehingga setiap kali
membaca riwayat beliau, semakin bertambahlah kecintaan dan hasrat kita untuk
meneladani baliau. Islam menyajikan keteladanan ini agar manusia menerapkan
suri teladan itu kepada dirinya sendiri.[5]
Ketiga,Peran orang tua dalam pengembangan Anak di Lembaga Keluarga
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti
paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan
etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam
pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak,
akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya,
akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.[6]
Ahmad Tafsir
(2013:129), hakikat keteladanan adalah pendidik yang meneladankan itu tidak
hanya orang tua, tapi seluruh orang yang yang kontak dengan anak, diantaranya
ayah,ibu,kakek,nenek,paman-bibi dan segenap orang yang di rumah termasuk
pembantunya. Mereka seharusnya meneladankan sifat sabar, jujur,tidak berkata
jorok,mengucapkan salam,senyum,kebersihan,kerja keras, tepat waktu,senyum dan
sebagainya. [7]
Keluarga adalah basis awal pengembangan
pendidikan bagi anak-anak.keluarga sebagai institusi yang sejak dini dan awal
telah menanamkan sendi-sendi kehiupan bagi masa depan manusia terutama bagi anak-anak
yang masih membutuhkan, bimbingan, dan pedoman hidup ke depan. Islam memandang
bahwa orang tua memiliki tanggung jawab penuh dalam mengantarkan anak-anaknya
untuk bekal kehidupan kelak, baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Sebagai
lembaga pendidikan, maka orang tua terutama pihak ibu memiliki peranan yang
cukup signifikan dalam penumbuhan dan pengembangan pendidikan anak kedepan.
Anak merupakan orang pertama yang masuk sebagai peserta didik. Oleh karenanya
dalam berinteraksi orang tua harus mampu menampilkan pola perilaku positif,
karena dapat menjadi stimulus anak, terutama dalam etika
berbicara(sopan-santun), bertingkah laku, dan sebagainya. Karena anak akan
men-sugesti,mendemonstrasikan apa yang biasa ia lihat, lebih-lebih yang ia
lihat itu datang menyadari dalam lingkungan keluarga sendir. Maka alternatifnya
anak selalu diajak untuk menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar, yang
dimulai dari kehidupan interaksional dalam keluarga.[8]
Oleh karena itu,
masalah keteladanan menjadi faktor penting adalam menentukan baik buruknya
anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, sabar, dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka
si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, sabar dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu
pula sebaliknya jika pendidik adalah seorang pembohong, pengkhianat, orang yang
kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat,
durhaka, kikir, penakut, dan hina.
Seorang anak, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk
kebaikannya, bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi
prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak
melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi,
adalah sesuatu yang sangat mudah bagi pendidik, yaitu mengajari anak dengan
berbagai materi pendidikan, akan tetapi adalah sesuatu yang teramat sulit bagi
anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan
dan bimbingan kepadanya tidak mengamalkannya. Oleh karena itu,
disebutkan dalam hadis bahwa “surga itu terletak dibawah telapak kaki ibu”. Hal
tersebut menunjukkan peran seorang
perempuan sebagai ibu rumah tangga turut berperan dalam membina keluarga
sebagaimana seorang suami yang hendak membina keluarga agar jauh dari perbuatan
maksiat yang dapat menggiring ke neraka.[9]
Berdasarkan
Al-Qur’an dan As-sunnah, kita dapat mengatakan bahwa tujuan terpenting dari
pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut.
Pertama, mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah
tangga. Artinya, tujuan berkelurga adalaah mendirikan rumah tangga muslim yang
mendasarkan kehidupannya pada perwujudan penghambaan kepada Allah.
Kedua, mewujudkan ketenteraman dan ketenangan pikologis.
Ketiga, mewujudkn sunnah Rasulullah saw dengan melahirkan anak-anak
saleh sehingga umat manusia merasa bangga dengan kehadiran kita.
Keempat, memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak
Kelima,menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan
penyimpangan-penyimpangan.
Dengan demikian, orang tua dan pendidik berkewajiban melakukan dua
langkah berikut.
Pertama, membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat
Allah,
Kedua, membiasakan anak-anak untuk mewaspadai penyimpangan-penyimpangan
yang kerap membiaskan dampak negatif terhadap diri anak.[10]
Syariat Islam memuat ajaran-ajaran yang
mengatur manusia untuk bekerja dan mencari nafkah dengan jalan halal.
Aturan-aturan yang berlaku bagi rumah tangga muslim di dalam bekerja dan
berusaha sebagai berikut.
1.
Tanggung
jawab Laki-Laki untuk bekerja dan wanita mengatur rumah tangga
Kepala keluarga
(suami) yang baik harus mempunyai keyakinan bahwa segala pekerjaan dan usaha
yang dilakukan itu adalah ibadah dan sebagai suatu ketaatan kepada Allah swt.
Sedang istri kewajibannya mengurus rumah tangga.
2.
Istri
berhak bekerja dengan aturan tertentu
Islam membatasi
hak-hak wanita bekerja sesuai dengan tabiat dan kodrat kewanitaannya, seperti
menjadi guru, perawat. Islam melarang wanita bekerja ditempat yang
berdesak-desakan dengan kaum laki-laki.
3.
Usaha
itu harus halal dan baik
Wajib bagi
suami untuk mencari pekerjaan yang baik agar hasilnya halal, suami tidak boleh
bekerja dengan jenis pekerjaan yang haram.
4.
Bekerja
sesuai dengan batas kemampuan
Suami tidak
boleh bekerja melampaui batas hak-hak bagi anggota keluarganya, sebab setiap
mereka (istri dan anak-anak) memiliki hak yang harus dipenuhi oleh suami.
5.
Melatih
anak bekerja
Islam
senantiasa memperhatikan masalah pertumbuhan anak dengan anjuran agar anak-anak
dilatih bekerja pada usia dini. Islam melarang memanjakan anak seperti yang
terjadi di negara-negara yang moralnya rusak.[11]
5.ASPEK TARBAWI
1. Setiap orang adalah
pemimpin
2.Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki tanggung jawab dan akan
dimintai pertanggungan jawabnya.
3. Pemberian pengaruh secara
spontan
Pengaruh yang tersirat
dari sebuah keteladanan akan menentukan sejauhmana seseorang memiliki sifat
yang mampu mendorong orang lain untuk meniru dirinya,
4. Pemberian pengaruh
secara sengaja
Pemberian pengaruh secara sengaja melalui keteladanan bisa juga dilakukan
secara sengaja, misal seorang imam membaguskan shalatnya untuk mengajarkan
shalat yang sempurna.
5.Seorang pemimpin dalam rumah tangga harus bisa menjadi teladan yang baik untuk keluarganya
6.Keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak
7. Rasulullah sebagai figur pendidik islami, mengisyaratkan agar
pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mengarahkan anak didiknya
melalui teladan dan contoh perbuatan secara langsung. [12]
PENUTUP
KESIMPULAN
Keluarga merupakan denyut nadi kehidupan yang dinamis dan termasuk
salah satu pranata yang secara konstributif mempunyai andil besar dalam
pembentukan, pembinaan,pertumbuhan, dan pengembangan pendidikan karakter anak,
karena keluarga dibangun lewat hubungan-hubungan kemanusiaan yang akrab dan
harmonis, serta lahir dan tumbuh gejala sosial dan pendidikan di lingkungan
pergaulan keluarga. Rasulullah sebagai
figur pendidik islami, mengisyaratkan agar pihak-pihak yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan mengarahkan anak didiknya melalui teladan dan contoh perbuatan
secara langsung. Dan yang tak kalah penting, para pendidik dituntut untuk
mengarahkan pandangan anak didik untuk meneladani perbuatannya. Pendidik yang
demikian dapat dikatakan sebagai pendidik yang telah membuat jejak-jejak
kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Yasin, Fatah.
2008. “Dimensi-dimensi Pendidikan Islam”. Malang:UIN Malang Press
Abdurrahman,
An-Nahlawi.1995.”Pendidikan islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat”.
Jakarta:Gema Insani Press
Bariyah,Oneng
Nurul. 2007. “Materi Hadist tentang islam, hukum, ekonomi, sosial dan
lingkungan”. Jakarta:Kalam Mulia
Haris,Ainul bin
Umar Arifin. 1998. “40 Nasehat memperbaiki Rumah Tangga”. Jakarta:Darul
Haq
Syahatah,Husein.1998.
“Ekonomi rumah tangga muslim”. Jakarta:Gema Insani Press
Syarbini,Amirulloh.”Model
pendidikan karakter dalam keluarga”. Banten: PT Elex Media Komputindo
Ulwan,Dr.Abdullah
Nasih.2007.”Pendidikan anak dalam islam”. Jakarta: Pustaka Amani
[2].Ainul Haris
Bin Umar Arifin,40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga,(Jakarta:Darul
Haq,1998),hlm.31
[3].Amirulloh
Syarbini,Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga,(Banten:PT Elex Media
Komputindo),hlm.61
[4].Dra. Oneng
Nurul Bariyah, Materi hadist,(Jakarta:Kalam mulia,2007), hlm 122
[5]
Abdurrahman
An-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan masyarakat,(Jakarta:Gema
Insani Press, cet 1,1995), hlm.262
[6]. Dr. Abdullah
Nashih Ulwan,Pendidikan Anak Dalam Islam,(Jakarta:Pustaka
Amani,2007),hlm.142
[7]. Amirulloh
Syarbini,Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga,(Banten:PT Elex Media
Komputindo),hlm.61
[8]. A.Fatah
Yasin, dimensi-dimensi pendidikan islam,(Malang:UIN Malang Press,2008),
hlm. 217
[9].Dra.
Oneng Nurul Baariyah,Materi Hadist tentang Islam, Hukum Ekonomi, sosial dan
Lingkungan,(Jakarta:Kalam Mulia,2008),hlm.118
[10]. Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan
masyarakat,(Jakarta:Gema Insani Press,1995), hlm.139
[11].Husein
Syahatah,Ekonomi rumah tangga muslim,(Jakarta:Gema Insani Press,1998),
hlm.62
[12]. Abdurrahman
An nahlawi, pendidkan islam di rumah, sekolah, dan masyarakat,(Jakarta:Gema
Insani Press,1995), hlm. 266
Tidak ada komentar:
Posting Komentar