PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI
UMAYYAH TIMUR DAN BARAT
1.
Nada Novalina 2021114014
2.
Rizka Rahmawati 2021114125
3.
Naela Azqia 2021114223
Kelas
Pendidikan
Agama Islam G
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI
UMAYYAH TIMUR DAN BARAT”. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad Saw, sahabatnya, keluarganya, serta segala umatnya hingga
yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah
wawasan pengetahuan mengenai “Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah Timur
dan Barat” yang berguna bagi umat muslim. Makalah ini disajikan sebagai bahan
materi dalam diskusi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam STAIN Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan
dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan
mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai sumber ajaran islam yang
saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan
kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya maka penulis dengan senang
hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa
robbal ‘alamin.
Pekalongan, 18 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................... 1
D.
Metode Penulisan Makalah................................................................ 2
E.
Sistematika Penulisa Makalah........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Peradaban
Islam pada masa Dinasti Umayyah Timur
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Timur..................................... 4
2. Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur............................................. 5
3. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur......................................... 9
4. Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur...................................... 13
B.
Peradaban
Islam pada masa Dinasti Umayyah Barat
5. Masuknya Islam di Spanyol............................................................... 14
6. Faktor yang Menyebabkan Islam mudah
Masuk Spanyol................ 15
7. Perkembangan Islam di Spanyol........................................................ 16
8. Kemajuan Peradaban Islam di
Spanyol............................................. 17
9. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di
Eropa.................................... 19
10. Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa.............................................. 20
BAB III PENUTUPAN
KESIMPULAN............................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya
kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pada masa Dinasti Umayyah, bentuk
pemerintahan mulai cenderung bersifat kekuasaan feodal dan turun temurun.
Pemerintah hanya mempertahankan kekuasaan, mulai muncul unsur otoriter,
kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi, yang dibumbui dengan tipu daya, dan
hilangnya keteladanan Nabi SAW untuk bermusyawarah dalam menentukan pemimpin.
Terlepas dari sisi negatif yang muncul pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah, munculnya dinasti ini memberikan babak baru dalam
kemajuan peradaban islam. Hal itu dibuktikan dengan sumbangan-sumbangan dalam
perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Pemerintahan Bani Umayyah dimulai dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan ditutup
oleh marwan bin Muhammad.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas penulis merumuskan beberapa masalah sebagai
acuan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai
berikut.
1.
Bagaimana sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah timur?
2.
Siapa Saja para Khalifah Dinasti Umayyah timur?
3.
Bagaimana masa kemajuan Dinasti Umayyah timur?
4.
Bagaimana masa kehancuran Dinasti Umayyah timur?
5.
Bagaimana masuknya islam di
Spanyol?
6.
Apa faktor yang menyebabkan islam mudah masuk Spanyol?
7.
Bagaimana perkembangan islam di
Spanyol?
8.
Bagaimana kemajuan peradaban islam di
Spanyol?
9.
Bagaimana pengaruh peradaban
Spanyol islam di
Eropa?
10.
Apa saja Transmisi ilmu-ilmu keislaman
Eropa?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah Timur dan Barat
2. Tujuan Khusus
-
Mahasiswa dapat mengetahui Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah timur.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Para Khalifah Dinasti Umayyah timur.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Masa kemajuan Dinasti Umayyah timur.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Masa kehancuran
Dinasti Umayyah timur.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Masuknya islam di Spanyol.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Faktor yang menyebabkan islam mudah masuk Spanyol.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Perkembangan islam di
Spanyol.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Kemajuan peradaban islam di
Spanyol.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Pengaruh peradaban
Spanyol islam di
Eropa.
-
Mahasiswa dapat mengetahui Transmisi ilmu-ilmu keislaman Eropa
D.
Metode
Penulisan Makalah
Metode pemecahan masalah
yang kami lakukan adalah melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu
dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang
merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya
kami mulai dengan menetukan masalah yang akan kami bahas dengan melakukan
perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan
tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
E.
Sistematika
Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam
tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan
masalah, dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III,
bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
C. Peradaban
Islam pada masa Dinasti Umayyah Timur
1.
Sejarah
Berdirinya Dinasti Umayyah Timur
Lahirnya
dinasti umayyah dimulai dari peristiwa tafhkim setelah pecahnya perang
Shiffin di Daumatul Jandal. Dikisahkan bahwa Hasan yang menggantikan ayahnya,
Ali bin Abi Thalib, mengadakan perjanjian damai dengan Mu’awiyah agar gejolak
dan pemberontakan yang terjadi tidak sampai menghancurkan keutuhan umat Islam.
Dalam
upaya perdamaian, khalifah Hasan bin Ali mengirimkan surat melalui Amr bin
Salmah al-Arabi yang berisib pesan perdamaian. Dalam perundingan ini, Khalifah
Hasan mengajukan syarat bahwa ia bersedia menyerahkan kekuasaan kepada
Mu’awiyah dengan beberapa ketentuan sebagaimana berikut:
-
Mu’awiyah
menyerahkan harta Baitul Mal kepadanya untuk melunasi utang-utangnya kepada
pihak lain.
-
Mu’awiyah tak
lagi melakukan cacian dan hinaan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib beserta
keluarganya.
-
Mu’awiyah menyerahkan
pajak bumi dari persia dan daerah Bijinad kepada Hasan setiap tahun.
-
Setelah
Mu’awiyah berkuasa, maka masalah kepemimpinan (kekhalfahan) harus diserahkan
kepada umat islam untuk melakukan pemilihan kembali pemimpin umat islam.
-
Mu’awiyah tidak
boleh menarik sesuatu pun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak. Sebab, hal
itu telah menjadi kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib sebelumnya.
Setelah
kesepakatan damai ini, Mu’awiyah mengirimkan sebuah surat dan kertas kosong
yang dibubuhi tanda tangannya untuk diisi oleh Hasan. Dalam surat itu, ia
menulis, “Aku mengakui bahwa karena hubungan darah, Anda lebih berhak menduduki
jabatan khalifah. Dan, sekiranya aku yakin kemampuan Anda lebih besar untuk
melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan, aku tidak akan ragu berikrar setia
kepadamu.”
Akhirnya,
pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 41 H/661 M, terjadi kesepakatan damai antara
Hasan dan Mu’awiyah, yang kemudian dikenal dengan Aam Jama’ah, karena kaum muslimin
sepakat untuk memilih satu pemimpin saja, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Penyerahan kekuasaan pemerintah islam dari Hasan ke Mu’awiyah ini menjadi
tonggak formal berdirinya kelahiran Dinasti Umayyah di bawah kepemimpinan
khalifah pertama, Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Proses
penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan
dilakukan di suatu tempat yang bernama Maskin, dengan ditandai pengangkatan
sumpah setia. Dengan demikian, Mu’awiyah telah berhasil meraih cita-cita untuk
menjadi seorang pemimpin umat Islam menggantikan posisi dari Hasan bin Ali
sebagai khalifah.
Dengan
demikian, maka secara resmi berdirilah dinasti baru, yaitu Dinasti Bani Umayyah
(661-750 m). Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Mu’awiyah mengubah gaya
kepemimpinan lama dengan cara mengadopsi gaya kepemimpinan raja-raja Persia dan
Romawi, berupa peralihan kekuasaan kepada putranya secara turun temurun.
Kondisi ini sekaligus menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah yang
didasari asas demokrasi untuk menentukan pemimpin umat islam sebagaiman yang
terjadi pada khalifah-khalifah sebelumnya. Setelah resmi menjabat sebagai
khalifah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan memindahkan ibu kota negara dari Madinah ke
Damaskus.
Sistem
pemerintahan yang diterapkan oleh Bani Umayyah ternyata banyak mendapat sorotan
dan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat islam saat itu.akibatnya,
timbul perlawanan terhadap Bani Umayyah yang dimulai oleh Husein bin Ali, putra
kedua Ali bin Abi Thalib. Dalam salah satu perjanjian dengan Hasan, Mu’awiyah
berjanji akan mengembalikan kekhalifahan Islam. Namun, Mu’awiyah tetap
memberikan tahta kepada putranya karena dianggap lebih pantas.
Pada
tahun 680 M. Husein bin Ali pindah dari madinah ke Makkah. Kemudian, atas
permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak, ia berangkat ke kufah karena
dijanjikan untuk dibaiat menjadi khalifah. Umat islam di daerah ini nmemang
tidak mengakui Yazid sebagai khalifah.
Dalam
perjalanan menuju Kufah, Husein mendapat kabar bahwa Muslim bin Aqil (keponakan
nabi) tewas. Husein pun sadar bahwa keputusannya ke Irak keliru, dan ia hendak
pulang menuju Makkah atau Madinah, namun anak-anak Muslim meminta agar Husein
tidak pulang sampai mereka menuntut hukum atas terbunuhnya ayah mereka.
Bersamaan
dengan itu, Ubaidillah bin Ziyad telah mengutus al-Hurru bin Yazid at-tamimi
dengan membawa 1.000 pasukan untuk menghadang Husein agar tidak memasuki kufah.
Saat
Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala, tibalah 4.000 pasukan lainnya
yang dikirim oleh Ubaidillah bin Ziyad dengan pimpinan pasukan Umar bin Saad.
Saat
itulah, terjadilah peperangan yang sangat tidak imbang antara 23 orang di pihak
Husein berhadapan dengan 5.000 pasukan. Kemudian, 30 orang pasukan Irak yang
dipimpin oleh Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein.
Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein,
hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang kufah merasa takut dan segan
untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah
keluarga Nabi Muhammad SAW. Namun, ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin
Dzi al-jausyan, melemparkan panah yang mengenai Husein, Husein pun terjatuh
lalu orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid.[1]
2. Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur
a. Mu’awiyah
bin abu Sufyan (41-60 H/ 661-679 M)
Nama
lengkapnya adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Harb bin
Abdi Syams bin Abd Manaf al-Quraisy al-Amawi. Ibunya bernama Hindun binti Utbah
bin Rabi’ah bin Abd Syams bin Abd Manaf.[2]
Mu’awiyah
dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum Hijrah, dan masuk islam pada hari
penaklukan kota Makkah bersama-sama penduduk kota Makkah lainnya. Waktu itu ia
berusia 23 tahun. Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang baru
masuk islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga ternama kepadanya, agar
perhatian mereka kepada islam itu tertanam dalam hati mereka. Sebab itu
Rasulullah berusaha supaya Mu’awiyah menjadi lebih akrab kepada beliau.
Mu’awiyah lalu diangkat menjadi anggota dari sidang penulis wahyu.[3]
Mu’awiyah
dianggap sebagai pendiri dinasti Umayyah dan sebagai khalifah pertama.
Mu’awiyah diangkat sebagai khalifah dinasti Umayyah di Ilya’ (Yerussalem) pada
40 H/660 M. Oleh Mu’awiyah, ibu kota negara dipindahkan dari Kufah ke Damaskus.
Sistem
pemerintahan yang Mu’awiyah jalankan adalah sistem pemerintahan yang turun
temurun (monarkhi). Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang ada di
persia dan Byzantium.[4]
Mu’awiyah meninggal dunia pada bulan
Rajab 60 H/679 M. Jenazahnya dimakamkan di antara Bab al-Jabiyyah dan Bab
ash-Shaghir. Disebutkan bahwa usianya mencapai 77 tahun.
b. Yazid
ibn Mu’awiyah/ Yazid I (60-64 H/ 680-683 M)
Namanya
, “Yazid ibnu Mu’awiyah”, ibunya “Maisun al-Kalbiyah”, yaitu seorang wanita
padang pasir yang dikawini Mu’awiyah sebelum ia menjadi khlaifah.[5]
Ketika
Mu’awiyah meninggal dunia, masyarakat luas membai’at Yazid sebagai khalifah,
kecuali Al-Husain bin Ali, Abdullah bin Az-Zubair, Abdullah bin Al Abbas, dan
Abdullah bin Umar.[6]
Husain
adalah putra Ali, ia tidak mengakui kekhalifahan Yazid, anak Mu’awiyah. Maka
terjadilah pertempuran yang terkenal di karbala yang menewaskan Husain.
Kepalanya dipenggal dan dikirim ke yazid di Damaskus, kemudian di kuburkan di
Karbala.
Yazid
meninggal dunia pada saat pengepungan ke Madinah dan Makkah yang dilakukan oleh
pasukannya. Masa kekuasaan Yazid berlangsung tiga tahun yaitu 680-683 M.
c. Mu’awiyah
bin Yazid (64-64 H/ 680-683 H)
Mu’awiyah
II adalah anak Yazid yang sakit-sakitan sehingga mengalami tekanan akibat tidak
sanggup memikul tanggung jawab. Dia memerintah selama tiga bulan.[7]
d. Marwan
bin Hakam ( 64-65 H/683- 685 M)
Marwan
adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fashih berbicara, dan berani.
Ia ahli dalam pembacaan al-Qur’an dan banyak meriwayatkan hadis-hadis dari para
sahabat.[8]
e. Abdul
Malik bin Marwan (65-86 H/ 685-705 H)
Nama
lengkapnya adalah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abil Ash bin Umayyah. Ia
adalah khalifah kelima Dinasti Umayyah yang diangkat menjadi khalifah saat
berusia 39 tahun pada 65 H/685 M sampai 86 H/ 705 M).[9]
Periode
kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan merupakan periode keemasan Bani Umayyah.
Pembaruan-pembaruan banyak dilakukan dalam masa ini, antara lain:
-
Bahasa Arab
digunakan sebagai bahasa resmi negara.
-
Mencetak mata
uang Arab dalam dirham, dinar dan flas.
-
Mendirikan kas
negara di damaskus.
-
Memperbarui
qawaid.
-
Meningkatkan
pelayanan pos dan komunikasi.
-
Memperbarui
perpajakan.
-
Pertama kali
dalam bahasa Arab, tulisan menggunakan titik dan koma. [10]
f. Walid
bin Abdul Malik (86-96 H/ 705- 715 M)
Walid
bin Abdul Malik memiliki nama lengkap Al-Walid bin Abdul malik bin Marwan bin
Hakam bin Abdul Ash bin Umayyah bin Abdi Syam bin Abdul Manaf. Ia lahir pada
tahun 50 H/ 668 M.
Masa
pemerintahannya merupakan masa keemasan Dinasti Umayyah. Umat islam saat itu
memperoleh ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban yang melebihi
khalifah-khalifah sebelumnya. Umat islam merasa hidup bahagia, tidak ada
pemberontakan dimasa pemerintahannya.
Setelah
memberikan sumbangan yang begitu besar terhadap perkembangan dan penyebaran
islam, Walid bin Abdul Malik meninggal pada tahun 96 H/ 714 M di Damaskus pada
usia 46 tahun setelah memerintah selama 10 tahun lamanya.[11]
g. Sulaiman
bin Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M)
Pada
masa khalifah Sulaiman, pemerintah menjadi menurun. Hal ini dikarenakan
Sulaiman terkenal kurang baik dalam mengendalikan pemerintahan, tidak seperti
al-Walid.[12]
h. Umar
bin Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M)
Umar
memiliki nama lengkap Umar bin Abdul Aziz Abu Ja’far Umar bin Abdul Aziz bin
Marwan bin Hakam. Ia terlahir pada tahun, 63 H/ 682 M di Halwan, sebuah
perkampungan di Mesir. Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan
adik dari khalifah Abdul Malik. Sedangkan ibunya bernama Ummu Asim binti Asim.
Dari Ummu Asimlah, darah Umar bin Khathab mengalir di tubuh Umar bin Abdul
Aziz.
Kepemimpinan
Umar memang tak jauh beda dengan sang kakek, khalifah Umar bin Khathab. Ia
memerintah dengan jujur, adil, dan tegas. Meskipun masa kekhalifahannya
tergolong cukup singkat, yaitu hanya sekitar 3 tahun.
Meskipun
rakyatnya hidup makmur, namun seperti halnya kakeknya (Umar bin Khathab),
khalifah Umar tetap hidup sederhana, jujur dan zuhud. Sayangnya, khalifah yang
digelari Umar II dan Abu Hafs ini, wafat dalam keadaan tragis. Menurut beberapa
Riwayat, ia meninggal karena dibunuh (diracun) oleh salah seorang pembantunya.
Umar tidak meninggalkan warisan apapun untuk istri dan anaknya, kecuali
kenangan manis sebagai pribadi sekaligus pemimpin yang shalih, kuat, dan
melegenda.[13]
i.
Yazid bin Abdul
Malik (101-105 H/ 720-724 M)
Pada
masa Yazid II ini dimulailah masa kemunduran Bani Umayyah. Yazid II sangatlah
lemah dan tidak punya kemampuan dalam memerintah. Setelah ia dinobatkan menjadi
khalifah, meledaklah pemberontakan-pemberontakan.[14]
j.
Hisyam bin Abdul
Malik ( 105- 125 H/ 724-743 M)
Hisyam
bin Abdul Malik adalah putra dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia lahir
pada tahun 70 H/ 691 M. Ketika dilantik menjadi khalifah menggantikan
saudaranya, Yazid II, usianya baru 35 tahun.
Pada
masa pemerintahannya, Hisyam bin Abdul Malik banyak melakukan
perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif, membangun kota
Rashafah, serta membereskan tata administrasi.
Nama
Hisyam bin Abdul Malik memang sangat ditakuti oleh para pemimpin Barat,
khususnya Eropa. Selama hampir 20 tahun kepemimpinannya ia sering melakukan
perluasan kekuasaan sampai ke Eropa dan Romawi. Ia wafat dalam usia 55 tahun
pada tahun 125 H/ 742 M.[15]
k. Walid
bin Yazid ( 125- 126 H/ 743-744 M)
Al-
Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi khalifah, Al
Walid berusia sebelas tahun.
Masa
khalifah Al- Walid II merupakan masa berakhirnya zaman keemasan Bani Umayyah.
Keadaan negara menjadi serba kacau. Khalifah tidak mampu lagi mengendalikan
situasi dan kondisi negara.
l.
Yazid bin Walid
(126- 127 H/ 744-745 M)
Yazid
III tidak mampu mengendalikan negaranya. Meskipun ia sudah berusaha membuat
rencana dan kebijakan yang baik uuntuk mengatasi semuanya, namun tetaplah
keadaan negara menjadi sangat kacau.
Khalifah
Yazid III kemudian jatuh sakit dan akhirnya meninggal lain. Di sisi lain,
gerakan Abbasiyah mulai menggoyangkan kedaulatan Dinasti Abbasiyah secara
terang-terangan.
m. Ibrahim
bin Walid (127- 127 H/ 745- 745 M)
Setelah
Yazid III meninggal dunia maka diangkatlah Ibrahim putranya menjadi
khalifahmenjadi penggantinya. Akan tetapi Ibrahim berkuasa sangatlah sebentar.
Setelah Yazid III meninggal, marwan beserta sejumlah tentaranya yang banyak
langsung menyerang tentara Ibrahim yang berada di Damaskus dan Balbek. Ia
berhasil mengalahkan pasukan Ibrahim.
n. Marwan
bin Muhammad ( 127- 132 H/ 745- 750 M)
Banyaknya
pemberontakan yang terjadi pada masa ini menyebabkan kemunduran yang luar biasa
bagi Dinasti Umayyah. Pemberontakan tidak hanya terjadi dari berbagai pihak
luar yang ingin merongrong dan menjatuhkan kerajaan tetapi juga terjadi perang
saudara dan persoalan intern istana.[16]
3. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur
Masa
pemerintahan bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian
tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukkan, dan terhenti sejak zaman
kedua khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak
bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam wilayah
kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah
Arab, Syiria, Palestina sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan,
India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan
Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
Menurut Prof. Ahmad Syalabi sebagaimana dikutip dari buku Sejarah
Peradaban Islam karya Drs. Samsul Munir Amin, M.A.[17],
penaklukkan militer di zaman Umayyah mencakup tiga frot penting, yaitu sebagai
berikut.
Pertama, front melawan
bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel,
dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah.
Kedua, front Afrika
Utara. Selain menundukkan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga menyebrangi
Selat Gibraltar , lalu masuk ke Spanyol.
Ketiga, front timur
menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini dibagi
menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah diseberang sungai
Jihun (Ammu Darya). Sedangkan lainnya menuju kearah selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian Barat.
Saat-saat paling mengesankan dalam ekspansi ini adalah terjadi pada
paruh pertama dari seluruh masa kekhlaifahan Bani Umayyah, yaitu ketika
kedaulatan dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan tahun-tahun terakhir dari
zaman kekuasaan Abdul Malik. Diluar masa-,masa tersebut, usaha-usaha penaklukkan
mengalami degradasi atau hanya mencapai kemenangan-kemenangan yang sangat
tipis.
Pada masa Pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar dalam
perluasan wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan.
Peristiwa paling mencolok ialah keberaniannya mengepung kota Konstantinopel
melalui suatu ekspedisi yang dipusatkan di kota pelabuhan Dardanela, setelah
terlebih dahulu menduduki pulau-pulau di Laut Tengah seperti Rodhes, Kreta,
Cyprus, Sicilia, dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari ibukota
Romawi Timur itu. Di belahan Timur, Muawiyah berhasil menaklukkan Khurasan
sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan.
Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh Muawiyah , lalu
disempurnakan oleh khalifah Abdul Malik. Dibawah komando gubernur Irak, Hajjaj
bin Yusuf, tentara kaum muslimin menyebrangi sungai Ammu Darya dan menundukkan
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, dan Samarkand. Pasukan Islam juga melalui
Makran, masuk ke Bulukhistan, Sind dan Punjab sampai ke Multan, Islam
menginjakkan kakinya untuk pertama kalinya di bumi India.
Kemudian tiba masa kekuasaan Al-Walid I yang disebut-sebut sebagai
“masa kemenangan yang luas”. Pengepungan yang gagal atas Konstantinopel di
zaman Muawiyah, dihidupkan kembali dengan memberikan pukulan-pukulan yang cukup
kuat. Walaupun cita-cita untuk menundukkan ibu kota Romawi tetap saja belum
berhasil, tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser tapal batas
pertahanan Islam lebih jauh kedepan, dengan menguasai basis-basis militer
kerajaan Romawi di Mar’asy dan ‘Amuriyah.
Prestasi yang lebih besar dicapai oleh Al-Walid I adalah di front
Afrika Utara dan sekitarnya. Setelah segenap tanah Afrika bagian Utara
diduduki, pasukan muslim dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad menyebrangi tanah
Gibraltar masuk ke Spanyol. Lalu ibukotanya, cordova segera dapat direbut,
menyusul kemudian kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira, dan Toledo. Gubernur
Musa bin Nushair kemudian menyempurnakan penaklukkan atas tanah Eropa ini
dengan menyisir kaki pegunungan Pyrenia dan menyerang Carolingian prancis.
Disamping keberhasilan tersebut, bani Umayyah juga banyak berjasa
dalam pembangunan beberapa bidang, baik politik (tata pemerintahan) maupun
sosial kenudayaan. Dalam bidang politik, bani Umayyah menyusun tata
pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan
wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat
majlis penasehat sebagai pendamping, khalifah bani Umayyah dibantu oleh
beberapa orang sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi:
1.
Katib
Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas
mejalankan administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
2.
Katib
Al-Kharaj, sekretaris yang bertugas
menjalankan penerimaan dan pengeluaran negara.
3.
Katib
Al-Jundi, sekretaris yang bertugas
menjalankan berbagai hal, yang berkaitan
dengan ketentaraan.
4.
Katib
As-Syurtah, sekretaris yang bertugas
menjalankan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
5.
Katib
Al-Qudat, sekretaris yang bertugas
menjalankan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
Dalam bidang sosial budaya, bani Umayyah telah membuka terjadinya
kontak antarbangsa-bangsa muslim (Arab)
dengan negari-negari taklukkan yang terkenal memiliki tradisi yang luhur,
seperti Persia, Mesir, Eropa, dan sebagainya. Hubungan tersebut melahirkan
kreativitas baru yang menakjubkan di bidang seni dan ilmu pengetahuan. Dibidang
seni, terutama seni bangunan (arsitektur), Bani Umayyah mencatat suatu
pencapaian yang gemilang seperti Dome of the Rock (Qubah Ash-Shakhra) di
Yerusalem menjadi monumen terbaik yang hingga kini tak henti-hentinya dikagumi
orang. Perhatian terhadap seni sastra juga meningkat di zaman ini, terbukti
dengan lahirnya tokoh-tokoh besarseperti Al-Ahtal, Farazdag, Jurair, dan
lain-lain.
Sekalipun masa Dinasti Umayyah ini banyak negatifnya, namun dari
segi ilmiah, bahasa, sastra dan lainnya tetap maju, menonjol dan mengambil
kedudukan yang layak. Bangsa Arab adalah ahli syair, dan para penggemarnya
memberikan kedudukan khusus bagi para penyair itu dengan memberikan hadiah yang
cukup besar dan memuaskan. Pada saat itu para penyair memiliki kedudukan
penting terutama di masa jahiliah.
Pada masa itu Abu Awad Ad-Duali (w.681 M) menyususn gramatika Arab
dengan memberi titik pada huruf-huruf jaiyah yang semula tidak bertitik. Usaha
ini besar artinya dalam mengembangkan dan memperluas bahasa Arab, serta
memudahkan orang membaca, mempelajari, dan menjaga barisan yang menentukan
gerak kata dan bunyi suara serta ayunan iramanya, hingga dapat diketahui
maknanya. Kerajaan inipun telah mulia menempatkan dirinya dalam ilmu
pengetahuan dengan mementingkan buku-buku bahasa Yunani dan Kopti (Kristen
Mesir).
Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M) merupakan raja Bani
Umayyah yang paling terkenal dilapangan ilmu pengetahuan
dengan meletakkan perhatian besar pada ilmu pengetahuan.
Kemajuan bidang peradaban
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang
pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut.
1.
Pengembangan
Bahasa Arab
Para penguasa
Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah(negara), kemudian
dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa Arab dalam wilayah kerajaan Islam.
Upaya tersebut diakukan dengan menjadikan bahasa Aarab sebagai bahasa resmi
dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat
harus menggunakan bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan bahasa Romawi atau
bahasa Persia didaerah –daerah bekas jajahan mereka dan di Persia sendiri.
2.
Marbad
kota pusat kegiatan ilmu
Dikota Marbad
inilah berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, penyair dan cendekiawan lainnya,
sehingga kota ini diberi gelar ukadz-nya Islam.
3.
Ilmu
qiraat
Ilmu qiraat
adalah ilmu seni baca Alquran. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama
seperti Abdullah bin Qusair (w.120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 M).
4.
Ilmu
Tafsir
Pada masa
perintisan ilmu tafsir, ulam yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (w. 104
H).
5.
Ilmu
Hadis
Diantara para
ahli hadis yang termasyhur pada masa Dinasti Umayyah adalah Al-Auzai Abdurrahman Amru (w. 159 H), Hasan Basri (w.
110 H), Ibnu Abu Malikah (119 H), dan Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil (w.
104 H).
6.
Ilmu
Fiqh
Diantara ahli
fiqh yang terkenal adalah Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim
Ubaidillah, Urwah dan Kharijah.
7.
Ilmu
Nahwu
8.
Ilmu
jughrafi dan Tarikh
9.
Usaha
penerjemahan
Yang mula-mula
melakukan penerjemahan adalah Khalid bin Yazid, seorang pangeran yang sangat
cerdas dan ambisius. Diterjemahkan buku-buku tentang ilmu kimia, ilmu
astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran, dan lain-lain.
4.
Masa
Kehancuran Dinasti Umayyah Timur
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan
Dinasti Umayyah lemah dan membawaanya kepada kehancuran yaitu sebagai berikut.
a.
Sistem
pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi
tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak
jelas.
b.
Latar
belakang pembentukkan Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai
konflik politik yang terjadi dimasa Ali.
c.
Pada
masa kekuasaan bani Umayyah pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani
Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam
semakin runcing.
d.
Lemahnya
pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan
istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan
tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
e.
Penyebab
langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru
yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Demikianlah Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Azis yang
berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh
yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh
Dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada
tahun 127 H/744 M.
D. Peradaban
Islam pada masa Dinasti Umayyah Barat
5.
Masuknya
Islam di Spanyol
Spanyol diduduki
umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah
dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari
dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di
zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik menggangkat Hasan
ibn Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah
Al-Walid, Hasan ibn Nu’man audah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman
Al-Walid, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki
Aljazair dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke
daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa bar-bar di pegunungan-pegunungan, sehingga
mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan
seperti mereka yang pernah mereka lakukan seblumnya.
Sebelum
dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung
yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan
ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan
Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat di kuasai, umat Islam mulai
memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara
menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat 3 pahlawan Islam yang dapat di katakan
paling berjasa memimpin satuan pasukan ke sana adalah Tharif ibn Malik, Thariq
ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abd
Aziz tahun 99 H/717 M ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegununggan
Pyrenia dan Prancis Selatan. Pimpinan pasukan di percayakan pada As-Salamah,
tetapi usahanya gagal dan ia terbunuh pada tahun 102 H.
Selanjutnya,
pimpinan pasukan di serahkan kepada Abdurahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan
pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan mencoba menyerang kota Tourus
itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Paris gagal dan
tentara yang di pimpinnya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu masih juga
terdapat berbagai penyerangan, seperti ke Avirigion tahun 734 M, ke Lyon tahun
743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah Mallorca, Corsia, Sardinia,
Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di
zaman Bani Umayah.
Gelombang
kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya di mulai pada
permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh
menjangkau Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Dalam
kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada
gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan
pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.
6.
Faktor yang
Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang di capai umat
Islam, tidak dapat di pisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang
menguntungkan.
Maksud
faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol
sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh umat Islam kondisi sosial, politik,
dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan.
Perpecahan
politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol,
ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh, padahal pada waktu Spanyol di bawah
kekuasaan Romawi berkat kesuburan tanahnya, pertanian dan perdagangan, serta
industri maju pesat. Akan tetapi setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan
kerajaan Goth perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun.
Buruknya
kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan
raja Roderick, raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
Hal
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lahi memiliki semangat perang. Selain itu
orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.
Sedangkan
yang di maksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam
tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para perajurit Islam yang terlibat
dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh
yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, penuh percaya diri, cakap, berani, dan
tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah
ajaran Islam yang di tunjukan para tentara Islam, yaitu toleransi,
persaudaraan, dan tolong-menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang
terdapat dalam pribadi kaum muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam di wilayah tersebut.
7.
Perkembangan
Islam di Spanyol
Menurut
Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol terbagi dalam 6 periode.
a. Periode
pertama (711-755 M) Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang di
angkat oleh khalifah bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabikitas politik negri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai
gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Gangguan
yang datang dari luar yaitu berupa perselisihan antara elite penguasa. Adapun
gangguan yang datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh islam di
Spanyol yang tinggal di daerah pegununggan.
b. Periode
kedua (755-912 M) Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan
khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir
pertamanya adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M
dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil.saat periode ini, umat Islam Spanyol
mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban.
Abdurrahman Ad-Dakhil membangun Masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota
besar Spanyol.
c. Periode
ketiga (912-1013 M) Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan
Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya raja-raja kelompok. Pada periode ini umat
Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah
Abbasiyah do Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirikan Universitas Cordova.
d. Periode
keempat (1013-1086 M) Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi
beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode
ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan
raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawif yang berpusat di suatu kota seperti
Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya.
e. Periode
kelima (1086-1248 M) Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah
dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakini
kekuadaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235
M).
f. Periode
keenam (1248-1492 M) Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah
Dinasti Ahmar. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman An-Nasir, akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa
pada wilayah kecil.pada tahun 1492 M kekuasaan Islam di Spanyol berakhir karena
perselishan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.[18]
8.
Kemajuan
Peradaban Islam di Spanyol
A. Kemajuan
Intelektual
1.
Filsafat
Tokoh utama dan pertama
dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh
yang dikenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang di kemukakannya bersifat etis dan
eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.
Tokoh utama keduanya
yaitu Abu Bakar bin Thufail, karyanya adalah Hayy bin Yaqzhan. Tokoh filsafat
islam spanyol lainnya adalah Ibnu Rusyd.
2.
Sains
Abbas ibn Farnas
termashur dalam ilmu kimia dan astronomi, yang pertama menemukan pembuatan kaca
dari batu, Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ahmad
ibn Ibas dari Cordova ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi
Ja’far dan Al-Hafids ahli kedokteran
dari kalangan wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi yaitu Ibn Jubair dari
Valencia, Ibn Batuthah dari Tangier, Ibn Al-Khatib, dan Ibn Khaldun.
3.
Bahasa dan
sastra
Banyak yang ahli dan
mahir dalam bahasa Arab, di antaranya Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik, Ibnu
Khuruf, Ibnu Al-Hajj dan lain-lain, dalam bidang sastra ada Al-Aqd Al Farid
karya Ibnu Abd Rabbih, Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah karya Ibnu
Bassan, kitab Al- Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain
4.
Musik dan
kesenian
Tokoh seni dan musik
pada masa Islam di Spanyol adalah Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zarayab
dan juga terkenal sebagai pencipta lagu-lagu
B. Bidang
keilmuan keagamaan
1. Tafsir
Salah stau mufasir yang
terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi. Adapun karyanya adalah Al-Jami’u
li Ahkam Alquran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal
dengan nama Tafsir Al-Qurtubi
2. Fiqh
Dalam bidang fiqih,
spanyol islam di kenal sebagai pusat penganut madzab Maliki, yang memperkenalkan
madzab ini adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya diteentukan
oleh Ibnu Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisam bin Abdurrahman. Abu Bakr
bin Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, Syatibi, penulis kitab
Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, penulis buku Al-Muwafaqat
fi Ushul Asy-Syari’ah, dan Ibnu Hazm
C. Kemajuan
di bidang Arsitektur bangunan
1. Codova
Jembatan besar di
bangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk
menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon yang megah itu diimpor dari
Timur. Di sekitar ibukota di bangun istana-istana yang megah. Diantara
kebanggaan kota Cordova adalah Masjid Cordova.
2. Granada
Granada adalah tempat
pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinngian arsitektur Spanyol. Pembangunan fisik yang lainnya adalah istana
Al-Zahra, iatana Al-Gazar, dan menara Girilda
3. Sevilla
Kota yang pada masa
Romawi bernama Romula Agusta yang kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (sevilla)
ini mempunyai bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa
pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub yang kini telah berubah menjadi gereja
dengan nama Santa Maria de la Sede.
4. Toledo
Toledo merupakan kota
paling penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai
kota Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad
menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini di jadikan pusat kegiatan umat Islam,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari
tangan umat Islam setelah direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa
peninggalan bangunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.
9.
Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Tokoh Spanyol Islam yang sangat
berpengaruh terhadap pemikiran Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang di kenal dengan
Averros (1120-1198 M). Avveros dikenal sebagai orang yang melepaskan belenggu
taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir.pengaruh Averros sangat besar
sehingga muncul gerakan Averroseisme yang menuntut kebebasan berpikir. Dari
gerakan inilah di Eropa kemudian lahir revormasi pada abad ke-16 M dan
rasionalisme pada abag ke-17 M.
Pengaruh peradaban-peradaban Islam
berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai
Universitas Islam di Spanyol. Mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuan
muslim. Setelah pulang ke negrinya mereka mendirikan sekolah dan universitas
yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris. Di dalam
universitas tersebut ilmu yang mereka diperoleh dari universitas-universitas
Islam di ajarkan.
Pengaruh
ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan renaissance pusaka yunani di Eropa pada abad ke-14.
Berkembangnya pikiran yunani di Eropa adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab
yang di pelajari kemudian diterjemahkan ke Bahasa Latin. Akan tetapi, walaupun
Islam akhirnya terusir dari megeri Spanyoldengan cra yang sangat kejam, namun
ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa.
Demikian
juga bahasa arab telah berpengaruh di Eropa seperti kata-kata : as-sukkar
(gula), menjadi azukar (spanyol), sugar (Inggris), syarab (minuman cair)
menjadi syrup.
Demikian
besar pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa, sehingga jika masyarakat Eropa
tidak belajar dari peradaban Islam maka Eropa masih tertinggal jauh dari
peradaban dunia.
10. Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa
Transmisi
ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa melalui berbagai jalur. Jalur-jalur
tersebut adalah:
a. Melalui
perang salib (1096-1273 M)
Perang antara umat
Kristen Eropa Barat ke tanah Timur khususnya Palestina. Ketika Frederick II,
kaisar jerman membawa anggkatan perangnya ke Palestina dalam rangka perang
salib, sepulangnya dari sana ia meletakan dasar pendirian perguruan tinggi
Universitas Napeles yang ditegakkan dengan piagam yang jelas dan terang. Di
sini ia menghimpun sebuah kumpulan besar naskah-naskah Arab, buku-buku
Aristoteles dan Averros yang diterjemahkan di gunakan dalam daftar pelajaran,
salinan terjemahan tersebut dikirimkan ke Universitas di Paris dan Bologna.
b. Melalui
negeri Sicilia
Eksibisi Arab dari
Syiria telah sampai di Sicilia pada tahun 730 M. Di bawah pimpinan Abdul Malik
bin Qatan.
Tokoh-tokoh yang
menggembangkan ilmu di Sicilia antara lain:
· Hamzah
Al-Basri, ahli fisiologi dan perawi dari penyair besar Arab Al-Mutanabbi. Ia
hijrah ke Sicilia hingga meninggal disana pada tahum 986 M.
· Muhammad
bin Khurasan, ahli stutus Alquran. Ia berasal dari mesir lalu ke Irak dan
terakhir ke Sicilia sampai meninggal di sanan tahun 996 M.
· Para
dokter Sicilia antara lain Abu Sa’id bin Ibrahim, Abu Bakar As-Siqili, Ibnu Abi
Usaiba.
· Masih
banyak lagi yang bergerak dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang bahasa
dan sastra. Termasuk karya Dante yang banyak tahu tentang Islam, banyak
terpengaruh karya Ibnu Arabi dalam Al-Futuhat Al-Makkiyah, serta
karya-karya lain
c. Melalui
Andalusia
Semasa
Islam di Andalusia ada sejumlah perguruan tinggi disana, antara lain
Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada.
Peran Gerard dari
Cremona cukup besar dalam transfer ilmu pengetahuan dari Andalusia ke Eropa,
ini karena kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Ia amat menyesal akan kekurangan
dan kemiskinan dalam bahasa arab, oleh karena itu ia mempelajari bahasa Arab
sehingga ia bisa mentransfer ilmu-ilmu dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Selain
itu masih ada yang lain seperti Roger Bacon, Michael Scott, dan lain-lain.
Di
Ansalusia sedikit demi sedikit umat Islam mulai kehilangan wilayah
kekuasaannya. Mula-mula kota Toledo direbut oleh Kristen pada tahun 1085 M,
hilanglah pusat-pusat sekolah tinggi dan pusat-pusat ilmu pengetan Islam
beserta segala isinya yang terdiri dari perpustakaan beserta ilmuan-ilmuannya,
dan tahun 1236 disusul Cordova yang di rampas oleh Raja Alfonso maka hilang
pula kebudayaan dunia sebelah barat beserta masjid raya Cordova.
Penyaluran
ilmu pegetahuan ke Eropa di Mulai ketika Toledo jatuh ketangan Kristen.
Kemudian di Toledo di dirikan sekolah-sekolah tinggi terjemah. Buku-buku yang
di salin adalah buku-buku bahasa arab yang masih tersisa dari
pembakaran.diantara penerjemah yang terkenal adalah Avendeath dari bangsa
yahudi yang menyalin buku astronomi dan astrologi dalam bahaa latin, dan Gerard
Cremona.
Toledo
menjadi pusat perkembangan ilmu-ilmu Islam ke dunia Barat. Peran Toledo
bertambah lengkap setelah umat Islam di usir dari Andalusia. Buku-buku yang
tersisa dari kota-kota lain di Andalusia seperti Cordova, Sevilla, Malaga, dan
Granada dapat mereka manfaatkan. Bangsa barat benci terhadap Islam akan tetapi
haus pada ketinggian ilmu dan peradabannya.[19]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Lahirnya dinasti
umayyah dimulai dari peristiwa tafhkim setelah pecahnya perang Shiffin
di Daumatul Jandal.
2.
Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur: Mu’awiyah
bin abu Sufyan, Yazid ibn Mu’awiyah/ Yazid I, Mu’awiyah bin Yazid, dll.
3.
Masa
pemerintahan bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian
tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukkan, dan terhenti sejak zaman
kedua khulafaur rasyidin terakhir.
4.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawaanya kepada
kehancuran.
5. Dalam
kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada
gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan
pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.
6. Menurut
Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol terbagi dalam 6 periode.
7.
Tokoh Spanyol
Islam yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang
di kenal dengan Averros (1120-1198 M).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Azizi,
Abdul Syukur. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.
Jogjakarta: Saufa.
Amin,
Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam, cet.ke-2. Jakarta: AMZAH.
Hasan,
Hasan Ibrahim. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Khoiriyah.
2012. Sejarah Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras.
Syalabi.
1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2.
Jakarta: Al-Ilusna Zikra.
Syukur
Fattah. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra.
Yatim,
Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
PROFIL PENULIS
1.
Nama : Rizka Rahmawati
TTL : Pekalongan, 23 Agustus 1996
Alamat : Pajomblangan, Kedungwuni
No. Hp : 085786003206
2.
Nama : Nada Novalina
TTL : Pemalang, 22 juli 1996
Alamat : Pelutan, Pemalang
No. Hp : 082328667238
3.
Nama : Naela Azqia
TTL : Pemalang, 18 Februari 1995
Alamat : Randudongkal, Pemalang
No. HP: 085742847790
Rizka Rahmawati
Nada Novalina
Naela Azqia
[1] Abdul Syukur al-Azizi, Kitab
Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Jogjakarta: Saufa, 2014), hlm. 133-138.
[2] Ibid., hlm. 140.
[3] Syalabi, Sejarah dan
Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: Al-Ilusna Zikra, 1997), hlm. 30.
[4] Khoiriyah, Sejarah Islam (Yogyakarta:
Penerbit Teras, 2012), hlm. 70-71.
[5]
Syalabi, Op.cit.,
hlm. 49.
[6] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah
dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm 18.
[7] Khoiriyah, Op. Cit., hlm.
71-72.
[8]Syalabi, Op. Cit., hlm.
67.
[9]
Abdul Syukur al-Azizi, Op.
Cit., hlm. 142.
[10]
Khoiriyah, Op. Cit., hlm.
72.
[11]
Abdul Syukur al-Azizi, Op.
Cit., hlm. 149.
[12]
Khoiriyah, Op. Cit., hlm.
74.
[13]
Abdul Syukur al-Azizi, Op.
Cit., hlm. 155.
[14]
Khoiriyah, Op. Cit., hlm.
77.
[15]
Abdul Syukur al-Azizi, Op.
Cit., hlm. 156-157.
[16]
Khoiriyah, Op. Cit., hlm.78-79.
[18]
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 87-93.
[19]
Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam ( Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 171-179.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar