PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA BANI UMAYYAH
Oleh Kelompok 3:
1.
Eka Malina Apriliyani (2024214402)
2.
Nurul Adibba (2024214420)
Kelas L
JURUSAN TARBIYAH / PENDIDIKAN GURU RAUDATUL ATFAL
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah perasaan syukur secara khusus kami
tujukan hanya kepada Allah swt, kami sangat menyadari bahwa hanya berkat rahmat,
hidayah, inayah, sertaridho-Nyalah makalah kami yang berjudul “Pendidikan
Islam Pada Masa Bani Umayah” terasa begitu mulus. Meskipun mungkin ada beberapa kendala
yang kami hadapi, namun alhamdulilah makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Mudah-mudahan segala kekurangan
yang terdapat dalam penelitian ini dapat dimaklumi,
karena kekurangan adalah milik kita dan kesempurnaan hanya milik Allah swt. Kami
dengan lapang dada senantiasa menerima segala masukan dan kritik yang
konstruktif baik dari Bpk dosen maupun dari teman-teman sekalian dalam makalah kami selanjutnya.
Pekalongan, 20September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER ............................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.
Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C.
TujuandanManfaat............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A.
Sejarah Berdirinya Dinasti
Bani Umayyah......................................... 3
B.
Pendidikan Islam Pada Masa
Dinasti Bani Umayyah........................ 5
C.
Perkembangan Pendidikan
Pada Masa Dinasti Bani Umayyah......... 9
BAB III KESIMPULAN................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali Ibn Abi Thalib, maka lahirlah
kekuasaan dinasti bani Umayyah. Pada periode Ali dan
khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para
khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi
kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui
musyawarah dengan para pembesar lainnya.
Hal ini jauh berbeda dengan masa sesudah khulafaur rasyidin atau
masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti
bani Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan,
kekuasaan bersifat feodal, atau turun temurun. Untuk mempertahankan kekuasaan,
khalifah berani bersifat otoriter, adanya unsur kekerasan, diplomasi daya, serta hilangnya musyawarah dalam
pemilihan khalifah.
Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak
terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam.
Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata, melainkan juga dalam
dalam aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika masa Rasul
dan khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaanya berpusat
dimasjid.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah ?
2. Bagaimana
Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah?
3. Bagaimana
Perkembangan Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah?
C.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
Mengetahui Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah.
2. Untuk
Pendidikan Masa Dinasti Umayyah.
3. Untuk
Mengetahui Perkembangan Pendidikan Masa Dinasti Umayyah.
Adapun
manfaat dari makalah ini adalah supaya kita dapat mengetahui tentang segala
sesuatu baik itu tentang sejarah berdirinya maupun perkembangan pendidikan mada
dinasti Umayyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Nama dinasti Umayyah dinisbatkan
kepada Umayyah bin Abd Syams sebagai keturunan Abdu Manaf. Ia adalah seorang
tokoh penting ditengah Quraisy pada masa Jahiliyah. Ia dan pamannya Hasyim bin
Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kududukan.[1]
Muawiyah
adalah pendiri dinasti Umayyah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan Ibn Harb Ibn
Umayyah Ibn Abd Syam Ibn Adb Manaf. Sebagai keturunan Abd Manaf, Muawiyah
mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad saw. ia masuk Islam pada
hari penakhlukan kota Mekkah (Fatkhul Mekkah) bersama penduduk kota
Mekkah lainnya. Ketika itu Muawiyah berusia 23 tahun.
Muawiyah
diangkat menjadi anggota sidang penulis wahyu. Muawiyah banyak meriwayatkan hadis
baik langsung berasal dari Rasul atau dari sahabat terkemuka maupundari saudara
perempuannya, yaitu Habibah binti Abu Sufyan (Ia salah seorang istri
Rasulullah). Muawiyah dikenal sebagai seorang pemimpin yang berkepribadian
kuat, jujur, serta ahli dalam bidang politik. Hal inilah yang menyebabkan
khalifah Umar suka dan sayang kepadanya.
Keberhasilan
yang dicapai Muawiyah, bukan hanya dari kemenangan berdiplomasi yang terjadi
pada Perang Shiffin serta terbunuhnya khalifah Ali ibn Abi Thalib, melainkan semenjak
ia menjadi gubernur Suriah. Muawiyah dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang
kuat, ia menjadi landasan kepemimpinan, politikus, serta profesional dalam
mengatur administrasi pemerintahan.[2]
Muawiyah
memiliki “basis rasional” yang solid bagi landasan pembangunan politiknya dimasa
depan, hal ini dikarenakan:
1.
Dukungan
yang kuat dari rakyat Suriah dan dari keluarga bani Umayyah sendiri.
2.
Sebagai
seorang administrator, Muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para
pembantunya pada jabatan-jabatan penting.
3.
Muawiyah
memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”
sifat tertinggi yang dimiliki oleh pembesar Mekkah pada zaman dahulu.[3]
Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132 H/ 661-750 M).
Dengan 14 orang khalifah yang dimulai Umayyah ibn Abu Sufyan dan diakhiri
Marwan ibn Muhammad. Adapun urutan khalifah dinasti Umayyah adalah sebagai
berikut:
1)
Muawiyah
I bin Abi Sufyan (661-679 M)
2)
Yazid
I bin Muawiyah (679-683 M)
3)
Muawiyah
II bin Yazid (683 M)
4)
Marwan
I bin Hakam (683-684 M)
5)
Abdul
Malik bin Marwan (684-705 M)
6)
Al-Walid
I bin Abdul Malik (705-714 M)
7)
Sulaiman
bin Abdul Malik (714-717 M)
8)
Umar
bin Abdul Aziz (717-719 M)
9)
Yazid
II bin Abdul Malik (719-723 M)
10)
Hisyam
bin Abdul Malik (723-742 M)
11)
Al-Walid
II bin Yazid II (742-743 M)
12)
Yazid
bin Walid bin Malik (743 M)
13)
Ibrahim
bin Al-Walid II (743-744 M)
14)
Marwan
II bin Muhammad (744-750 M)
Para sejarawan umumnya sependapat bahwa para khalifah terbesar dari
daulah Bani Umayyah ialah Muawiyah, Abdul Malik, dan Umar bin Abdul Aziz.
Pada awalnya pemerintahan dinasti Umayyah bersifat demokrasi lalu
berubah menjadi feodal atau kerajaan. Pusat pemerintahannya bertempat di kota
Damaskus, hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam memerintah, karena Muawiyah
sudah begitu lama memegang kekuasaan diwilayah tersebut.[4]
B. Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti
Umayyah
Periode dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Pada masa
ini peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual
muslim berkembang pada masa ini.
1.
Pola Pendidikan
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentralisasi,
tidak memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian keilmuan yang ada pada
periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan
beberapa kota lainnya. Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu;
kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, ilmu sastra dan
seni.
Sebenarnya apa yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini sudah
ada pada formatnya di masa khulafaur rasyidin dan Umayyah. Hal ini
terlihat pada pola pengajaran dengan sistem kuttab, tempat anak-anak belajar
membaca dan menulis al-Qur’an serta ilmu agama Islam lainnya. Sistem dengan
pola ini bertempat di rumah guru, istana dan masjid.
Dalam memberikan pelajaran dengan sistem kuttab pada masa khulafaur
rasyidin gurunya tidak dibayar, akan tetapi pada masa dinasti Umayyah lain
lagi ceritanya. Pada periode ini berbagai macam kemajuan telah diperoleh,
termasuk dalam bidang perekonomian.
Ada di antara penguasa yang membayar atau menggaji guru untuk
mengajar putranya bhkan disediakan tempat mukim untuk guru di dalam istana. Di
samping itu masih ada juga yang melaksanakan pendidikan dengan cara lama, yaitu
belajar di pekarangan sekitar masjid, terutama ini terjadi di kalangan siswa
yang berlatar belakang ekonomi lemah. Untuk model yang seperti ini, guru tidak
dibayar melainkan hanya diberi penghargaan oleh masyarakat sekitar. Adapun
materi ajar yang diberikan adalah baca tulis yang secara umum diambil dari
syair atau sastra Arab.
Adapun bentuk pendidikan pada dinasti Umayyah di antaranya:
a.
Pendidikan
istana, pendidikan tidak hanya pengajaran tingkat rendah, tetapi lanjut pada
pengajaran tingkat tinggi sebagaimana halaqah, masjid, dan madrasah. Guru
istana dinamakan dengan Muaddib. Tujuan pendidikan istana bukan saja
mengajarkan ilmu pengetahuan, bahkan Muaddib harus mendidik kecerdasan,
hati dan jasmani anak sebagaimana ungkapan Abdul Malik ibn Marwan sebagai
berikut: “Ajarkan kepada anak-anak itu berkata benar sebagaimana kau ajarkan
al-Qur’an. Jauhkan anak-anak itu dari pergaulan orang-orang buruk budi, karena
mereka amat jahat dan kurang adab. Jauhkan anak-anak itu dari pemalu, karena
pemalu itu merusak mereka. Gunting rambut mereka supay tebal kuduknya. Beri
makan mereka dengan daging supaya lebih kuat tubuhnya. Ajarkan syair kepada
mereka supaya mereka menjadi orang yang besar dan berani. Suruh mereka menyikat
gigi dan minum air dengan menghirup perlahan-lahan bukan dengan bersuara,
(seperti hewan). Kalau engkau hendak mengajarkan adab kepada mereka hendaklah
dengan tertutup tiada diketahui seorang pun.”
b.
Nasihat
pembesar kepada Muaddib. Sebagaimana pembesar Hisyam ibn Abdul Malik
kepada guru anaknya Sulaiman al-Kalby.
c.
Badiah.
Yaitu dusun badui di Padang Sahara yang masih fasih bahasa Arabnya dan murni
sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Akibat dari Arabiasi ini muncullah ilmu qawa’id
dan cabang ilmu lainnya untuk mempelajari bahasa Arab.
d.
Perpustakaan.
Al Hakam ibn Nasir (350 H/ 961 M) mendirikan perpustakaan yang besar di
Qurtubah (Cordova).
e.
Bamaristan,
adalah rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta tempat studi
kedokteran).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan pada
masa dinasti Umayyah ini telah berkembang jika dilihat dari aspek
pengajarannya, meskipun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur
rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat Internasional yang
meliputi tiga benua, yaitu sebagan Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar
Asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa Resmi
Negara.[5]
Sedangkan pemikiran pendidikan Islam pada masa dinasti Umayyah
tampak dalam bentuk nasihat-nasihat khalifah kepada pendidik anak-anaknya, yang
memenuhi buku-buku sastra, yang menunjukan bagaimana teguhnya mereka berpegang
pada tradisi Arab dan Islam.[6]
2.
Pusat Pendidikan
Pusat pendidikan pada masa dinasti Umayyah bukan hanya di Madinah
saja, tetapi sudah tersebar di kota-kota besar antara lain sebagai berikut: Di
kota Mekkah dan Madinah (Hijaz), di kota Basrah dan Kufah (Irak), di kota
Damsyik dan Palestina (Syam), di kota Fistat (Mesir).
a.
Madrasah
Mekkah
Guru
yang mengajar di Mekkah, sesudah penduduk Mekkah takhluk, ialah Mu’az bin Jabal.
Ialah yang mengajarkan al-Qur’an dan mana yang halal dan mana yang haram dalam
Islam.
Pada
masa khalifah Abdul Malik bin marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah lalu
mengajar di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqih dan sastra. Abdullah
bin Abbas lah pembangun madrasah Mekkah, yang termasyur seluruh negara Islam.
b.
Madrasah
Madinah
Madrasah
Madinah lebih termasyur dan lebih dalam Ilmuannya, karena disanalah tempat
khalifah: Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Di sana banyak tinggal sahabat-sahabat
Nabi saw,. Yang selalu bekerja menjadi guru dan mengajarkan agama Islam ialah
Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Umar.
c.
Madrasah
Basrah
Ulama sahabat
yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-Asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa
Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan hadis, serta ahli qur’an. Sedangkan Anas bin
Malik lebih termasyhur dalam ilmu hadis. Kemudian madrasah Basrah melahirkan
Al-Hasan Basry dan Ibnu Sirin pada masa Umaayyah.al-Hasan Basry adalah ulama
besar, berbudi tinggi, saleh serta fasih lidahnya.[7]
d.
Madrasah
Kufah
Ulama sahabat
yang tinggah di Kufah ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali bin
Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan, sedangkan Abdullah
bin Mas’ud sebagai guru agama. Ibnu Mas’ud adalah utusan resmi khalifah Umar
untuk menjadi guru agama di kufah.
e.
Madrasah
Damsyik
Khalifah Umar
mengirimkan tiga orang guru agama ke negeri Syam, yaitu: Mu’az bin Jabal,
Ubadah dan Abu Dardak. Madrasah ini melahirkan imam penduduk Syam, yaitu
Abdurrahman Al-Auza’i yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu Hanifah.
f.
Madrasah
Fistat
Sahabat yang
mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amr
bin Al-As. Ia adalah seorang ahli hadis. Ia tidak hanya menghafal hadis-hadis
yang didengarnya dari Nabi melainkan juga menuliskannya dalam catatan, sehingga
ia tidak lupa atai khilaf dalam meriwayatkan hadis-hadis itu kepada
murid-muridnya.[8]
C. Perkembangan Pendidikan Islam Pada
Masa Dinasti Umayyah
Dinasti
Umayyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang yang telah dilakukan
pada masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur rasyidin. Dalam
bidang peradaban dinasti Umayyah telah menemukan jalan yang lebih luas ke arah
pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan bahasa Arab
sebagai media utamanya.[9]
Adapun
faktor yang mendorong perkembangan pendidikan Islam pada masa ini ialah; adanya
dukungan dari penguasa, menyababkan pendidikan Islam maju dengan cepat, karena
penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan berwawasan jauh kedepan.[10]
Menurut
Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu
pengetahuan antara lain sebagai berikut:
1.
Pengembangan
Bahasa Arab
Para Penguasa
dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah (negara), kemudian
dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa Arab dalam wilayah kerajaan Islam.
Upaya tersebut dilakukan dengan menjadikan bhasa Arab sebagai bahasa resmi
dalam tata usaha negara dan pemerintahan.
2.
Marbad
Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti Umayyah
juga mendirikan kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Di kota Marbad inilah berkumpul para pujangga,
filsuf, ulama, penyair, dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini diberi gelar
ukadz-nya Islam.[11]
3.
Ilmu
Agama
Yang termasuk
dalam ilmu agama yaitu; al-Qur’an, baik itu mengenai ilmu qiraat maupun
ilmu tafsir al-Qur’an. Hadis, ketika kaum muslimin telah berusaha
memahami al-Qur’an, ternyata ada satu hal yang juga sangat mereka butuhkan
yaitu ucapan Nabi yang disebut hadis. Fiqih, para penguasa sangat
membutuhkan adanya peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Mereka kembali kepada al-Qur’an dan hadis dan
mengeluarkan syariat dari kedua sumber tersebut.
4.
Ilmu
Pengetahuan Bidang Bahasa
Yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, saraf dan
lainnya. Pada masa dinasti Umayyah karena wilayah berkembang secara luas,
khususnya ke wilayah di luar Arab maka ilmu nahwu sangatlah dibutuhkan.
5.
Ilmu
Sejarah (tarikh) dan geografis (jughrafi)
Yaitu segala
ilmu yang membahas tentang perjalana hidup, kisah dan riwayat. Adanya
pengembangan dakwah Islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jauh menimbulkan
gairah untuk mengarang ilmu sejarah dan ilmu geografi.
6.
Bidang
Filsafat
Yaitu segala
ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantiq, kimia,
astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu
kedokteran.
Demikian
berbagai ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa pemerintahan dinasti Bani
Umayyah. Kekuasaan dinasti Bani Umayyah mengalami kehancuran pada masa
kepemimpinan khalifah Walid bin Yazid
karena terjadinya peperangan yang dilakukan oleh Bani Abbas yang terjadi pada
tahun 132 H/ 750 M.[12]
[1] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), cet. 2, hml. 118.
[2]Samsul Nizar, Sejarah
Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 3, hml. 56-57.
[3]Samsul Munir
Amin, op,. Cit, hml. 120.
[4]Samsul Nizar,
op,. Cit, hml. 57.
[6]Susanto, Pemikiran
Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), cet. 2, hlm. 28.
[7]Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), cet. 7, hlm. 33-35.
[8]Zuhairini, dkk,
Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 7, hlm.
74.
[9]Samsul Munir
Amin, op,. Cit, hlm. 133
[10]Muhammad Hambal
Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam (Solo: Pustaka Arafah, 2014),
cet. 1, hlm. 174.
[11]Samsul Munir
Amin, op,. Cit, hlm. 133-134.
[12]Samsul Nizar,
op,. Cit, hlm. 59.
BAB III
KESIMPULAN
Muawiyyah bin Abu Sufyan merupakan khalifah
pertama dinasti Bani Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang politikus yang handal
dan banyak melakukan kebijakan baru terhadap sistem pemerintahan Islam setelah
pemerintahan khulafaur rasyidin.Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun
(41-132 H/ 661-750 M). Dengan 14 orang khalifah yang dimulai Umayyah ibn Abu
Sufyan dan diakhiri Marwan ibn Muhammad.
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian keilmuan
yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya.
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa
kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut;
Pengembangan Bahasa Arab, Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu, Ilmu Agama, Ilmu
Pengetahuan Bidang Bahasa, Ilmu Sejarah (tarikh) dan geografis (jughrafi), Bidang
Filsafat dan Ilmu Kedokteran.
Demikian berbagai ilmu pengetahuan yang
terjadi pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dinasti Bani Umayyah mengalami kehancuran pada masa kepemimpinan khalifah Walidbin Yazid karena terjadinya peperangan yang
dilakukan oleh Bani Abbas yang terjadi padatahun 132 H/ 750 M.
BAB IV
PENUTUP
Demikianlahmakalah
yang dapat kami sampaikan. Kami
sadar sebagai manusia biasa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan. Untuk itu kritikdan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah kami selanjutnya
agar lebih baik. Kesempurnaa itu milik Allah SWT dan kekurangan itu milik
kami. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amin.......
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Nizar, Samsul. 2009. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Shafwan, Muhammad Hambal. 2014. Intisari
Sejarah Pendidikan Islam. Solo:pustaka Arafah
Susanto, A. 2010. Pemikiran Pendidikan
Islam. Jakarta: Amzah
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung
Zuhairini, dkk. 2004. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar