DINASTI UMAWIYAH TIMUR-BARAT 711-1492, 661-750
Disusun Oleh :
1. Indah Wahyu Widyaningsih (2021113027)
2. M.Abdul Jawad
(2021113086)
3. Afiyatus tsaniyah (2021113208)
4. Ika Rimaturrahmah
(2021114078)
5. Intan Rizka Agustia (2021114210)
Kelas: H
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
(STAIN PEKALONGAN)
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah sederhana ini dapat kami selesaikan. Sholawat
dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan semua pengikut
beliau hingga akhir zaman.
Dalam makalah
ini, penulis berusaha memaparkan penjelasan singkat mengenai dinasti umawiyah. Dengan
demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat membantu para mahasiswa untuk
memahami sejarah peradaban islam
secara lebih terperinci.
Penulis telah
berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun, apabila dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan,
baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang sederhana ini dapat
menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Pekalongan , September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan
Penulisan............................................................................... 2
D. Metode
Penulisan Makalah................................................................ 2
E. Sistematika
Penulisa Makalah........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Timur..................................... 3
2. Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur............................................. 6
3. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur......................................... 10
4. Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur...................................... 13
5. Masuknya Islam di Spanyol............................................................... 14
6. Faktor
yang Menyebabkan Islam mudah Masuk Spanyol................ 15
7. Perkembangan
Islam di Spanyol........................................................ 15
8. Kemajuan
Peradaban Islam di Spanyol............................................. 17
9. Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam di Eropa.................................... 17
10. Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa.............................................. 18
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah
berakhirnya masa kekuasaan Ali Bin Abi Thalib lahirlah masa kekuasaan yang
berpola dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan ini sangat berbeda dengan apa
yang diterapkan pada masa sebelumnya yaitu pada masa Ali yang masih menerapkan pola
keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah.
Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan ini bersifat kekuasaan foedal dan
turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otoriter,
kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi disertai dengan tipu daya, dan hilangnya
keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan pemimpin merupakan gambaran
umum kekuasaan sesudah khulafa urasyidin. Dinasti
Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi
Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukan dengan cara menolak
pembai’atan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang
dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan.
Jatuhnya
Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij (kelompok
yang membangkan dari Ali) membunuh khalifah Ali, meskipun kemudian kekuasaan
dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi
politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa
bulan. Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun
dengan perjanjian bahwa pemilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan
kepada umat Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan
dikenal dengan jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam menjadi
satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan
menjadi kerajaan. Munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam
kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan dengan sumbangan-sumbangannya
dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah
berdirinya dinasti umayyah?
2. Siapa saja
khalifah pada masa dinasti umayyah ?
3.
Bagaimana masa kemajuan dinasti
umayyah ?
4. Bagaimana
masa kehancuran dinasti umayyah
?
5. Bagaimana
masuknya islam di Spanyol ?
6. Apa yang menyebabkan
islam mudah masuk di Spanyol ?
7. Bagaimana
perkembangan islam di Spanyol ?
8. Bagaimana
kemajuan peradaban islam di Spanyol ?
9. Bagaimana
pengaruh peradaban islam Spanyol di Eropa ?
10. Bagaimana Transisi Ilmu-ilmu
Keislaman Ke Eropa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya dinasti umayyah.
2. Untuk mengetahui khalifah pada masa dinasti umayyah.
3. Untuk mengetahui masa kemajuan dinasti umayyah.
4. Untuk
mengetahui masa kehancuran dinasti
umayyah.
5. Untuk
mengetahui masuknya islam di Spanyol.
6. Untuk
mengetahui penyebab islam mudah masuk di
Spanyol.
7. Untuk
mengetahui perkembangan islam di Spanyol.
8. Untuk
mengetahui kemajuan peradaban islam di
Spanyol.
9. Untuk
mengetahui pengaruh peradaban islam
Spanyol di Eropa.
10. Untuk
mengetahui Transisi
Ilmu-ilmu Keislaman Ke Eropa.
D. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui
metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberpa referensi buku yang
merujuk pada permasalahan yang dibahas. Pemecahan masalah dimulai dengan
penentuan rumusan masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan, dari berbagai sumber, dan pengorganisasian jawaban.
E. Sistematika Penulisan Masalah
Makalah
ini ditulis dlaam bentuk tiga bab, meliputi :
1. Bab I, terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan masalah.
2. Bab II, terdiri dari pembahasan.
3. Bab III, penutup, terdiri dari simpulan dan saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Berdirinya Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah
Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf, pemimpin kabilah Quraisy pada zaman
jahiliyah. Mereka masuk agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan
lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad berserta beribu-ribu
pengikutnya yang benar-benar percaya terhadap kerasulan dan kepemimpinan yang
menyerbu masuk ke dalam kota Makkah. Memasuki tahun ke 40 H/660 M, banyak
sekali pertikaian politik dikalangan umat Islam, puncaknya adalah ketika
terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Setelah
khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Iraq mengangkat al-Hasan putra
tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Mu’awiyah sebagi gubernur
propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah.
Namun
karena Hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat,
maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada mu’awiyyah bin abi
sufyan. Mereka memeluk Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Karier
politik Mu'awiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab.
Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah
diangkat menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena
keberhasilan kepemimpinannya, tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur
Syria oleh khalifah Umar. Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria,
giat melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah
kekuasaan Bizantine. Pada masa
pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah terlibat konflik dengan
khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur Syria.Sejak
saat itu Mu'awiyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan
dinasti Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali,
Mu'awiyah menjadi
penguasa seluruh imperium Islam,dan menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa
penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya.[1]
Lahirnya dinasti umayyah dimulai dari peristiwa tafhkim
setelah pecahnya perang Shiffin di Daumatul Jandal. Dikisahkan bahwa Hasan yang
menggantikan ayahnya, Ali bin Abi Thalib, mengadakan perjanjian damai dengan
Mu’awiyah agar gejolak dan pemberontakan yang terjadi tidak sampai
menghancurkan keutuhan umat Islam.
Dalam upaya perdamaian, khalifah Hasan bin Ali
mengirimkan surat melalui Amr bin Salmah al-Arabi yang berisib pesan
perdamaian. Dalam perundingan ini, Khalifah Hasan mengajukan syarat bahwa ia
bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Mu’awiyah dengan beberapa ketentuan
sebagaimana berikut:
-
Mu’awiyah
menyerahkan harta Baitul Mal kepadanya untuk melunasi utang-utangnya kepada
pihak lain.
-
Mu’awiyah
tak lagi melakukan cacian dan hinaan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib
beserta keluarganya.
-
Mu’awiyah
menyerahkan pajak bumi dari persia dan daerah Bijinad kepada Hasan setiap
tahun.
-
Setelah
Mu’awiyah berkuasa, maka masalah kepemimpinan (kekhalfahan) harus diserahkan
kepada umat islam untuk melakukan pemilihan kembali pemimpin umat islam.
-
Mu’awiyah
tidak boleh menarik sesuatu pun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak. Sebab,
hal itu telah menjadi kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib sebelumnya.
Setelah kesepakatan damai ini, Mu’awiyah mengirimkan
sebuah surat dan kertas kosong yang dibubuhi tanda tangannya untuk diisi oleh
Hasan. Dalam surat itu, ia menulis, “Aku mengakui bahwa karena hubungan darah,
Anda lebih berhak menduduki jabatan khalifah. Dan, sekiranya aku yakin
kemampuan Anda lebih besar untuk melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan, aku
tidak akan ragu berikrar setia kepadamu.”
Akhirnya, pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 41 H/661 M,
terjadi kesepakatan damai antara Hasan dan Mu’awiyah, yang kemudian dikenal
dengan Aam Jama’ah, karena kaum
muslimin sepakat untuk memilih satu pemimpin saja, yaitu Mu’awiyah bin Abu
Sufyan. Penyerahan kekuasaan pemerintah islam dari Hasan ke Mu’awiyah ini
menjadi tonggak formal berdirinya kelahiran Dinasti Umayyah di bawah
kepemimpinan khalifah pertama, Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Proses penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali
kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dilakukan di suatu tempat yang bernama Maskin,
dengan ditandai pengangkatan sumpah setia. Dengan demikian, Mu’awiyah telah
berhasil meraih cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin umat Islam
menggantikan posisi dari Hasan bin Ali sebagai khalifah.
Dengan demikian, maka secara resmi berdirilah
dinasti baru, yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750 m). Dalam menjalankan roda
pemerintahannya, Mu’awiyah mengubah gaya kepemimpinan lama dengan cara
mengadopsi gaya kepemimpinan raja-raja Persia dan Romawi, berupa peralihan
kekuasaan kepada putranya secara turun temurun. Kondisi ini sekaligus menandai
berakhirnya sistem pemerintahan khalifah yang didasari asas demokrasi untuk
menentukan pemimpin umat islam sebagaiman yang terjadi pada khalifah-khalifah
sebelumnya. Setelah resmi menjabat sebagai khalifah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan
memindahkan ibu kota negara dari Madinah ke Damaskus.
Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Bani
Umayyah ternyata banyak mendapat sorotan dan menimbulkan ketidakpuasan di
kalangan masyarakat islam saat itu.akibatnya, timbul perlawanan terhadap Bani
Umayyah yang dimulai oleh Husein bin Ali, putra kedua Ali bin Abi Thalib. Dalam
salah satu perjanjian dengan Hasan, Mu’awiyah berjanji akan mengembalikan
kekhalifahan Islam. Namun, Mu’awiyah tetap memberikan tahta kepada putranya
karena dianggap lebih pantas.
Pada tahun 680 M. Husein bin Ali pindah dari madinah
ke Makkah. Kemudian, atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak, ia
berangkat ke kufah karena dijanjikan untuk dibaiat menjadi khalifah. Umat islam
di daerah ini nmemang tidak mengakui Yazid sebagai khalifah.
Dalam perjalanan menuju Kufah, Husein mendapat kabar
bahwa Muslim bin Aqil (keponakan nabi) tewas. Husein pun sadar bahwa
keputusannya ke Irak keliru, dan ia hendak pulang menuju Makkah atau Madinah,
namun anak-anak Muslim meminta agar Husein tidak pulang sampai mereka menuntut
hukum atas terbunuhnya ayah mereka.
Bersamaan dengan itu, Ubaidillah bin Ziyad telah
mengutus al-Hurru bin Yazid at-tamimi dengan membawa 1.000 pasukan untuk
menghadang Husein agar tidak memasuki kufah.
Saat Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala,
tibalah 4.000 pasukan lainnya yang dikirim oleh Ubaidillah bin Ziyad dengan
pimpinan pasukan Umar bin Saad.
Saat itulah,
terjadilah peperangan yang sangat tidak imbang antara 23 orang di pihak Husein
berhadapan dengan 5.000 pasukan. Kemudian, 30 orang pasukan Irak yang dipimpin
oleh Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein. Peperangan
yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein, hingga
tersisa Husein seorang diri. Orang-orang kufah merasa takut dan segan untuk
membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga
Nabi Muhammad SAW. Namun, ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin Dzi
al-jausyan, melemparkan panah yang mengenai Husein, Husein pun terjatuh lalu
orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid.[2]
B. Para Khalifah Dinasti Umayyah
Kekuasaan
Dinasti Umayah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 khalifah.
Khalifah yang pertama adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, sedangkan Khalifah yang
terakhir adalah Marwan bin Muhammad.Di antara mereka ada pemimpin-pemimpin
besar yang berjasa ada pula khalifah yang tidak begitu berpengaruh dan lemah.
Adapun khalifah-khalifah dinasti Umayah adalah sebagai berikut :
1.
Muawiyah
I bin Abi Sufyan 41-60H/661-679M
2.
Yazid
I bin Muawiyah
60-64H/679-683M
3.
Muawiyah
II bin Yazid 64H/683M
4.
Marwan
I bin Hakam 64-65H/683-684M
5.
Abdul
Malik bin Marwan 65-68H/684-705M
6.
Al-Walid
I bin Abdul Malik 86-96H/705-714M
7.
Sulaiman
bin Abdul Malik 96-99H/714-717M
8.
Umar
bin Abdul Aziz
99-101H/717-719M
9.
Yazid
II bin Abdul Malik
101-105H/719-723M
10.
Hisyam
bin Abdul Malik 105-125H/723-742M
11.
Al-Walid
II bin Yazid II
125-126H/742-743M
12.
Yazid
bin Walid bin Malik 126H/743M
13.
Ibrahim
bin Al Walid II
126-127H/743-744M
14.
Marwan
II bin Muhammad 127-132H/744-750M
a.
Muawiyah
I bin Abi sufyan
Silsilah Muawiyah bin Abi sufyan sebagai
pendiri Daulah Umawiyah yang berkuasa atas pemerintah kaum muslimin selama 80
tahun (40-132H) bersambung kepada umayah bin Abdus syams bin Abdul manaf bin
Qushay.
Muawiyah mendapat kursi ke
khalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi thalib berdamai dengannya pada tahun
41 H. Sebagian umat islam membaiat Hasan bin Ali setelah ayahnya wafat, tetapi
hasan menyadari kelemahannya sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan
umat islam kepada Muawiyah.
Jasa-jasa kepemrintahan
Muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang
selalu siap ditiap pos, ia juga berjasa mendirikan kantor cap(percetakan mata
uang) dll.[3]
Mu’awiyah dilahirkan kira-kira 15
tahun sebelum Hijrah, dan masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah
bersama-sama penduduk kota Makkah lainnya. Waktu
itu ia berusia 23 tahun. Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang
baru masuk islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga ternama kepadanya, agar
perhatian mereka kepada islam itu tertanam dalam hati mereka. Sebab itu
Rasulullah berusaha supaya Mu’awiyah menjadi lebih akrab kepada beliau. Mu’awiyah
lalu diangkat menjadi anggota dari sidang penulis wahyu.[4]
Mu’awiyah
dianggap sebagai pendiri dinasti Umayyah dan sebagai khalifah pertama.
Mu’awiyah diangkat sebagai khalifah dinasti Umayyah di Ilya’ (Yerussalem) pada
40 H/660 M. Oleh Mu’awiyah, ibu kota negara dipindahkan dari Kufah ke Damaskus.
Sistem
pemerintahan yang Mu’awiyah jalankan adalah sistem pemerintahan yang turun
temurun (monarkhi). Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang ada di
persia dan Byzantium.[5]
b.
Yazid
I bin Muawiyah
Yazid dilahirkan dari istri Muawiyah yang
bernama maimu binti bahdal Al- Kabiah, seorang wanita kampung yang dinikahi
Muawiyah sebelum ia menjadi khalifah. Ia fasih dalam berkata, dermawan dan
sangat pandai bersyair.
Yazid tidak sekuat ayahnya
dalam memerintah banyak tantangan yang dihadapinya antara lain menghadapi
pemberontak syiah yang telah membaiat husain sepeninggal Muawiyah, menghadapi
para pemberontak di mekah dan madinah, dll.[6]
Ketika Mu’awiyah meninggal
dunia, masyarakat luas membai’at Yazid sebagai khalifah, kecuali Al-Husain bin
Ali, Abdullah bin Az-Zubair, Abdullah bin Al Abbas, dan Abdullah bin Umar.[7]
c.
Muawiyah
II bin yazid
Muawiyah II saat
diangkat menjadi khalifah masih anak-anak dan dianggap lemah. Dia tidak
meninggalkan sesuatu yang pantas untuk dicatat mengingat masa pemerintahannya
juga hanya 40 hari saja. Dia juga tidak sempat menikmati masa kekuasaannya
karena ia sakit sehingga hanya terdiam didalam rumahnya. Sebelum kemudian ia
wafat.
d.
Marwan
I bin Hakam
Ketika muawiyah II wafat dan tidak menunjuk
siapa penggantinya, maka keluarga besar Umayah mengangkatnya sebagai khalifah,
ia dianggap orang yang mengendalikan kekuasaan karena pengalamannya, Marwan
menundukan palestina,hijaz dan irak. Tetapi ia hanya
memerintah 1 tahun dan menunjuk anaknya sebagai pengganti seelum ia wafat.
e.
Abdul
Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan lahir dimadinah pada
tahun 26 H, pada masa pemerintahan ustman bin Affan tercatat bahwa ia tumbuh
dengan sangat cepat dan terkenal sebagai pemberani serta suka menolong ia juga
dikenal sebagai khalifah yang dalam ilmu agamanya.
Pada
masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dinasti Umayah mengalami puncak
kejayaan dan disebut-sebut sebagai pendiri kedua bagi kedaulatan umayah. Ia
telah berhasil mengembalikan integritas wilayah dan wibawa kekuasaan umayah
dari para pengacau sebelumnya, mulai dari gerakan separatis Abdullah bin Zubair
di hijaz pemberontakan kaum syiah dan khawarij dan lain sebagainya.
Beberapa jasanya
ialah Ia pernah menundukan tentara romawi, ia memerintahkan
penggunaan bahasa arab dalam administrasi diwilayah Umayah , ia juga
memerintahkan mencetak uang secara teratur, membangun gedung, masjid serta
saluran air.
f.
Al-Walid
I bin Abdul Malik
Memerintah 10
tahun lamanya pada masa pemerintahannya kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah.
Kekuasaan islam melangkah kespanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad ketika
afrika dipegang oleh gubernur Musa bin Nushair. Karena kekayaan melimpah maka
ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-jalan yang
dilengkapi sumur untuk para khafilah yang berlalu lalang dijalur tersebut.
g.
Sulaiman
bin Abdul Malik
Ia merupakan khalifah yang kurang
bijaksana, suka harta sebagaimana yang diperlihatkan ketika ia menginginkan
harta rampasan perang dari spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nushair. Khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik dibencioleh rakyatnya. Karena tabiatnya yang kurang
bijaksana itu para pejabat terpecah belah begitu pula masyarakatnya.
h.
Umar
bin Abdul Aziz
Umar meskipun masa pemerintahannya singkat
hanya dua tahun, namun umar merupakan “lembaran putih” Bani Umayah dan sebuah
periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh
berbagai kebijaksanaan bani Umayah yang banyak disesali. Ia merupakan
personifikasi seorang khalifah yang taqwa dan bersih.
Ia mengadakan perdamaian
antara Amawiyah, syiah dan Khawarij, menghentikan peperangan dan menghentikan
caci maki terhadap khalifah Ali bin Abi thalib. Banyak
juga jasa khalifah umar kepada rakyatnya seperti memeratakan kemakmuran ,
mengurangi beban pajak dan lain-lain.
i.
Yazid
II bin Abdul Malik
Dilantik menjadi khalifah pada bulan Rajab
tahun 101 H. Pada masa pemerintahannya terjadi lagi perselisihan antara kaum
mudariyah dan kaum yamaniah, pemerintahannya yang singkat itu mempercepat
kemunduran Umayah.
j.
Hisyam
bin Abdul Malik
Hisyam adalah
seorang yang cerdas, penyantun dan murah hati. Dia juga terkenal sebagai
seorang ahli strategi dan seorang politikus ulung sehingga dikatakan, bahwa
ahli politiknya bani umayah ada tiga orang : Muawiyah, Abdul Malik dan Hisyam.
k.
Al
Walid II bin Yazid II
Al walid
terkenal sebagai seorang khalifah yang gemar berfoya-foya. Hura-hura dan main
perempuan. Dia juga dikenal sebagai penyair yang kualitatif yang berhasil
menciptakan beberapa bait syair yang baik sekali dalam objek celaan, asmara dan
obsesinya tentang arak.
l.
Yazid
bin Walid bin Malik
Ia adalah
seorang bermata juling dan suka menampakan diri sebagai orang yang taat
beribadah. Namun ia juga dijuluki dengan orang kikir karena telah memotong gaji
para tentara terutama tentara hijaz. Ia juga seorang khalifah yang berfaham
mu’tazilah.
m.
Ibrahim
bin Al Walid II
Ibrahim bin Al
Walid II dilantik sesudah Yazid bin Walid meninggal dan memerintah hanya 2
bulan saja.
n.
Marwan
II bin Muhammad
C. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah
Suatu
era agresif, di mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan
penaklukan, yang terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Hanya
dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin
beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah spanyol,
seluruh wilayah Afrika Utara, jazirah arab, syiria, palestina, sebagian daerah
Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang
dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
Pertama,
front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota
Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah. Kedua, front Afrika Utara. Selain menundukkan daerah
hitam Afrika, pasukan muslim juga menyebrangi
Selat Gibraltar, lalu masuk ke spanyol. Ketiga, front timur
menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini di
bagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke
daerah-daerah di seberang sungai Jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya kea
rah selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian barat.
Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ini
ialah terjadi pada paruh pertama dari seluruh masa kekhalifahan Bani Umayyah
yaitu ketika kedaulatan dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan tahun-tahun
terakhir dari zaman kekuasaan Abdul Malik. Disamping
keberhasilan tersebut, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan
berbagai bidang, baik politik (tata pemerintahan) maupun social kebudayaan.
Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali
baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang
semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis Penasihat sebagai pendamping,
khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa sekretaris untuk membantu
pelaksanaan tugas, yang meliputi :
1. Katib Ar-Rasail, sekretaris yang
bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat denagn para pembesar
setempat.
2. Katib Al-Kharraj, sekretaris yang
bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran Negara.
3. Katib Al-Jundi, sekeretaris yang
bertugas menyelenggarakan berbagai hala yang berkaitan dengan ketentaraan.
4. Katib Asy-Syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban umum.
5. Katib Al-Qudat, sekretaris yang bertugas
menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
Dinasti Umayyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai
bidang yang telah dilakukan masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan
khulafaur rasyidin. Dalam bidang peradaban Dinasti Umayyah telah menemukan
jalan yang lebih luas kearah pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan,
dengan bahasa Arab sebagai media utamanya. Menurut Jurji Zaidan
(George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan
antara lain sebagai berikut:
1. Pengembangan Bahasa Arab
Para penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam
sebagai daulah (Negara), kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa arab
dalam wilayah kerajaan Islam. Uapaya tersebut dilakukan dengan menjadikan
bahasa arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha Negara dan pemerintahan
sehingga pembukuan dan surat-menyurat harus menggunakan bahasa arab , yang
sebelumnya menggunakan bahasa romawi atau bahasa Persia di daerah-daerah bekas
jajahan mereka dan Persia sendiri.
2. Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti
Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan itu dinamakan
Marbad, kota satelit dari Damaskus. Dikota Marbad inilah berkumpul para
pujangga, filsuf, ulama, penyair dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini
diberi gelar ukadz-nya Islam.
3. Ilmu Qiraat
Ilmu
Qiraat adalah ilmu seni baca al-qur’an. Ilmu qiraat merupakan ilmu syariat
tertua, yang telah dibina sejak zaman khulafaur rasyidin. Kemudian masa Dinasti
Umayyah dikembangluaskanlah sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat
penting. Pada masa ini para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair.
(w. 120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H).
4. Ilmu Tafsir
Untuk
memahami Alquran sebagai kitab suci diperlukan interpretasi pemahaman secara
komprehensif. Minat untuk menafsirkan Alquran di kalangan umat Islam bertambah.
Pada masa perintisan Ilmu tafsir yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (w.
104 H).
5. Ilmu Hadis
Ketika
kaum muslimin telah berusaha memahami Alquran ternyata ada satu hal yang juga
sangat meraka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan Nabi yang disebut hadis. Oleh
karena itu, timbullah usaha untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal usulnya
, sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu
hadis. Di antara para ahli hadis yang termasyhur pada masa Dinasti Umayyah
adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), Ibnu
malikah (119 H), dan Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil (w. 104 H).
6. Ilmu fiqh
Setelah
islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan adanya
peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Alquran adalah dasar fiqh Islam, dan pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi
satu cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri.
7. Ilmu Nahwu
Pada masa Dinasti Umayyahkarena wilayahnya berkembang
secara luas, khususnya ke wilayah di luar arab, maka ilmu nahwu sangat
diperlukan. Hal tersebut disebabkan pula
bertambahnya orang-orang Ajam (non-arab) yang masuk Islam, sehingga keberadaan
bahasa arab sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, dibukukanlah ilmu nahwu dan
berkembanglah satu cabang ilmu yang penting untuk mempelajari barbagai ilmu
agama islam.
8. Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Jughrafi
dan Tarikh pada masa Dinasti Umayyah telah berkembang menjadi ilmu tersendiri.
Demikian pula ilmu tarikh (ilmu sejarah), baik sejarah umum maupun sejarah
islam pada khususnya. Adanya pengembangan dakwah Islam ke daerah-daerah baru
yang luas dan jauh menimbulkan gairah untuk mengarang ilmu jughrafi (ilmu bumi
atau geografi), demikian pula ilmu tarikh.
9. Usaha Penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiyah, pada masa
Dinasti Umayyah dimulai pula penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari
bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa arab.
D. Masa Kehancuran Dinasti Umayyah
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan
lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya
tekanan dari pihak luar. Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa factor yang
menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yang
sebagai berikut:
1. System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah
yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas,
pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan system pergantian khalifah ini
menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota kaluarga
istana.
2. Latar belakang terbentuknya Umayyah
tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa
Ali.sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan khawarij terus menjadi gerakan
oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara
tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan
terhadap gerakan-gerakan ini banyak memyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah,
pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani
Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam semakin runcing .
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani
Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga
anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan
Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan
Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Demikianlah,
Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-angsur
melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi
oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani
Umayyah diruntuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin
Muhammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744 M.[9]
E.
Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki
umat islam pada zaman Khalifah Al Walid (705-715M), salah seorang khalifah dari
Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari
dinasti Bani Umayah. Penguasaan Afrika Utara itu terjadi dimasa Khalifah Abdul
Malik (685-705M). Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan islam yang dapat dikatakan
paling berasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tharif ibn
Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibnu Nushair.
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya mencul pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn
Aziz tahun 99H/717M. Kali ini, sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar
pegunungan pyrenia dan perancis selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada
Al samah, tetapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 201 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd Al- Rahman ibnu Abdullah
Al-Ghifari. Dengan pasukannya, ia meneyrang kota bordesu,poiter,dan dari sini
ia mencoba menyerah kota tours, akan tetapi, diantara kota poiter dam Tours itu
ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke perancis gagal dan
tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke spanyol. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin
yang geraknya dimulai pada abadke 8 M ini, telah menjangkau seluruh spanyol dan
menjangkau jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari
italia.
F.
Penyebab Islam Mudah Masuk di Spanyol
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat islam tampak mudah disebabkan oleh faktor eksternal dan fakor
internal. Faktor eksternal yaitu suatu kondisi yang terdapat didalam negeri
Spanyol itu sendiri.contoh : kondisi politik yang buruk mengakibatkan sosial
dan ekonominya semakin lemah. Faktor internal: suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para prajurit islam yang
terlibat dalam wilayah spanyol khususnya contoh : sikap yang kompak,berani dan
percaya diri yang dimiliki para pemimpin dan prajurit islam.[10]
G. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejarah panjang yang dilalui umat islam di Spanyol itu dapat dibagi
menjadi enam periode yaitu:
1. Periode pertama (711-755M)
Pada
periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat diDamaskus. Pada periode ini stabilitas
politik di negeri Spanyol belum tercapai sempurna, gangguan masih banyak
terjadi. Baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara
lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan
etnis dan golongan. Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh islam di
Spanyol yang bertempat tinggal didaerah pegunungan yang memang tidak pernah
tunduk pada pemerintahan islam. Periode
ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun
(138H-775M).
2. Periode Kedua(755-912M)
Pada
periode ini Spanyol berada diabawah pemerintahan yang bergelar
amir(panglima/gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan ketika
itu. Yang masih dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Pada periode ini, umat
islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan. Baik dalam bidang politik
maupun dalam bidang peradaban. Namun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan
terjadi. seperti gerakan kristen fanatik yang mencari kesyahidan, golongan
pemberontak ditoledo dan pemberontakan lainnya.
3. Periode Ketiga(912-1013M)
Periode ini berlangsung mulai
pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya
“raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan muluk attawaif . pada periode ini umat islam di Spanyol
mencapai puncak kemajuan dan kejayaan. Menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di
Baghdad. Abd Al-Rahman An-Nashir mendirikan universitas cordova. Awal
kehancuran khalifah Bani Umayah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta
dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan actual ditangan para
pejabat.
4. Periode Keempat(1013-1086 M)
Pada periode ini. Spanyol terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh negara dibawah pemerintahan raja-raja golongan.
Umat islam Spanyol kembali memasuki pertikaian intern.ironisnya kalau terjadi
perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan
kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang kristen pada periode ini,
mulai mengambil inisiatif peperangan.
5. Periode Kelima (1086-1248M)
Pada periode ini, Spanyol islam
masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat suatau kekuatan yang
dominan, yaitu Kekuasaan Dinasti Murabithun(1086-1143M) dan Dinasti Muwahhidun
(1146-1235M). Dinasti Murabithun didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika
Utara. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa islam disana yang
tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negri-negrinya dari
serangan orang-orang Kristen. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart.
6. Periode Keenam (1248-1429M)
Pada periode ini, islam hanya
berkuasa didaerah Granada. Dibawah Dinasti Bani Ahmar(1232-1429M) Peradaban
mengalami kemajuan seperti zaman Abdurrahman An-Nashir. Akan tetapi secara
politik, dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang kecil. Kekuasaan yang
merupakan pertahanan terakhir berkuasa di Spanyol ini berakhir.karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
H. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
1. Kemajuan Intelektual dan Bidang Keilmuan
Keagamaan
Ada beberapa kemajuan
diberbagai bidang ilmu pengetahuan diantaranya a.Filsafat, b.Sains, c. Musik
dan Kesenian, d.Bahasa dan sastra, e.Tafsir dan, f.Fiqih.
2. Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan
Aspek-aspek pembangunan fisik yang
mendapat perhatian umat islam sangat banyak. Pembangunan-pembangunan fisik yang
paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota,
istana, masjid, pemukiman dan taman-taman diantara masjid yang megah adalah
masjdi cordova, kota Al-Zahra, istana ja’fariyah disragosa, tembok taledo,
istana Almukmin, masjid seville dan istana Al-Hamra di Granada.
Faktor
pendukung Kemajuan Islam di Spanyol
Kemajuan islam di Spanyol sangat ditentukan oleh
adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat islam. Toleransi
beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab islam di
Spanyol.
I.
Pengaruh Peradaban Islam Spanyol di Eropa
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat
ini, banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan islam. Yang
berkembang diperiode klasik. Spanyol
merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban islam . baik
dalam hubungan politik, sosial maupun perekonomian dan peradaban antar negara.
Pengaruh peradaban islam termasuk didalamnya pemikiran ibn Rusyd, ke Eropa yang
belajar di universitas-universitas islam di Spanyol, seperti universitas
cordova, seville, mangala, Granada dan Salamanca. Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka
Yunani di Eropa pada Abad ke-14 M Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali
ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin.[11]
J.
Transasi Peradaban Spanyol di Eropa
Sebenarnya transmisi ilmu pengetahuan islam mengalir
ke Eropa melalui berbagai jalur. Jalur-jalur tersebut adalah melalui perang
Salib, negeri Sicilia, dan Spanyol (Andalusia):
1. Melalui perang salib
Perang salib yang terjadi dari tahun
(1096-1273 M) / (489-666H) adalah perang antara Umat Kristen Eropa Barat ke
Tanah Timur khususnya palestina yang dikuasai daulah islam.
Dengan adanya perang salib ini
banyak membawa keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan
orang Timur Tengah memberikan Kemajuan dalam berbagai bidang. Ketika kembali ke
Eropa kapal-kapal mereka membawa barang-barang berharga seperti kain tenun
sutera, bejana dari porselin dan lain-lain.
2. Melalui Negara Sicilia
Sebagai titik persentuhan dari dua
lapangan kebudayaan, maka pulau sicilia teristimewa merupakan alat penghubung
untuk meneruskan pengetahuan kuno dan pengetahuan abad pertengahan. Ada dua
jembatan jembatan penyebrangan filsafat islam ke Eropa pertama melalui
orang-orang islam Andalusia (Spanyol), kedua melalui orang-orang Sicilia.
Sebenarnya tidak hanya filsafat beberapa disiplin ilmu telah diperkenalkan dan
dikembangkan di Sicilia. Diantara
tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu disicilia adalah :
a. Hamzah Al-Basri, ahli filologi dan perawi
dari penyair-penyair besar Arab Al-Mutanabbi.
b. Muhammad bin Khurasan, ahli status
Al-Qur’an (sejarah hermenetik dan sejarah perkembangan huruf huruf Al-Qur’an).
c. Para dokter sicilia antara lain Abu
sa’id bin ibrahim, Abu bakr Asiqili, ibnu Abi usaibi , Abu Abbas Ahmad bin
Abdussalam.
d. Masih banyak lagi yang bergerak
diberbagai bidang, antara lain bidang bahasa dan sastra.
3. Melalui Andalusia (Spanyol).
Peran Andalusia (Spanyol) sebagai wahana
penyebrangan ilmu pengetahuan ke Eropa tidak diragukan lagi. Semasa islam di
Andalusia ada sejumlah perguruan tinggi terkenal disana. Perguruan tinggi itu
diantara lain : universitas cordova, sevilla, Malaga, dan Granada. Disamping
itu juga memiliki gedung perpustakaan terbesar di Andalusia sedikit demi
sedikit kehilangan wilayah kekuasaan. Tahun 1085 M, toledo direbut oleh
kristen. Tahun 1236M cordova dirampas oleh raja Alfonso. Penyaluran ilmu
pengetahuan Eropa dimulai ketika Toledo jatuh ketangan kristen mempermudah
penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo didirikan sekolah Tinggi terjemah.[12]
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdirinya Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams
Ibn ‘Abdi Manaf. Sejarah berdirinya dinasti ini dimulai pada saat Ali bin Abi
Thalib dibunuh oleh Ibnu Muljam, lalu kepemimpinan Ali selanjutnya diteruskan
oleh anaknya yang bernama Hasan. Sementara itu Mu’awiyah
sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya sebagai
Khalifah. Kepemimpinan Hasan semakin
melemah, sedangkan kepemimpinan Muawiyyah semakin kuat. Lalu Hasan menyerahkan
kepemimpinannya kepada Muawiyyah, sejak itulah kepemimpinan dinasti Umayyah di
deklarasikan. Kemajuan dinasti Umayyah dilakukan
dengan ekspansi,sehingga menjadi negara islam yang besar luas serta sangat
memperhatikan kemajuan pembangunan. Pada masa pemerintahan Al-walid Ibn Abdul
Malik,ekspansi kebarat dilakukan secara besar-besaran,dan pada masa
itu dikenal dengan masa ketentraman,kemakmuran dan ketertiban. Pada masa
itulah disempurnakan penulisan al-Qur’an dengan memberikan baris dan titik pada
huruf-hurufnya.
B. Saran
Dan
diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penulis
dapat mengetahui tentang dinasti Umayyah, namun makalah ini tak lepas dari segala
kelemahan-kelemahan karena keterbatasan yang selalu ada pada diri manusia. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan guna tercapainya kemaslahatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Mashurimas, “Makalah Kekuasaan Dinasti Umayyah”,
di akses dari http://mashurimas.blogspot.com/2011/01/makalah-kekuasaan-dinasti-umayyah.html, pada tanggal 30 September 2012, pukul 14.49.
Al-Azizi,
Abdul Syukur. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta: Saufa.
Amin,
Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam, cet.ke-2. Jakarta: Amzah.
Syalabi.
1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2.
Jakarta: Al-Ilusna Zikra.
Khoiriyah.
2012. Sejarah Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras.
Hasan,
Hasan Ibrahim. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Yatim,
Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
PROFIL PENULIS
1.
Nama
:
Indah Wahyu Widyaningsih
Tempat,
tanggal lahir :
Pemalang, 25 Juni 1995.
Alamat
:
Jl. Jati 4, gang mangga, Rt 07 Rw 04, Pemalang
2. Nama :
M. Abdul Jawwad
Tempat,
tanggal lahir : Pekalongan, 31 Desember 1994.
Alamat :
Kranji Kedungwuni Pekalongan.
3. Nama :
Afiyatus Tsaniyah
Tempat, tanggal lahir :
Pekalongan, 19 Januari 1995
Alamat :
Banyu Urip Ageng, gang 4, Rt 05, Rw 06, Pekalongan
4. Nama :
Ika Rimaturrahmah
Tempat, tanggal lahir :
Batang, 6 Januari 1997
Alamat :
Jl. Letjend R Soeprapto, Denasri Wetan Batang
5. Nama :
Intan Rizka Agustia
Tempat, tanggal lahir :
Pekalongan, 17 Agustus 1996
Alamat :
Slamaran Pekalongan
[1]
Mashurimas, “Makalah Kekuasaan Dinasti Umayyah”, di akses
dari http://mashurimas.blogspot.com/2011/01/makalah-kekuasaan-dinasti-umayyah.html, pada tanggal 30 September 2012, pukul 14.49.
[2] Abdul Syukur
al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap (Jogjakarta: Saufa,
2014), hlm. 133-138.
[4] Syalabi, Sejarah
dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: Al-Ilusna Zikra, 1997), hlm. 30.
[5] Khoiriyah, Sejarah
Islam (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), hlm. 70-71.
[7] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah
dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm 18.
[8] Samsul Munir Amin, Op.
Cit., hlm.121-128.
[11] Badri Yatim. Sejarah
Peradaban islam.(jakarta : PT.Raja Grafindo persada, 2010).hlm.87-110
Tidak ada komentar:
Posting Komentar