AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Mata Kuliah : Hadist Tarbawi
II
oleh:
Dewi Astuti
( 2021113174 )
Kelas/Semester : PAI – F/ IV ( Empat )
JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah
puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas individu
mata kuliah Hadist Tarbawi II, yang berjudul “AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN”.
Dalam penyelesaian makalah ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu
melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Dan tidak pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen mata kuliah Hadist Tarbawi II.
Sebagai bantuan dan dorongan serta
bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima dan menjadi amal sholeh
dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya .
Pekalongan, 11 Maret 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an tidak
lain adalah sebuah kitab suci, dan merupakan salah satu dari kitab-kitab suci
yang diturunkan oleh Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yang
berisikan garis besar pemahaman akan hakekat kemanusian dan alam sekitar kepada
manusia, apabila manusia sanggup menggunakan akalnya (rasio) dan tidak hanya
menggunakan hati nurani yang digunakan untuk menyatakan keyakinan terhadap
tanda-tanda kebesaran Allah.
Al-Qur’an telah
menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan
membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari
alam materi. Al-Qur’an menunjukkan bahwa materi bukankah sesuatu yang kotor dan
tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada
Allah serta kegaiban dan keagungan-Nya. Alam semesta yang amat luas adalah
ciptaan Allah, dan Al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap
keajaiban dan kegaibannya, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang
melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya. Jadi Al-Qur’an membawa manusia kepada
Allah melalui ciptaan-Nya dan realitas konkret yang terdapat di bumi dan di
langit. Inilah yang sesungguhnya dilakukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu:
mengadakan observasi, lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan
eksperimen. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat mencapai yang maha pencipta
melalui observasi yang teliti dan tepat terhadap hukum-hukum yang mengatur
gejala alam, dan Al-Qur’an menunjukkan kepada Realitas Intelektual Yang Maha
Besar, yaitu Allah SWT lewat ciptaan-Nya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiman Pengertian Al-Quran dan ilmu pengetahuan?
2.
Bagaimana teori pendukung Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan?
3.
Bagaimana Hadist tentang Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan?
4.
Bagaimana refleksi Hadist tentang Al-Qur’an sebagai sumber ilmu
pengetahuan dalam kehiduapan?
5.
Apa saja aspek tarbawi dari Hadist Al-Qur’an sebagai sumber ilmu
pengetahuan?
C. Metode
Makalah ini dibuat dengan
mengunakan metode kajian pustaka yaitu dengan mencari dan mengunakan referensi
buku atau kajian lainnya yang merujuk pada permasalahan.
D. Sistimatika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dengan menggunakan 3 bagian
yaitu :
BAB
I, bagian
pendahuluan yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, metode pemecahan
masalah, sistematika penulisan makalah.
BAB
II, bagian pembahasan.
BAB
III, bagian penutupan terdiri dari kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Secara harfiah Al-Qur’an berasal dari kata Qara’a yang
artinya membaca atau mengumpulkan. Dan secara termologi Al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, sampai
kepada kita secara mutawarir. Di mulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas, dan dinilai ibadah bagi orang yang membacaranya dan mendengarkan.[1]
Dalam konteks Indonesia, kata “ilmu”, seperti
halnya kata science dalam bahasa Inggris, juga berasal
dari kata asing, dari bahasa Arab. Ilmu berasal dari ‘ilm, kata jadian
dari ‘alima, ya’lamu, menjadi ‘ilmun, ma’lumun, ‘alimun, dan
seterusnya. Tiga kata yang terakhir ini menjadi kata Indonesia, ilmu, maklum,
dan alim ulama. Dalam bahasa Arab, ‘alima, sebagai kata kerja, berarti
tahu atau mengetahui. Ilmu, sebagaimana halnya scientia, berarti juga
pengetahuan.
Dari segi maknanya, pengerian ilmu sepanjang terbaca
dalam pustaka menunujukan sekurang-kurangnya pada tiga hal, yakni pengetahuan,
aktivitas, dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini
yang palig umum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Diantara para
filosof dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu
kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (a
systematic body of knowledge). Seorang filosof yang meninjau ilmu, John G.
Kemeny, juga memakai arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode
ilmiah (all knowledge collected by means
of the scientific method).[2]
Sedangkan Ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan
kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui
dan mengingat tentang sesuatu.[3]
Jadi dapat di
simpulkan bahwa Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan adalah ilmu
pengetahuan yang didapat oleh manusia melalui teks-teks wahyu Allah, yakni
al-Qur’an.
2.
Teori
Pendukung
Al-Qur’an
sekarang semakin laris dikaji oleh para ilmuan terutama masyarakat maju
nonmuslim. Terbukti, Al-Qur’an banyak memberikan informasi tentang Iptek yang
semakin hari semakin nyata lewat kajian dan percobaan yang mengagumkan. Sebagai
contoh, hasil percobaan pemotretan atas pegunungn-pegunungan di Nejed (Arab
Saudi) oleh Telstar (Satelit Amerika Serika) ternyata diketahui bahwa
gunung-gunung itu beracak sebagaimana mega (QS 27:88). Jangkau pengamatan
empirik dan resiko kita terlalu lemah, dan akal kita tidak mampu mencerna bahwa
gunung-gunung sedahsyat itu dan terancap di bumi, dikatakan dalam Al-Qur’an,
berjalan sebagaimana awan. Tetapi ternyata hal ini telah di buktikan oleh Iptek
sebagai perpanjangan pengamatan manusia.
Memang
begitulah kehendak Allah terhadap gunung-gunung, karena wajib menerima dengan
penuh keimanan semua isi Al-Qur’an yang menyangkut Iptek, baik itu sudah
terbukti atau belum. Manusia dan Iptek masih harus kerja keras untuk
membuktikan formula-formula Al-Qur’an. Iptek menjelaskan fenomena alam semesta,
dan alam semesta membuktikan kebenaran Al-Qur’an, karena Al-Qur’an dan ayat
kauniyah salaing menafsirkan secara konsisten, tidak bertentangan.
Jika Alvin
Toffler meramalkan revolusi gelombang ketiga adalah revolusi komunikasi, maka di
lembaga pendidikan dan R&D kita diramalkan akan bangkit revolusi gelombang
keempat yaitu revolusi spiritual. Di saat Al-Qur’an mulai dikomunikasikan oleh
berbagai institusi di dunia, Al-Qur’an akan menjadi paradigma dan dasar, serta
memberi makna spiritual kepada Iptek yang kini masih berwajah bebas-nilai (value-free).
Dunia akan damai jika Al-Qur’an dipakai sebagai rujukan Iptek. Tidak ada
rujukan lagi di dunia ini, kecuali kembali kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi adalah dua pusaka abadi untuk kehidupan manusia.[4]
3.
Materi
Hadist : Al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan
عَنْ
الْحَارِثِ قاَلَ مَرَرْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَآِذَا النّاَسُ يَخُوضُونَ فِي
الآَحَادِيثِ فَدَخَلْتُ عَلى عَلٍيِ فَقُلْتُ يَاآَمِيرُ الْمُؤمِنِيْنَ
ألاَ تَرَى أَن النَّاَسَ قَدْ خَاضُوا فِي الْاحَادِيثِ قَالَ وَقَدْ فَعَلُوهَا
قُلْتُ نَعَمْ قَالَ آَمَا إِنِّي قَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللٌهِ صَلٌىَ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: آَلَا إنّهاَ سَتَكُونُ فِتْنَةُ فَقُلْتُ مَا المَخْرَجُ
مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَهِ قاَلَ كِتَابُ اللٌهِ فِيهِ نَبَأُ ماَ كَانَ
قَبْلَكُمْ وَخَبَرَ مَا بَعْدَكُم وَ حُكَمَ مَا بَيْنَكُمْ وَهُوَ الْفَصْلٌ
لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللهُ وَمَنْ ابْتَغَى
الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أضَلَّهُ اللهُ وَهُوَ حَبْلُ الله الْمَتِينُ وَهُوَ
الٌدِّكْرُ اْلحَكِيْمُ وَهُوَ الِّصرَاطَ الْمُسْتَقِيْمُ هُوَ اَّدِلَاء تَزِيغُ
بِهِ الآَهْوَاءُ وَلاَتَلْتَبِسُ بِهِ الألْسِنَةُ وَلاَ يَشْبَعُ مٍنْهُ
الْعُلَمَاءُ وَلاَ يَخْلَقُ عَلَى كَثْرَةِ الرٌّدِّوَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ
هُوَ الَّذِي لَمْ تَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا
قُرْانَا عَجَبَا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَامَنَّأ بِهِ, مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ
وَمَنْ عَمِلَ بِهِ آُجِرَ وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هَدَى
إلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمِ خُذْهَا إِلَيْكَ يَا آَعْوَرُ.} قَالَ آَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثِ غَرِيبُّ لا
نَعْرِفُهُ إلاَّ مِنْ هَذَا الوَجْهِ وَإِسْنَادُهُ مَجْهُولٌ وَفِي الحَارِثِ
مَقَالٌ (رواه الترمذي فى الجامع,كتاب
فضائل القران عن رسول الله,باب ما جاء فى فضل القرآن)
Artinya : Di
riwayatkan dari Al Harits, Beliau Berkata “Pada suatu waktu aku melewati
masjid, di sana pada waktu itu aku melihat orang-orang sedang berbicara panjang
lebar, lalu aku mendatangi Ali. Aku bertanya kepadanya, wahai Amirul Mu’minun
tidakkah engkau melihat orang-orang yang telah berbicara panjang lebar. Beliau
bertanya ataukah mereka benar-benar meengerjakannya, aku menjawab Ya. Beliau
berkata,”ingatlah sesungguhnya aku mendengar Rasulullah bersabda: “Ingatlah
bahwa sesungguhnya akan terjadi fitnah. Lalu aku (Ali) bertanya: apa jalan
keluar darinya wahai Rasulullah?. Beliau bersabda Kitabullah yang di dalamnya
terdapat cerita cerita tentang umat sebelum kalian juga kabar tentang hal yang
akan terjadi setelah kehidupan kalian dan hukum sesuatu yang terjadi diantara
kalian. Dan Kitabullah adalah pemisah antara yang haq dan yang bathil bukan
senda gurau. Barang siapa yang meninggalkannya dari orang-orang yang angkuh atau sombong maka Allah akan
membinasakannya dan barang siapa mencari petunjuk dengan selamanya maka Allah
akan menyesatkannya. Kitabullah adalah kitab Allah yang kuat, juga dzikir yang
bijaksana, serta jalan yang lurus. Kitabullah adalah sesuatu yang membuat
keinginan tidak menyeleweng, tidak membuat lidah sulut dalam melafalkan, tidak
membuat para ulama merasa puas , tidak usang sebab banyak di ulang serta tidak
akan habis keajaiban-keajaibannya. Kitabullah adalah sesuatu yang membuat jin
tidak berhenti kala mendengarnya sehingga mereka berkata, “Sesungguhnya kami
telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan, yang memberi petunjuk pada jalan
kebenaran, lalu kami beriman kepadanya”. Barang siapa berbicara dengannya
(Kitab Allah) maka dia telah berkata jujur. Barang mengamalkannya maka akan
diberikan pahala. Barang siapa menghukumi dengannya maka dia telah berbuat
adil. Barang siapa yang mengajak kepadanya maka dia telah diberi petunjuk pada
jalan yang lurus. Ambillah kalimat-kalimat ini wahai orang yang bermata satu.
Hadist ini adalah Hadist ghorib yang tidak kami ketahui kecuali dari hadistnya
Hamzah Al Zayyat mata rantai hadistnya tidak diketahui dan dalam hadistnya
Al-Hadist terdapat komentar. (HR. At-Tirmidzi).
4.
Refleksi
Hadist dalam Kehidupan
Dalam konteks Islam, pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan
khas manusia. Pengetahuan ini sebenarnya juga berada pada akal budi manusia,
tetapi yang dibedakan disini adalah menekankan pada sistematika dan kekuatan
metodologis. Selain itu, terdapat sumber pengetahuan lagi dalam perspektif
islam, yaitu Ilham dan wahyu. Hal ini disebutkan sebagai sumber pengetahuan
tertinggi di luar struktur pengalaman dan pengetahuan rasio, bahkan diluar
jangkauan akal. Para filosof sufilah yang memaparkan hal ini. Pengetahuan wahyu
juga dapat mengungkap tabir metafisik.[5]
Menurut Imam Jafar Shadiq as, wahyu adalah salah satu alat dan
sumber pengetahuan. Ratusan ayat dalam al-Quran menyinggung wahyu sebagai
sumber besar ilmu pengetahuan. Bahkan tidak hanya dalam al-Quran saja, semua
kitab Samawi dan para pengikut agama-agama Samawi memperkenalkan wahyu sebagai
sumber terpenting ilmu dan makrifat, sebab wahyu bersumber dari ilmu tak
terbatas Allah Swt.[6]
Setelah manusia diciptakan dia tidak ditinggalkan dalam kebodohan
dalam hidup merana diatas bumi tanpa daya, melainkan dianugrahi Allah
pengetahuan dan pengertian terhadap unsur-unsur dari alam semesta agar dapat
menggali dan memanfaatkan kekayaan yang ada di bumi dan di langit bagi
kesejahteraan hidupnya. Kekayaan pengetahuan inilah yang mengangkat kedudukan
manusia di atas makhluk lainnya yang saat ini di bawah kekuasaannya, yang
setiap saat dapat dimanfaatkannya untuk melayaninya. Kesemuanya itu merupakan
karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepada manusia sehingga ia bersyukur
kepada-Nya atas anugerah dan karunia-Nya serta tidak berbuat kerusakan dalam
kerajaan-Nya.
Manusia tidak hanya di beri kekayaan yang ada di langit dan di bumi
melainkan juga diberi kemampuan untuk menembus batas-batas bumi serta mengamati
tanda-tanda kebesaran Allah :
يَمَعشَرَ الجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعتٌمْ أَن تَنفٌذُوا مِن اَقطَارِ
السَّمَوَاتِ وَالأَارضِ فَانفُذُوا ـ لَاتَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلطَنٍ ۳۳
“Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
memembusnya melainkan dengan kekuatan”. (QS. Ar-Rahman 55 : 33)
Bahwa Al-Qur’an memberikan kepada manusia kunci ilmu pengetahuan
dunia dan akhirat serta menyediakan peralatan untuk mencari dan meneliti segala
sesuatu agar dapat mengungkapkan dan mengetahui keajaiban dari kedua dunia
itu.al-Qur’an juga mendorong manusia mendapatkan sesuatu yang mungkin di dapat
dalam dunia ini, kemusdian memanfaatkan bagi kesejahteraannya.[7]
5.
Aspek Tarbawi
Dibagian
sebelumnya telah dibahas tentang berbagai macam hal-hal yang berkaitan dengan
Al-qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dalam hal ini ada beberapa aspek
tarbawi yang bisa kita ambil dari pembahasan tersebut, diantaranya adalah :
1.
Alqur’an
bukan hanya sebagai dasar hukum islam saja tetapi banyak hal yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan yang ada dalam alqur’an.
2.
Ketika
membaca Al-Qur’an dianjurkan tidak hanya membaca saja, tetapi memahami makna
dari apa yang dibaca dalam Al-Qur’an.
3.
Kita
dianjurkan untuk saling memberikan informasi atau pengetahuan dalam Al-Qur’an
walaupun hanya satu ayat.
4.
Kita diperbolehkan
mencari referensi sebagai tambahan pengetahuan walaupun bukan produk murni
orang muslim, aslakan tidak keluar dari syariat islam.
BAB III
KESIMPULAN
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, dan sampai kepada
kita (manusia) secara mutawarir. Di mulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas, dan dinilai ibadah bagi orang yang membacaranya dan
mendengarkan. Sedangkan Ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan
kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui
dan mengingat tentang sesuatu. Jadi dapat di simpulkan bahwa Al-Qur’an sebagai
sumber ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan yang didapat oleh manusia
melalui teks-teks wahyu Allah, yakni al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
http://indonesian.irib.ir/islam/ahlul-bait/item/90507-sumber-pengetahuan-dalam-perspektif-imam-jafar-shadiq-as. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015.
http://www.ilmusipil.com/pengertian-ilmu-pengetahuan-adalah. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015.
https://sulthonkalimosodho.wordpress.com/2011/11/03/sumber-sumber-ilmu-pengetahuan. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015.
Majid, Abdul. 2012. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang
IPTEK. Jakarta : Gema Insani Press.
M. Yusuf, Kadar. 1997. Studi Al-Qur’an. Jakarta : Bumi
Aksara.
Rahman,
Alfazur. 2000. Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PT. Rineke Cipta.
Syafi’i,
Imam. 2000. Konsep Ilmu Pengetahuan dalam
Al-Qur’an, Yogyakarta : UII Press.
TENTANG PENULIS
Nama Lengkap : Dewi Astuti
Nama Panggilan : Dewi
TTL : Batang, 17 April 1995
Alamat : Ds. Cepokokuning RT 04/ 01 Batang
Agama : Islam
Golongan Darah : O
·
Riwayat Pendidikan :
1.
TK Anggrek Kencana Cepokokuning Batang
2.
SD Cepokokuning Batang
3.
SMP N 4 Batang
4.
SMA N 2 Batang
5.
STAIN PEKALONGAN
·
Riwayat Pendidikan Non Formal :
1.
TPQ Al-Huda Cepokokuning Batang
[2] Imam Syafi’I, Konsep
Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an, ( Yogyakarta : UII Press, 2000), hlm. 25-27.
[3] http://www.ilmusipil.com/pengertian-ilmu-pengetahuan-adalah, diakses pada
tanggal 11 Maret 2015.
[4] Abdul Majid bin Aziz Al-Zindani, Mukjizat Al-Qur’an dan
As-Sunnah Tentang IPTEK, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1997), hlm. 41-42.
[5] https://sulthonkalimosodho.wordpress.com/2011/11/03/sumber-sumber-ilmu-pengetahua, diakses pada tanggal 11 Maret 2015.
[6] http://indonesian.irib.ir/islam/ahlul-bait/item/90507-sumber-pengetahuan-dalam-perspektif-imam-jafar-shadiq-as, diakses pada
tanggal 11 Maret2015.
[7] Alfazur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta
: PT. Rineke Cipta, 2000), hlm. 9-12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar