Laman

new post

zzz

Rabu, 30 September 2015

SPI G 3


PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH TIMUR DAN BARAT

1.    Nada Novalina                       2021114014
2.    Rizka Rahmawati                   2021114125
3.    Naela Azqia                            2021114223

Kelas
Pendidikan Agama Islam G

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015




KATA  PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH TIMUR DAN BARAT. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sahabatnya, keluarganya, serta segala umatnya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan mengenai “Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah Timur dan Barat” yang berguna bagi umat muslim. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam STAIN Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai sumber ajaran islam yang saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa robbal ‘alamin.

Pekalongan,  18 September 2015


Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................            i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................  1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan...............................................................................  1
D.    Metode Penulisan Makalah................................................................ 2
E.     Sistematika Penulisa Makalah...........................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah Timur
1.    Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Timur.....................................  4
2.    Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur.............................................  5
3.    Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur.........................................  9
4.    Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur......................................  13
B.     Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah Barat
5.    Masuknya Islam di Spanyol............................................................... 14
6.    Faktor yang Menyebabkan Islam mudah Masuk Spanyol................  15
7.    Perkembangan Islam di Spanyol........................................................ 16
8.    Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol............................................. 17
9.    Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa.................................... 19
10.  Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa..............................................  20
BAB III PENUTUPAN
KESIMPULAN............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Berakhirnya kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pada masa Dinasti Umayyah, bentuk pemerintahan mulai cenderung bersifat kekuasaan feodal dan turun temurun. Pemerintah hanya mempertahankan kekuasaan, mulai muncul unsur otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi, yang dibumbui dengan tipu daya, dan hilangnya keteladanan Nabi SAW untuk bermusyawarah dalam menentukan pemimpin.
            Terlepas dari sisi negatif yang muncul pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, munculnya dinasti ini memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban islam. Hal itu dibuktikan dengan sumbangan-sumbangan dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan, dan lain sebagainya. Pemerintahan Bani Umayyah dimulai dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan ditutup oleh marwan bin Muhammad.
B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan beberapa masalah sebagai acuan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.      Bagaimana sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah timur?
2.      Siapa Saja para Khalifah Dinasti Umayyah timur?
3.      Bagaimana masa kemajuan Dinasti Umayyah timur?
4.      Bagaimana masa kehancuran Dinasti Umayyah timur?
5.      Bagaimana masuknya islam di Spanyol?
6.      Apa  faktor yang menyebabkan islam mudah masuk Spanyol?
7.      Bagaimana perkembangan islam di Spanyol?
8.      Bagaimana kemajuan peradaban islam di Spanyol?
9.      Bagaimana pengaruh peradaban Spanyol islam di Eropa?
10.  Apa saja Transmisi ilmu-ilmu keislaman Eropa?
C.    Tujuan Penulisan
1.  Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah Timur dan Barat
2.  Tujuan Khusus
-          Mahasiswa dapat mengetahui Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah timur.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Para Khalifah Dinasti Umayyah timur.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Masa kemajuan Dinasti Umayyah timur.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Masa kehancuran Dinasti Umayyah timur.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Masuknya islam di Spanyol.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Faktor yang menyebabkan islam mudah masuk Spanyol.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Perkembangan islam di Spanyol.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Kemajuan peradaban islam di Spanyol.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Pengaruh peradaban Spanyol islam di Eropa.
-          Mahasiswa dapat mengetahui Transmisi ilmu-ilmu keislaman Eropa
D.    Metode Penulisan Makalah
Metode pemecahan masalah yang kami lakukan adalah melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya kami mulai dengan menetukan masalah yang akan kami bahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
E.     Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.


BAB II
PEMBAHASAN

C.    Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah Timur
1.      Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Timur
Lahirnya dinasti umayyah dimulai dari peristiwa tafhkim setelah pecahnya perang Shiffin di Daumatul Jandal. Dikisahkan bahwa Hasan yang menggantikan ayahnya, Ali bin Abi Thalib, mengadakan perjanjian damai dengan Mu’awiyah agar gejolak dan pemberontakan yang terjadi tidak sampai menghancurkan keutuhan umat Islam.
Dalam upaya perdamaian, khalifah Hasan bin Ali mengirimkan surat melalui Amr bin Salmah al-Arabi yang berisib pesan perdamaian. Dalam perundingan ini, Khalifah Hasan mengajukan syarat bahwa ia bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Mu’awiyah dengan beberapa ketentuan sebagaimana berikut:
-          Mu’awiyah menyerahkan harta Baitul Mal kepadanya untuk melunasi utang-utangnya kepada pihak lain.
-          Mu’awiyah tak lagi melakukan cacian dan hinaan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib beserta keluarganya.
-          Mu’awiyah menyerahkan pajak bumi dari persia dan daerah Bijinad kepada Hasan setiap tahun.
-          Setelah Mu’awiyah berkuasa, maka masalah kepemimpinan (kekhalfahan) harus diserahkan kepada umat islam untuk melakukan pemilihan kembali pemimpin umat islam.
-          Mu’awiyah tidak boleh menarik sesuatu pun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak. Sebab, hal itu telah menjadi kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib sebelumnya.
Setelah kesepakatan damai ini, Mu’awiyah mengirimkan sebuah surat dan kertas kosong yang dibubuhi tanda tangannya untuk diisi oleh Hasan. Dalam surat itu, ia menulis, “Aku mengakui bahwa karena hubungan darah, Anda lebih berhak menduduki jabatan khalifah. Dan, sekiranya aku yakin kemampuan Anda lebih besar untuk melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan, aku tidak akan ragu berikrar setia kepadamu.”
Akhirnya, pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 41 H/661 M, terjadi kesepakatan damai antara Hasan dan Mu’awiyah, yang kemudian dikenal dengan  Aam Jama’ah, karena kaum muslimin sepakat untuk memilih satu pemimpin saja, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Penyerahan kekuasaan pemerintah islam dari Hasan ke Mu’awiyah ini menjadi tonggak formal berdirinya kelahiran Dinasti Umayyah di bawah kepemimpinan khalifah pertama, Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Proses penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dilakukan di suatu tempat yang bernama Maskin, dengan ditandai pengangkatan sumpah setia. Dengan demikian, Mu’awiyah telah berhasil meraih cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin umat Islam menggantikan posisi dari Hasan bin Ali sebagai khalifah.
Dengan demikian, maka secara resmi berdirilah dinasti baru, yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750 m). Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Mu’awiyah mengubah gaya kepemimpinan lama dengan cara mengadopsi gaya kepemimpinan raja-raja Persia dan Romawi, berupa peralihan kekuasaan kepada putranya secara turun temurun. Kondisi ini sekaligus menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah yang didasari asas demokrasi untuk menentukan pemimpin umat islam sebagaiman yang terjadi pada khalifah-khalifah sebelumnya. Setelah resmi menjabat sebagai khalifah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan memindahkan ibu kota negara dari Madinah ke Damaskus.
Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Bani Umayyah ternyata banyak mendapat sorotan dan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat islam saat itu.akibatnya, timbul perlawanan terhadap Bani Umayyah yang dimulai oleh Husein bin Ali, putra kedua Ali bin Abi Thalib. Dalam salah satu perjanjian dengan Hasan, Mu’awiyah berjanji akan mengembalikan kekhalifahan Islam. Namun, Mu’awiyah tetap memberikan tahta kepada putranya karena dianggap lebih pantas.
Pada tahun 680 M. Husein bin Ali pindah dari madinah ke Makkah. Kemudian, atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak, ia berangkat ke kufah karena dijanjikan untuk dibaiat menjadi khalifah. Umat islam di daerah ini nmemang tidak mengakui Yazid sebagai khalifah.
Dalam perjalanan menuju Kufah, Husein mendapat kabar bahwa Muslim bin Aqil (keponakan nabi) tewas. Husein pun sadar bahwa keputusannya ke Irak keliru, dan ia hendak pulang menuju Makkah atau Madinah, namun anak-anak Muslim meminta agar Husein tidak pulang sampai mereka menuntut hukum atas terbunuhnya ayah mereka.
Bersamaan dengan itu, Ubaidillah bin Ziyad telah mengutus al-Hurru bin Yazid at-tamimi dengan membawa 1.000 pasukan untuk menghadang Husein agar tidak memasuki kufah.
Saat Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala, tibalah 4.000 pasukan lainnya yang dikirim oleh Ubaidillah bin Ziyad dengan pimpinan pasukan Umar bin Saad.
Saat itulah, terjadilah peperangan yang sangat tidak imbang antara 23 orang di pihak Husein berhadapan dengan 5.000 pasukan. Kemudian, 30 orang pasukan Irak yang dipimpin oleh Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein. Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein, hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad SAW. Namun, ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin Dzi al-jausyan, melemparkan panah yang mengenai Husein, Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid.[1]
2.      Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur
a.       Mu’awiyah bin abu Sufyan (41-60 H/ 661-679 M)
Nama lengkapnya adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Harb bin Abdi Syams bin Abd Manaf al-Quraisy al-Amawi. Ibunya bernama Hindun binti Utbah bin Rabi’ah bin Abd Syams bin Abd Manaf.[2]
Mu’awiyah dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum Hijrah, dan masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah bersama-sama penduduk kota Makkah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun. Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang baru masuk islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga ternama kepadanya, agar perhatian mereka kepada islam itu tertanam dalam hati mereka. Sebab itu Rasulullah berusaha supaya Mu’awiyah menjadi lebih akrab kepada beliau. Mu’awiyah lalu diangkat menjadi anggota dari sidang penulis wahyu.[3]
Mu’awiyah dianggap sebagai pendiri dinasti Umayyah dan sebagai khalifah pertama. Mu’awiyah diangkat sebagai khalifah dinasti Umayyah di Ilya’ (Yerussalem) pada 40 H/660 M. Oleh Mu’awiyah, ibu kota negara dipindahkan dari Kufah ke Damaskus.
Sistem pemerintahan yang Mu’awiyah jalankan adalah sistem pemerintahan yang turun temurun (monarkhi). Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang ada di persia dan Byzantium.[4]
Mu’awiyah meninggal dunia pada bulan Rajab 60 H/679 M. Jenazahnya dimakamkan di antara Bab al-Jabiyyah dan Bab ash-Shaghir. Disebutkan bahwa usianya mencapai 77 tahun.
b.      Yazid ibn Mu’awiyah/ Yazid I (60-64 H/ 680-683 M)
Namanya , “Yazid ibnu Mu’awiyah”, ibunya “Maisun al-Kalbiyah”, yaitu seorang wanita padang pasir yang dikawini Mu’awiyah sebelum ia menjadi khlaifah.[5]
Ketika Mu’awiyah meninggal dunia, masyarakat luas membai’at Yazid sebagai khalifah, kecuali Al-Husain bin Ali, Abdullah bin Az-Zubair, Abdullah bin Al Abbas, dan Abdullah bin Umar.[6]
Husain adalah putra Ali, ia tidak mengakui kekhalifahan Yazid, anak Mu’awiyah. Maka terjadilah pertempuran yang terkenal di karbala yang menewaskan Husain. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke yazid di Damaskus, kemudian di kuburkan di Karbala.
Yazid meninggal dunia pada saat pengepungan ke Madinah dan Makkah yang dilakukan oleh pasukannya. Masa kekuasaan Yazid berlangsung tiga tahun yaitu 680-683 M.
c.       Mu’awiyah bin Yazid (64-64 H/ 680-683 H)
Mu’awiyah II adalah anak Yazid yang sakit-sakitan sehingga mengalami tekanan akibat tidak sanggup memikul tanggung jawab. Dia memerintah selama tiga bulan.[7]
d.      Marwan bin Hakam ( 64-65 H/683- 685 M)
Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fashih berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Qur’an dan banyak meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat.[8]
e.       Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 685-705 H)
Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abil Ash bin Umayyah. Ia adalah khalifah kelima Dinasti Umayyah yang diangkat menjadi khalifah saat berusia 39 tahun pada 65 H/685 M sampai 86 H/ 705 M).[9]
Periode kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan merupakan periode keemasan Bani Umayyah. Pembaruan-pembaruan banyak dilakukan dalam masa ini, antara lain:
-          Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi negara.
-          Mencetak mata uang Arab dalam dirham, dinar dan flas.
-          Mendirikan kas negara di damaskus.
-          Memperbarui qawaid.
-          Meningkatkan pelayanan pos dan komunikasi.
-          Memperbarui perpajakan.
-          Pertama kali dalam bahasa Arab, tulisan menggunakan titik dan koma. [10]
f.       Walid bin Abdul Malik (86-96 H/ 705- 715 M)
Walid bin Abdul Malik memiliki nama lengkap Al-Walid bin Abdul malik bin Marwan bin Hakam bin Abdul Ash bin Umayyah bin Abdi Syam bin Abdul Manaf. Ia lahir pada tahun 50 H/ 668 M.
Masa pemerintahannya merupakan masa keemasan Dinasti Umayyah. Umat islam saat itu memperoleh ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban yang melebihi khalifah-khalifah sebelumnya. Umat islam merasa hidup bahagia, tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahannya.
Setelah memberikan sumbangan yang begitu besar terhadap perkembangan dan penyebaran islam, Walid bin Abdul Malik meninggal pada tahun 96 H/ 714 M di Damaskus pada usia 46 tahun setelah memerintah selama 10 tahun lamanya.[11]
g.      Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M)
Pada masa khalifah Sulaiman, pemerintah menjadi menurun. Hal ini dikarenakan Sulaiman terkenal kurang baik dalam mengendalikan pemerintahan, tidak seperti al-Walid.[12]
h.      Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M)
Umar memiliki nama lengkap Umar bin Abdul Aziz Abu Ja’far Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam. Ia terlahir pada tahun, 63 H/ 682 M di Halwan, sebuah perkampungan di Mesir. Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari khalifah Abdul Malik. Sedangkan ibunya bernama Ummu Asim binti Asim. Dari Ummu Asimlah, darah Umar bin Khathab mengalir di tubuh Umar bin Abdul Aziz.
Kepemimpinan Umar memang tak jauh beda dengan sang kakek, khalifah Umar bin Khathab. Ia memerintah dengan jujur, adil, dan tegas. Meskipun masa kekhalifahannya tergolong cukup singkat, yaitu hanya sekitar 3 tahun.
Meskipun rakyatnya hidup makmur, namun seperti halnya kakeknya (Umar bin Khathab), khalifah Umar tetap hidup sederhana, jujur dan zuhud. Sayangnya, khalifah yang digelari Umar II dan Abu Hafs ini, wafat dalam keadaan tragis. Menurut beberapa Riwayat, ia meninggal karena dibunuh (diracun) oleh salah seorang pembantunya. Umar tidak meninggalkan warisan apapun untuk istri dan anaknya, kecuali kenangan manis sebagai pribadi sekaligus pemimpin yang shalih, kuat, dan melegenda.[13]
i.        Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M)
Pada masa Yazid II ini dimulailah masa kemunduran Bani Umayyah. Yazid II sangatlah lemah dan tidak punya kemampuan dalam memerintah. Setelah ia dinobatkan menjadi khalifah, meledaklah pemberontakan-pemberontakan.[14]
j.        Hisyam bin Abdul Malik ( 105- 125 H/ 724-743 M)
Hisyam bin Abdul Malik adalah putra dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia lahir pada tahun 70 H/ 691 M. Ketika dilantik menjadi khalifah menggantikan saudaranya, Yazid II, usianya baru 35 tahun.
Pada masa pemerintahannya, Hisyam bin Abdul Malik banyak melakukan perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif, membangun kota Rashafah, serta membereskan tata administrasi.
Nama Hisyam bin Abdul Malik memang sangat ditakuti oleh para pemimpin Barat, khususnya Eropa. Selama hampir 20 tahun kepemimpinannya ia sering melakukan perluasan kekuasaan sampai ke Eropa dan Romawi. Ia wafat dalam usia 55 tahun pada tahun 125 H/ 742 M.[15]
k.      Walid bin Yazid ( 125- 126 H/ 743-744 M)
Al- Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi khalifah, Al Walid berusia sebelas tahun.
Masa khalifah Al- Walid II merupakan masa berakhirnya zaman keemasan Bani Umayyah. Keadaan negara menjadi serba kacau. Khalifah tidak mampu lagi mengendalikan situasi dan kondisi negara.
l.        Yazid bin Walid (126- 127 H/ 744-745 M)
Yazid III tidak mampu mengendalikan negaranya. Meskipun ia sudah berusaha membuat rencana dan kebijakan yang baik uuntuk mengatasi semuanya, namun tetaplah keadaan negara menjadi sangat kacau.
Khalifah Yazid III kemudian jatuh sakit dan akhirnya meninggal lain. Di sisi lain, gerakan Abbasiyah mulai menggoyangkan kedaulatan Dinasti Abbasiyah secara terang-terangan.
m.    Ibrahim bin Walid (127- 127 H/ 745- 745 M)
Setelah Yazid III meninggal dunia maka diangkatlah Ibrahim putranya menjadi khalifahmenjadi penggantinya. Akan tetapi Ibrahim berkuasa sangatlah sebentar. Setelah Yazid III meninggal, marwan beserta sejumlah tentaranya yang banyak langsung menyerang tentara Ibrahim yang berada di Damaskus dan Balbek. Ia berhasil mengalahkan pasukan Ibrahim.
n.      Marwan bin Muhammad ( 127- 132 H/ 745- 750 M)
Banyaknya pemberontakan yang terjadi pada masa ini menyebabkan kemunduran yang luar biasa bagi Dinasti Umayyah. Pemberontakan tidak hanya terjadi dari berbagai pihak luar yang ingin merongrong dan menjatuhkan kerajaan tetapi juga terjadi perang saudara dan persoalan intern istana.[16]

3.      Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur
Masa pemerintahan bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukkan, dan terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam wilayah kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
Menurut Prof. Ahmad Syalabi sebagaimana dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam karya Drs. Samsul Munir Amin, M.A.[17], penaklukkan militer di zaman Umayyah mencakup tiga frot penting, yaitu sebagai berikut.
Pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah.
Kedua, front Afrika Utara. Selain menundukkan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga menyebrangi Selat Gibraltar , lalu masuk ke Spanyol.
Ketiga, front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah diseberang sungai Jihun (Ammu Darya). Sedangkan lainnya menuju kearah selatan  menyusuri Sind, wilayah India bagian Barat.
Saat-saat paling mengesankan dalam ekspansi ini adalah terjadi pada paruh pertama dari seluruh masa kekhlaifahan Bani Umayyah, yaitu ketika kedaulatan dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan tahun-tahun terakhir dari zaman kekuasaan Abdul Malik. Diluar masa-,masa tersebut, usaha-usaha penaklukkan mengalami degradasi atau hanya mencapai kemenangan-kemenangan yang sangat tipis.
Pada masa Pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar dalam perluasan wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa paling mencolok ialah keberaniannya mengepung kota Konstantinopel melalui suatu ekspedisi yang dipusatkan di kota pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu menduduki pulau-pulau di Laut Tengah seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia, dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari ibukota Romawi Timur itu. Di belahan Timur, Muawiyah berhasil menaklukkan Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan.
Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh Muawiyah , lalu disempurnakan oleh khalifah Abdul Malik. Dibawah komando gubernur Irak, Hajjaj bin Yusuf, tentara kaum muslimin menyebrangi sungai Ammu Darya dan menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, dan Samarkand. Pasukan Islam juga melalui Makran, masuk ke Bulukhistan, Sind dan Punjab sampai ke Multan, Islam menginjakkan kakinya untuk pertama kalinya di bumi India.
Kemudian tiba masa kekuasaan Al-Walid I yang disebut-sebut sebagai “masa kemenangan yang luas”. Pengepungan yang gagal atas Konstantinopel di zaman Muawiyah, dihidupkan kembali dengan memberikan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Walaupun cita-cita untuk menundukkan ibu kota Romawi tetap saja belum berhasil, tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser tapal batas pertahanan Islam lebih jauh kedepan, dengan menguasai basis-basis militer kerajaan Romawi di Mar’asy dan ‘Amuriyah.
Prestasi yang lebih besar dicapai oleh Al-Walid I adalah di front Afrika Utara dan sekitarnya. Setelah segenap tanah Afrika bagian Utara diduduki, pasukan muslim dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad menyebrangi tanah Gibraltar masuk ke Spanyol. Lalu ibukotanya, cordova segera dapat direbut, menyusul kemudian kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira, dan Toledo. Gubernur Musa bin Nushair kemudian menyempurnakan penaklukkan atas tanah Eropa ini dengan menyisir kaki pegunungan Pyrenia dan menyerang Carolingian prancis.
Disamping keberhasilan tersebut, bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan beberapa bidang, baik politik (tata pemerintahan) maupun sosial kenudayaan. Dalam bidang politik, bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat majlis penasehat sebagai pendamping, khalifah bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi:
1.    Katib Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas mejalankan administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
2.    Katib Al-Kharaj, sekretaris yang bertugas menjalankan penerimaan dan pengeluaran negara.
3.    Katib Al-Jundi, sekretaris yang bertugas menjalankan berbagai hal,  yang berkaitan dengan ketentaraan.
4.    Katib As-Syurtah, sekretaris yang bertugas menjalankan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
5.    Katib Al-Qudat, sekretaris yang bertugas menjalankan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
Dalam bidang sosial budaya, bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak  antarbangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negari-negari taklukkan yang terkenal memiliki tradisi yang luhur, seperti Persia, Mesir, Eropa, dan sebagainya. Hubungan tersebut melahirkan kreativitas baru yang menakjubkan di bidang seni dan ilmu pengetahuan. Dibidang seni, terutama seni bangunan (arsitektur), Bani Umayyah mencatat suatu pencapaian yang gemilang seperti Dome of the Rock (Qubah Ash-Shakhra) di Yerusalem menjadi monumen terbaik yang hingga kini tak henti-hentinya dikagumi orang. Perhatian terhadap seni sastra juga meningkat di zaman ini, terbukti dengan lahirnya tokoh-tokoh besarseperti Al-Ahtal, Farazdag, Jurair, dan lain-lain.
Sekalipun masa Dinasti Umayyah ini banyak negatifnya, namun dari segi ilmiah, bahasa, sastra dan lainnya tetap maju, menonjol dan mengambil kedudukan yang layak. Bangsa Arab adalah ahli syair, dan para penggemarnya memberikan kedudukan khusus bagi para penyair itu dengan memberikan hadiah yang cukup besar dan memuaskan. Pada saat itu para penyair memiliki kedudukan penting terutama di masa jahiliah.
Pada masa itu Abu Awad Ad-Duali (w.681 M) menyususn gramatika Arab dengan memberi titik pada huruf-huruf jaiyah yang semula tidak bertitik. Usaha ini besar artinya dalam mengembangkan dan memperluas bahasa Arab, serta memudahkan orang membaca, mempelajari, dan menjaga barisan yang menentukan gerak kata dan bunyi suara serta ayunan iramanya, hingga dapat diketahui maknanya. Kerajaan inipun telah mulia menempatkan dirinya dalam ilmu pengetahuan dengan mementingkan buku-buku bahasa Yunani dan Kopti (Kristen Mesir).
Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M) merupakan raja Bani Umayyah yang paling terkenal dilapangan ilmu pengetahuan dengan meletakkan perhatian besar pada ilmu pengetahuan.
Kemajuan bidang peradaban
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut.
1.    Pengembangan Bahasa Arab
Para penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah(negara), kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa Arab dalam wilayah kerajaan Islam. Upaya tersebut diakukan dengan menjadikan bahasa Aarab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat harus menggunakan bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan bahasa Romawi atau bahasa Persia didaerah –daerah bekas jajahan mereka dan di Persia sendiri.

2.    Marbad kota pusat kegiatan ilmu
Dikota Marbad inilah berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, penyair dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini diberi gelar ukadz-nya Islam.
3.    Ilmu qiraat
Ilmu qiraat adalah ilmu seni baca Alquran. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair (w.120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 M).
4.    Ilmu Tafsir
Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulam yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (w. 104 H).
5.    Ilmu Hadis
Diantara para ahli hadis yang termasyhur pada masa Dinasti Umayyah adalah Al-Auzai  Abdurrahman Amru (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), Ibnu Abu Malikah (119 H), dan Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil (w. 104 H).
6.    Ilmu Fiqh
Diantara ahli fiqh yang terkenal adalah Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah dan Kharijah.
7.    Ilmu Nahwu
8.    Ilmu jughrafi dan Tarikh
9.    Usaha penerjemahan
Yang mula-mula melakukan penerjemahan adalah Khalid bin Yazid, seorang pangeran yang sangat cerdas dan ambisius. Diterjemahkan buku-buku tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran, dan lain-lain.

4.      Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawaanya kepada kehancuran yaitu sebagai berikut.
a.       Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas.
b.      Latar belakang pembentukkan Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi dimasa Ali.
c.       Pada masa kekuasaan bani Umayyah pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam semakin runcing.
d.      Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
e.       Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Demikianlah Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Azis yang berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744 M.
D.    Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah Barat
5.      Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik menggangkat Hasan ibn Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man audah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa bar-bar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti mereka yang pernah mereka lakukan seblumnya.
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat di kuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat 3 pahlawan Islam yang dapat di katakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke sana adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz tahun 99 H/717 M ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegununggan Pyrenia dan Prancis Selatan. Pimpinan pasukan di percayakan pada As-Salamah, tetapi usahanya gagal dan ia terbunuh pada tahun 102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan di serahkan kepada Abdurahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan mencoba menyerang kota Tourus itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Paris gagal dan tentara yang di pimpinnya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu masih juga terdapat berbagai penyerangan, seperti ke Avirigion tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah Mallorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya di mulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.

6.      Faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang di capai umat Islam, tidak dapat di pisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Maksud faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh umat Islam kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh, padahal pada waktu Spanyol di bawah kekuasaan Romawi berkat kesuburan tanahnya, pertanian dan perdagangan, serta industri maju pesat. Akan tetapi setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan raja Roderick, raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lahi memiliki semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.
Sedangkan yang di maksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para perajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, penuh percaya diri, cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang di tunjukan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di wilayah tersebut.
7.      Perkembangan Islam di Spanyol
Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol terbagi dalam 6 periode.
a.       Periode pertama (711-755 M) Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh khalifah bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabikitas politik negri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Gangguan yang datang dari luar yaitu berupa perselisihan antara elite penguasa. Adapun gangguan yang datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegununggan.
b.      Periode kedua (755-912 M) Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir  pertamanya adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil.saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil membangun Masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
c.       Periode ketiga (912-1013 M) Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya  raja-raja kelompok. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah do Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirikan Universitas Cordova.
d.      Periode keempat (1013-1086 M) Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawif yang berpusat di suatu kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya.
e.       Periode kelima (1086-1248 M) Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakini kekuadaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
f.       Periode keenam (1248-1492 M) Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti Ahmar. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir, akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa pada wilayah kecil.pada tahun 1492 M kekuasaan Islam di Spanyol berakhir karena perselishan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.[18]
8.      Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
A.    Kemajuan Intelektual
1.      Filsafat
Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang di kemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.
Tokoh utama keduanya yaitu Abu Bakar bin Thufail, karyanya adalah Hayy bin Yaqzhan. Tokoh filsafat islam spanyol lainnya adalah Ibnu Rusyd.
2.      Sains
Abbas ibn Farnas termashur dalam ilmu kimia dan astronomi, yang pertama menemukan pembuatan kaca dari batu, Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ahmad ibn Ibas dari Cordova ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far  dan Al-Hafids ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi yaitu Ibn Jubair dari Valencia, Ibn Batuthah dari Tangier, Ibn Al-Khatib, dan Ibn Khaldun.
3.      Bahasa dan sastra
Banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, di antaranya Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik, Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj dan lain-lain, dalam bidang sastra ada Al-Aqd Al Farid karya Ibnu Abd Rabbih, Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah karya Ibnu Bassan, kitab Al- Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain
4.      Musik dan kesenian
Tokoh seni dan musik pada masa Islam di Spanyol adalah Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zarayab dan juga terkenal sebagai pencipta lagu-lagu
B.     Bidang keilmuan keagamaan
1.      Tafsir
Salah stau mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi. Adapun karyanya adalah Al-Jami’u li Ahkam Alquran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurtubi
2.      Fiqh
Dalam bidang fiqih, spanyol islam di kenal sebagai pusat penganut madzab Maliki, yang memperkenalkan madzab ini adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya diteentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisam bin Abdurrahman. Abu Bakr bin Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, Syatibi, penulis kitab Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, penulis buku Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah, dan Ibnu Hazm

C.     Kemajuan di bidang Arsitektur bangunan
1.      Codova
Jembatan besar di bangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon yang megah itu diimpor dari Timur. Di sekitar ibukota di bangun istana-istana yang megah. Diantara kebanggaan kota Cordova adalah Masjid Cordova.
2.      Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinngian arsitektur Spanyol. Pembangunan fisik yang lainnya adalah istana Al-Zahra, iatana Al-Gazar, dan menara Girilda
3.      Sevilla
Kota yang pada masa Romawi bernama Romula Agusta yang kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (sevilla) ini mempunyai bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub yang kini telah berubah menjadi gereja dengan nama Santa Maria de la Sede.
4.      Toledo
Toledo merupakan kota paling penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini di jadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam setelah direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan bangunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.

9.      Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Tokoh Spanyol Islam yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang di kenal dengan Averros (1120-1198 M). Avveros dikenal sebagai orang yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir.pengaruh Averros sangat besar sehingga muncul gerakan Averroseisme yang menuntut kebebasan berpikir. Dari gerakan inilah di Eropa kemudian lahir revormasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abag ke-17 M.
Pengaruh peradaban-peradaban Islam berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai Universitas Islam di Spanyol. Mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuan muslim. Setelah pulang ke negrinya mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris. Di dalam universitas tersebut ilmu yang mereka diperoleh dari universitas-universitas Islam di ajarkan.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan renaissance pusaka yunani di Eropa pada abad ke-14. Berkembangnya pikiran yunani di Eropa adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang di pelajari kemudian diterjemahkan ke Bahasa Latin. Akan tetapi, walaupun Islam akhirnya terusir dari megeri Spanyoldengan cra yang sangat kejam, namun ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa.
Demikian juga bahasa arab telah berpengaruh di Eropa seperti kata-kata : as-sukkar (gula), menjadi azukar (spanyol), sugar (Inggris), syarab (minuman cair) menjadi syrup.
Demikian besar pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa, sehingga jika masyarakat Eropa tidak belajar dari peradaban Islam maka Eropa masih tertinggal jauh dari peradaban dunia.
10.  Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa
Transmisi ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa melalui berbagai jalur. Jalur-jalur tersebut adalah:
a.       Melalui perang salib (1096-1273 M)
Perang antara umat Kristen Eropa Barat ke tanah Timur khususnya Palestina. Ketika Frederick II, kaisar jerman membawa anggkatan perangnya ke Palestina dalam rangka perang salib, sepulangnya dari sana ia meletakan dasar pendirian perguruan tinggi Universitas Napeles yang ditegakkan dengan piagam yang jelas dan terang. Di sini ia menghimpun sebuah kumpulan besar naskah-naskah Arab, buku-buku Aristoteles dan Averros yang diterjemahkan di gunakan dalam daftar pelajaran, salinan terjemahan tersebut dikirimkan ke Universitas di Paris dan Bologna.
b.      Melalui negeri Sicilia
Eksibisi Arab dari Syiria telah sampai di Sicilia pada tahun 730 M. Di bawah pimpinan Abdul Malik bin Qatan.
Tokoh-tokoh yang menggembangkan ilmu di Sicilia antara lain:
·       Hamzah Al-Basri, ahli fisiologi dan perawi dari penyair besar Arab Al-Mutanabbi. Ia hijrah ke Sicilia hingga meninggal disana pada tahum 986 M.
·       Muhammad bin Khurasan, ahli stutus Alquran. Ia berasal dari mesir lalu ke Irak dan terakhir ke Sicilia sampai meninggal di sanan tahun 996 M.
·       Para dokter Sicilia antara lain Abu Sa’id bin Ibrahim, Abu Bakar As-Siqili, Ibnu Abi Usaiba.
·       Masih banyak lagi yang bergerak dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang bahasa dan sastra. Termasuk karya Dante yang banyak tahu tentang Islam, banyak terpengaruh karya Ibnu Arabi dalam Al-Futuhat Al-Makkiyah, serta karya-karya lain
c.       Melalui Andalusia
Semasa Islam di Andalusia ada sejumlah perguruan tinggi disana, antara lain Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada.
Peran Gerard dari Cremona cukup besar dalam transfer ilmu pengetahuan dari Andalusia ke Eropa, ini karena kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Ia amat menyesal akan kekurangan dan kemiskinan dalam bahasa arab, oleh karena itu ia mempelajari bahasa Arab sehingga ia bisa mentransfer ilmu-ilmu dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Selain itu masih ada yang lain seperti Roger Bacon, Michael Scott, dan lain-lain.
Di Ansalusia sedikit demi sedikit umat Islam mulai kehilangan wilayah kekuasaannya. Mula-mula kota Toledo direbut oleh Kristen pada tahun 1085 M, hilanglah pusat-pusat sekolah tinggi dan pusat-pusat ilmu pengetan Islam beserta segala isinya yang terdiri dari perpustakaan beserta ilmuan-ilmuannya, dan tahun 1236 disusul Cordova yang di rampas oleh Raja Alfonso maka hilang pula kebudayaan dunia sebelah barat beserta masjid raya Cordova.
Penyaluran ilmu pegetahuan ke Eropa di Mulai ketika Toledo jatuh ketangan Kristen. Kemudian di Toledo di dirikan sekolah-sekolah tinggi terjemah. Buku-buku yang di salin adalah buku-buku bahasa arab yang masih tersisa dari pembakaran.diantara penerjemah yang terkenal adalah Avendeath dari bangsa yahudi yang menyalin buku astronomi dan astrologi dalam bahaa latin, dan Gerard Cremona.
Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu-ilmu Islam ke dunia Barat. Peran Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam di usir dari Andalusia. Buku-buku yang tersisa dari kota-kota lain di Andalusia seperti Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada dapat mereka manfaatkan. Bangsa barat benci terhadap Islam akan tetapi haus pada ketinggian ilmu dan peradabannya.[19]



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Lahirnya dinasti umayyah dimulai dari peristiwa tafhkim setelah pecahnya perang Shiffin di Daumatul Jandal.
2.      Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur: Mu’awiyah bin abu Sufyan, Yazid ibn Mu’awiyah/ Yazid I, Mu’awiyah bin Yazid, dll.
3.      Masa pemerintahan bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukkan, dan terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir.
4.      Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawaanya kepada kehancuran.
5.      Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.
6.      Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol terbagi dalam 6 periode.
7.      Tokoh Spanyol Islam yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang di kenal dengan Averros (1120-1198 M).


DAFTAR PUSTAKA

Al-Azizi, Abdul Syukur. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta: Saufa.

Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam, cet.ke-2. Jakarta: AMZAH.

Hasan, Hasan Ibrahim. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Khoiriyah. 2012. Sejarah Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Syalabi. 1997.  Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Al-Ilusna Zikra.

Syukur Fattah. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra.

Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.




PROFIL PENULIS




1.      Nama   : Rizka Rahmawati                                                     
TTL     : Pekalongan, 23 Agustus 1996
Alamat            : Pajomblangan, Kedungwuni
No. Hp : 085786003206

2.      Nama   : Nada Novalina
TTL     : Pemalang, 22 juli 1996
Alamat            : Pelutan, Pemalang
No. Hp : 082328667238

3.      Nama   : Naela Azqia
TTL     : Pemalang, 18 Februari 1995
Alamat            : Randudongkal, Pemalang
No. HP: 085742847790









Rizka Rahmawati

Nada Novalina

Naela Azqia
 


[1] Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Jogjakarta: Saufa, 2014), hlm. 133-138.
[2] Ibid., hlm. 140.
[3] Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: Al-Ilusna Zikra, 1997), hlm. 30.
[4] Khoiriyah, Sejarah Islam (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), hlm. 70-71.
[5] Syalabi, Op.cit., hlm. 49.
[6] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm 18.
[7] Khoiriyah, Op. Cit., hlm. 71-72.
[8]Syalabi, Op. Cit., hlm. 67.
[9] Abdul Syukur al-Azizi, Op. Cit., hlm. 142.
[10] Khoiriyah, Op. Cit., hlm. 72.
[11] Abdul Syukur al-Azizi, Op. Cit., hlm. 149.
[12] Khoiriyah, Op. Cit., hlm. 74.
[13] Abdul Syukur al-Azizi, Op. Cit., hlm. 155.
[14] Khoiriyah, Op. Cit., hlm. 77.
[15] Abdul Syukur al-Azizi, Op. Cit., hlm. 156-157.
[16] Khoiriyah, Op. Cit., hlm.78-79.
[17]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, cet.ke-2 (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 129.
[18] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 87-93.
[19] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam ( Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 171-179.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar