Laman

new post

zzz

Rabu, 18 November 2015

spi G 07 tiga dinasti besar


PERADABAN ISLAM PADA MASA TIGA DINASTI BESAR

Di susun oleh:
Naila Karimah      Putri Alfa 

 Nofi Agustin

Kelas   : G

TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI 
(STAIN PEKALONGAN)
2015




KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Peradaban Islam pada Masa Tiga Dinasti Besar” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini merupakan materi yang membahas bagaimana sejarah, perkembangan, kemajuan-kemajuan dan kemunduran peradaban Islam pada masa tiga dinasti besar tersebut. Makalah ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang bagaimana sejarah peradaban Islam di dunia.


Pekalongan, 28 September 2015


                                                                                                                                                                                                                                                Penulis


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang
       Kesempurnaan ajaran Islam telah berhasil membuat perubahan besar bagi peradaban manusia. Sejarah mencatat, sejak ajaran yang dibawa Muhammad SAW tersebut disampaikan kepada umat manusia, mampu membuat kemajuan di semua bidang kehidupan, bukan hanya bidang duniawi semata tetapi juga bidang sosial budaya, mental, dan spiritual. Bangsa Arab, tempat diturunkannya ajaran Islam, sebelum dikenal sebagai bangsa yang diliputi jaman jahiliyah, setelah Islam datang mereka mampu tampil menjadi bangsa yang beroeradaban dan meraih kemajuan serta pelopor di antara bangsa-bangsa yang lain, madinah sebagai awal terbentuknya masyarakat yang menerapkan kehidupan yang dijiwai dengan ajaran Islam, dipimpin langsung oleh Rosulullah SAW, dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga berbagai wilayah dipermukaan bumi termasuk dinasti Turki Utsmani, dinasti Safawityah dan dinasti Mughal.
       Makalah ini akan mencoba membahas tiga dinasti tersebut di atas, perkembangannya, kemajuan-kemajuan yang dicapai pada zamannya serta kemunduran dari berbagai sumber yang dapat menjelaskannya. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah peradapan Islam pada masa Turki Usmani?
2.      Bagaimana sejarah peradapan Islam pada masa Dinasti Safawiyah?
3.      Bagaimana sejarah peradapan Islam pada masa Dinasti Mughol?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Agar mahasiswa mengetahui sejarah peradapan Islam pada masa Turki Usmani
2.      Agar mahasiswa mengetahui sejarah peradapan pada masa Dinasti Safawiyah
3.      Agar mahasiswa mengetahui sejarah peradapan pada masa Diansti Mughol
D.    Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN yang mencakup sejarah peradaban islam pada masa Turki Usmani, Dinasti Safawiyah dan Dinasti Mughol.
BAB III PENUTUP yang mencakup kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Dinasti Turki Utsmani
1.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
          Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang bearsal dari wilayah Asia Tengah yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi, Sulaimah Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa mongol tersebut dan lari kearah barat. Bangsa Mongol itu mulai menyerang dan menaklukan wilayah Islam yang berada dibawah kekuasaan Dinasti Khwarazm Syah.Sulaiman Syah meminta perlindungan kepada Jalal ad-Din, pemimpin terakhir dinasti Khwarazm Syah tersebut di Transoksania sebelum dikalahkan oleh pasukan Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi ke barat ke arah Asia kecil dan disanalah mereka menetap. Dalam usahnya pindah ke negeri Syam, pemimpin orang-orang Turki tersebut mendapat kecelakaan hanyut disungai Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir.
          Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri asalanya dan yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil. Kelompok kedua dipimpin oleh Erthogol (Arthogol), anak Sulaiman.  Erthogol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang diperkirakan lahir tahun 1258. Nama itulah yang diambil sebagai nama kerajaan Turki Ustmani. Erthogol meninggal tahun 1280 . Usman ditunjuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuq yang merasa gembira karena pemimpin baru itu dapat meneruskan kepemimpinan yang selanjutnya.[1]
2.      Penaklukan Konstatinopel
       Kota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukan oleh pasukan Islam dibawah Turki Usmani pada pemerintahan Muhammad II yang bergelar al-Fatih, si penakluk. Sultan mempersiapkan penaklukan terhadap kota itu dengan penuh keseriusan. Dipelajari apa-apa yang membuatnya gagal pada penaklukan sebelumnya.Ia membereskan terlebih dahulu wilayah-wilayah yang membangkang di Asia kecil. Ketika kaisar Konstantin IX mengancam Sultan untuk membayar pajak yang tinggi ke pihaknya, dan kalau tidak mau akan diganggu kedudukannya dengan mendudukkan Orkhan, salah seorang cucu Sulaiman sebagai sultan.
       Ancaman itu dihadapi dengan kebulatan tekad, yakni dengan membuat benteng-benteng di sekeliling Konstatinopel yang tujuannya untuk melindungi dan mengawasi rakyatnya yang lalu lalang ke Eropa lewat daerah Bosporus itu.Konstatinopel akhirnya dikepung dari segala penjuru oleh pasukan Sulatn Muhammad II yang berjulah kira-kira 250.000 di bawah pimpinan sultan sendiri. Dalam masa itu meriam-meriam Turki dimuntahkan ke arah kota dan menghancurkan benteng-benteng dan dinding-dinding sehingga menyerahlah Konstatinopel (yang sekarang lebih dikenal dengan Istanbul) pada tanggal 28 Mei 1453.
       Pengaruh jatuhnya Konstatinopel  menjadikan Turki sebagai pusat kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen Ortodoks.[2]
3.      Peradaban Islam di Turki
       Sejak masa Ustman bin Artaghol (1299-1326 M) yang merupakan pembina pertama Kerajaan Turki Usmani ini dengan nama Ottoman, timbullah berbagai kemajuan dalam berbagai bidang terutama agama yang membawa pengaruh cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa.
a.         Bidang Pemerintahan dan Militer
            Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik dan strategi tempur militer Usmani berlangsung dengan baik. Kemudian terbentuklah kelompok baru yang disebut Yenisseri atau Inkisyariah. Pasukan yang dapat mengubah Kerajaan Usmani menjadi mesin perang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri nonmuslim di Timur.
            Faktor utama yang mendorong kemajuan dilapangan militer ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, disiplin dan patuh terhadap aturan.keberhasilan tersebut dibarengi dengan terciptanya jaringan pemerintah yang teratur. Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan membawa Dinasti Turki Usmani mampu membawa Turki Usmani menjadi sebuah negara yang cukup disegani.
b.         Bidang Ilmu Pengetahuan
            Peradaban Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam peradaban, diantarany adalah Persia, Bizantium. Dari Persia mereka banyak mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja. Organisasi kemiliteran dan pemerintahan mereka menyerap dari Bizantium. Usmani dikenal sebagai bangsa yang suka mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.
c.         Bidang Kebudayaan
            Antara lain abad ke-17 muncul penyair yang terkenal yaitu Naffi (1582-1636 M) dengan menghasilkan karya-karya sastra Kaside yang mendapatkan tempat di hati para Sultan.
            Adapun dibidang pengembangan seni arsitektur, pengaruh Turki sangat dominan, misalnya bangunan-bangunan masjid yang indah seperti masjid Al-Muhammadi
d.        Bidang Keagamaan
            Kehidupan keagamaan masyarakat Turki mengalami kemajuan, termasuk dalam hal ini adalah kehidupan tarekat yakni tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer.
            Kajian mengenai ilmu-ilmu keagamaan Islam boleh tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham yang dianutnya dan menekan mahzab lainnya. Akibat kelesuan dibidang keagamaan dan fanatik yang berlebihan sehingga ijtihad tidak berkembang. [3]
B.     Dinasti Safawiyah
1.      Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah
       Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya. Kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani.[4]
Berbeda dari kedua kerajaan besar islam lainnya (Usmani dan Mughal), kerajaan Safawi menyatakan, Syi’ah sebagai madzhab negara. Karena itu, kereajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini.
       Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502-1722 M. dianasti Safawiyah merupakan kerajaan islam di Persia yang cukup besar. Awalnya kerajaan Safawi baerasal dari sebuah gerakan tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, tynag di ambil dari nama pendirinya yaitu Shafi Ad-Din (1252-1334 M), dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan, yaitu kerajaan Safawi.[5]
       Kecenderungan memasuki dunia politik secara konkret tampak pada masa kepemimpinan Junaidi (1447-1460 M).dinasti Safawi memperluas gerakannya dengan menambah kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Junaidi dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu.Dalam konflik tersebut Junaidi kalah dan di asingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bark, Ak. Koyunlu (domba putih), juga suatu suku bangsa Turki.
       Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail, yang saat ini masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail bersama pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan tersebut dinamakan Qizilbash (baret merah).
       Dibawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak Koyunlu di Sharus, dekat Nakhchivan Tabriz, ibu kota Ak Koyunlu, dan berhasil merebut dan mendudukinya. Dikota ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi.Ismail inilah yang dipandang sebagai pendiri yang pertama dari kerajaan Safawiyah.
       Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang menggangu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya.
       Usaha-usaha yang dilakukan Abbas I berhasil membuat kerajaan Safawi menjadi kuat.Setelah itu Abbas I mulai memusatkan perhatiaannya keluar dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang hilang. Pada tahun 1598 M ia menyerang dan manaklukan Herat. Dari sana ia melanjutkan serangan merebut Marw dan Balk. Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia juga berusaha mendapatkan kembali wilayah kekuasaannya dan turki Usmani.
       Selama periode Safawiyah di Persia ini (1052-1722 M) persaingan untuk mendapatkan kekuasaan antara Turki dan Persia menjadi kenyataan. Namun demikian, Ismail menjumpai saingan kepala batu  yaitu Sultan Salim I dari Turki. Peperangan ini, seperti para sejarawan menduga, bisa berasal dari kebencian Salim dan pengejaran terhadap seluruh umat muslim di Syi’ah di daerah kekuasannya. Fanatisme Sultan Salim memaksanya untuk membunuh 40.000 orang yang didakwa telah mengingkari ajaran-ajaran Sunni. Pembunuhan ini di gambarkan oleh seorang ahli sejarah dari Persia sebagai tindakan yang paling dahsyat atau kejam, walaupun dijalankan dengan atas nama agama.
       Sekalipun demikian pemberontakan terus-menerus yang terjadi dinegara besar Nadhir memaksanya untuk mengakui Sultan Usmani sebagai sorang khalifah.Pada tahun 1747 M, Nadhir dibunuh dan diganti oleh kemenakannya, Ali Kuli.Masa pemerintahannya negara besar Persia mulai mundur dan dengan demikian orang-orang Turki Usmani menikmati masa perdamaian di dunia Timur sepeti hanya di Eropa.
2.      Kemajuan Dinasti Safawiyah
       Sebagai salah satu dari tiga kerajaan besar, Dinasti safwiyah mencapai puncak kemajuan yang cukup berarti, tidak hanya terbatas dalam bidang politik tetapi kemajuan dalam berbagai bidang. Beberapa kemajuan tersebut antara lain:[6]
a.       Bidang ilmu penengetahuan
            Dalam sejara islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang memilii peradaban yang tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
            Ada beberapa Ilmuwan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, Filosof dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan labah-lebah. Dalam bidang ini kerajaan Safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar islam lainnya pada masa yang sama.
b.      Bidang Ekonomi
            Keberadaan stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian.Terlebih setelah kapulauan Hurmuz di kuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi bandar Abbas.Dengan dikuasanya badar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.
            Disamping bidang perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan dalam sektor pertanian terutama didaerah Sabit Subur (fortile crescent).
c.         Bidang Arsitektur
            Penguasa kerjaan Safawi telah berhasil menciptakan Isfahan, ibukota karajaan menjadi kota yang sangat indah. Di kota isfahan ini berdiri bangunan-bangunan besar dengan Arsitektur bernilai tinggi dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Disebutkan dalam kota Isfahan terdapat 162 masjid, 42 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Dalam bidang kesenian kemajuan tampak begitu ketara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang di bangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutfillah yang dibangun tahun 1063 M.
d.        Bidang Kesenian
            Kerajaan Safawi mengalami kemajun yang sangat pesat dalam bidang seni, antara lain dalam bidang kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian, dan tununan, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis Timur bernama Bizhad ke Tabriz.
e.         Bidang Tarekat
            Sebagimana diketahui bahwa cikal bakal kerajaan Safawi adalah gerakan sufistik, yaitu gerakan tarekat.Oleh karena itu, kemajuan di bidang tarekat pun cukup maju.Bahkan gerakan tarekat pada masa ini tidak hanya berfikir dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam bidang politik dan militer.
       Demikianlah, puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi.Setelah itu, kerjaan ini mulai mengalami gerak menurun. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar islam yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama dalam bidang politik dan militer. Walaupun tidak setaraf dengan kemajuan Islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni dan gedung-gedung bersejarah.[7]
a.      Kemunduran Dinasti Safawiyah
       Sepeninggalan Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut di perintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694), Husain (1694-1772 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada  masa raja-raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
       Diantara penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.Bagi kerajaan Usmani, berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun, tak lama kemudian, Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar itu.
       Penyebab lain adalah dekadensi moral yang mengikat sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat prosos kehancuran kerajaan tersebut.Sulaiman disamping pecandu berak narkotik, juga menyenangi kehidupan malam berlangsung selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan.Begitu juga Sultan Husain.
       Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan budak-budak yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan di didik melalui proses pendidikan Rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash  sebelumnya.
Tidak kalah penting dari sebab-sebab di atas adalah seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
C. Dinasti Mughal di India
1.      Sejarah Berdirinya Dinasti Mughal
      Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan delhi sebagai ibu kotanya. India menjadi wilayah Islam pada masa Umayyah, yakni pada masa Khalifah Al-Walid. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh Umayyah yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagai masyarakat India pada tahun 1020.[8]
      Berdiri antara tahun 1526-1858 M dinasti Mughal di India didirikan oleh Zairuddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis mongol, keturunan Jengis Khan. Ekspansinya ke India di mulai dengan penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan Alam Khan (paman Lodi) dan gubernur Lohere. Ia berhasil menguasai Punjab dan berhasil menundukan Delhi, sejak saat itu ia memproklamirkan berdirinya kerajaan Mughal. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang tunduk pada penguasa yang baru itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut di hadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.
      Penguasa Mughal setelah Babur adalah Nashiruddin Hamayun atau lebih dikenal dengan Hamayun (1530-1540 dan 1555-1556 M), puteranya sendiri. Sepanjang pemerintahannya tidak stabil, karena banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Bahkan beliau sempat mengungsi ke Persia karena mengalami kesalahan saat melawan pemberontakan Sher Khan di Qonuj, tetapi beliau berhasil merebut kembali kekuasaannya pada tahun 1555 M berkat bantuan dari kerajaan safawi. Setahun kemudian beliau meninggal karena tertimpa tangga perpustakaan dan tahta kerajaan selanjutnya di pegang oleh putranya yang bernama Akbar.
      Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syiah. Awal periode ini ditandai dengan munculnya berbagai pemberontakan, khan Syah yang menggalang sisa kekuatannya di Punjab melancarkan pemberontakan. Hampir kota-kota besar seperti Multan, Sind, Bengala, Gujarat, Bijapur dan lain-lain, berjhasil melepaskan diri dari kekuasaan Imperium Mughal yang berpusat di Delhi. Demikianlah Akbar menghadapi tugas besar untuk menegakkan keutuhan dan kebesaran kerajaan Mughal.
      Ketika dewasa, Akbar berusaha menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu memaksakan paham Syiah. Setelah berhasil menegakkan kekuatan di Delhi, Akbar melancarkan serangan dan akhirnya seluruh wilayah di India berhasil disatukan dalam kekuasaan Mughal dalam suatu pemerintahan Militerisik. Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.[9]
2.      Kemajuan-kemajuan yang di capai
a.       Bidang administrasi
Mughal di India membagi wilayahnya menjadi 20 provinsi, masing-masing provinsi di kepalai oleh seorang gubernur yang bertanggungjawab terhadap sultan, pemerintahan mughal juga mempunyai tata cara administrasi dan gelar resmi serta mata uang yang seragam. Selanjutnya untuk melaksanakan kebijakan pemerintahan, para penguasa biasanya dibantu oleh beberapa dewan, seperti; dewan yang bertugas mengurus wilayah, mengangkat dan menempatkan aparat pemerintah daerah, mengurus militer dan merekrut calon pejabat serta pejabat yang mengurus masalah keagamaan. Untuk pelayanan masyarakat dikelola oleh badan yang bernama Mansabdari.
b.      Bidang ekonomi dan dunia intelektual
Kerajaan Mughal berhasil mengembangkan program pertanian, pertambangan dan perdagangan, sehingga sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada pertanian. Sementara itu di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan juga mendapat masa-masa kecermelangannya yaitu dimana studi-studi di bidang yang dianggap keilmuan “non agama” seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik, dan matematika. Semangat itu ditunjang oleh dibangunnya berbagai sarana-sarana pendidikan.
c.       Bidang keagamaan
Secara umum para penguasa (sultan) Mughal beraliran mahzab sunni. Kerajaan Mughal India saat itu berkembang dua model keagamaan, yang pertama keagamaan legalistik, ortodoks, dan formal yang diwakili Aurangzeb, sedangkan yang kedua bersifat sinkretik, mistikal, elektrik, dan informal, yang lebih dikenal diwakili oleh Dara Shikah.
d.      Bidang karya seni dan arsitektur
Di masa pemerintahan Islam di India, Mughal, muncul hasil-hasil karya yang indah. Dalam kaitannya dengan karya seni arsitektur, dengan sintesa yang dilakukannya, berdirilah bangunan Fatehpur Sikri di Sikiri Lae Qila dan Masjid Jama di Delhi, Tajmahal dan lain sebagainya. Demikian juga di bidang seni, saat itu sejumlah karya para penyair sperti Urfi, Naziri, dan Zunuri menduduki posisi tinggi dalam sejarah puisi Persia. Bidang seni lukis juga berkembang terdapat tida wilayah yang menjadi pusatnya yaitu; Ajanta, Delhi, dan Jaifur.[10]
3.      Kemunduran Dinasti Mughal
      Sebagai dinasti Islam paling besar di negeri India, banyak sekali kesuksesan yang sudah diraih hampir dua abad hingga dinasti Mughol berada dalam kejayaannya itu, para penerus Aurangzeb tidak sanggup lagi mempertahankan kebesaran dan kejayaan yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Karena itu tangga-tangga penurunan pemerintahan pemerintahan ini mulai tampak.
      Terdapat beberapa faktor penyebab kemunduran dinasti ini yaitu sebagai berikut;
1.      Faktor Internal
       Kondisi politik terasa stabil dizaman Aurangzeb menjadi raja yang berjalan sekitar 50 tahun. Tetepai setelah ia meninggal dunia kerajaan Mughal memasuki masa kemundurannya, dengan problema politik yang terus berkelanjutan diantaranya adalah pertikaian politik internal keluarga istana dan pemberontakan seolah tak pernah sepi dari kehidupan pemerintah dinasti mughal di India.
       Sebagai akibat dari pertikaian diatas menyebabkan kontrol terhadap wilayah kekuasaan daerah menjadi terabaikan. Wilayah kekuasaan di daerah kerajaan Mughal satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintahannya masing-masing.
       Kenyataan ini bisa dilihat misalnya wilayah Hiderabad yang akhirnya dikuasai oleh Nizam al Mulk, Maratas dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Sigh dari Amber, Punjab dikuasai oleh sekelompok Sikh, Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai oleh Suja’ al Din, menantu Mursyid Qulli, penguasa Mughal yang diangkat oleh Aurangzeb. Sementara daerah pantai banyak dikuasai oleh para pedagang asing, terutama EIC dari Inggris.
       Disamping faktor politis diatas, kemunduran dinasti Mughal di India juga disebabkan faktor agama. Orang-orang India mayoritas beragama Hindu, sedangkan Islam agama minoritas pemeluknya, tetapi Islam dianut oleh para penguasa dan elitnya, walaupun penduduk biasa juga ada yang beragama Islam, tetpai secara kuantitatif tetap kalah dengan jumlah orang yang memeluk agama Hindu.
       Faktor agama seringkali menjadi salah satu penyebab keretakan pemerintahan Mughal. Inilah yang melatarbelakangi mengapa muncul gagasan Din Ilahi yang dikemukakan oleh Akbar I. Meskipun Akbar I sudah berusaha untuk menyatukan masyarakat India dnegan Din Ilahinya, tidak kemudian masyarakat menjadi kondusif dan pemberontakan terhadap kerajaan mughal tetap saja terjadi.
2.      Faktor eksternal
       Apabila diperhatikan sesungguhnya faktor ekternal ini tidak terlepas dari konflik yang terjadi di istana. Pertikaian dalam keluarga istana menjadi salah satu alasan menyebabkan pihak luar untuk terlibat dalam urusan istana. Pihak luar terkadang bersedia membantu tokoh yang mereka sukai untuk menjatuhkan lawan politiknya.
       Situasi semakin parah ketika bangsa-bangsa Eropa sudah mencapai India untuk melakukan hubungan dagang. Di pantai selatan India terjadi persaingan dagang antara portugis, Belanda, Perancis dan Inggris. Dalam kompetisi dagang itu, Inggris lebih unggul, sehingga mendapatkan izin menetap di BengalIndia Timur. Setelah mendapat izin dari raja Mughal, Inggris membentuk perserikatan dagang India Timur yang disebut The East India Company (EIC), dengan maksud menguasai sumber komoditi India. Hal ini semakin mengokohkan posisi Inggris di negeri India kala itu.
       Pada saat terjadi Instabilitas politik di pemerintahan Mughal, Inggris memanfaatkannya dengan mulai menggunakan kekuatan bersenjata untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan menyerang Benggala, pesisir timur India, kemudian ke Buxar dan Mysore. Alam Syah yang memerintah Mughal saat itu hanya sebagai boneka yang dapat diatur, dan hampir tidak memiliki otoritas yang berarti.
       Meskipun selanjutnya penguasa Mughal berganti tangan Akbar II (1806-1837 M), Inggris terus melakukan penjarahan dan merebut daerah dibawah kekuasaan Mughal, semua daerah yang dahulu dikuasai Mughal akhirnya jatuh ke tangan kekuasaan Inggris pada tahun 1857 M.[11]







BAB III
PENUTUP

Demikian uraian tentang tiga dinasti besar yang berkembang di India yakni Mughal, Turki yakni Utsmani dan Safawiyah di Persia. Ketiga dinasti ini meberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan peradaban Islam.layaknya dinasti besar lainnya, ketiga dinast ini mempunyai ciri khusus penting dan sumbangan khusus bagi peradaban Islam. Dinasti Mughal terkenal dengan ajaran agama Ilahinya yang terus terlihat hingga sekarang ini di India. Pada dinasti Turki Utsmani, terkenal dengan kekuatan militer dan sumbangan Qanunnya terhadap hukum Islam, serta merupakan kekhalifahan Islam terakhir, sedangkan Safawiyah terkenal dengan tarekatnya yang berhasil menjelma menjadi kekuatan politik.

















DAFTAR PUSTAKA
Mughni, Stafiq A. 1997.  Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki.     Jakarta:            Logos Wacana Ilmu.
Amir, Samsul Munir. 2010.  Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Yatim, Badri. 2011. Sejarah peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo          Persada.
Fu’adi, Imam. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras.
Ali, K. 2003.  Sejarah Islam dari awal hingga runtuhnya dinasti Utsmani    (Tarikh Pramodern). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Armstrong, Karen. 2003. Islam Sejarah Singkat. (edisi terjemahkan oleh Fungky Kusnaedi Timur). Yogyakarta: Jendela.

















BIOGRAFI PENULIS


Nama                        : Naila Karimah
TTL                          : Batang, 19 September 1994
Alamat                     : Pandansari, kec. Warungasem, kab. Batang
NIM                         : 2021113141
Jurusan/Prodi           : Tarbiyah/ PAI
Hobi                         : Membaca dan Menyanyi
Cita-cita                   : Guru
Riwayat hidup         : TK Dharma Wanita lulus tahun 2000/2001
                                   SD N 1 Pandansari lulus tahun 2006/2007
                                   SMP N 1 Warungasem lulus tahun 2009/2010
                                   SMA N 1 Wonotunggal lulus tahun 2012/2013
Motto                       : keajaiban adalah kata lain dari kerja keras


BIOGRAFI PENULIS
Nama                           : Putri Alfa
NIM                            : 2021114134
TTL                             : 15 Desember 1995
Alamat                                    : Ngepung  - Subah – Batang. RT 03/ RW 01
Motto                          : sukses itu penting, tapi bersyukur jauh lebih sukses
Riwayat Hidup           : 1. TK Al- Ikhlas SUBAH
                                      2. SD N O3 SUBAH
                                      3. SMP N O1 SUBAH
                                      4. SMA N O1 SUBAH




BIOGRAFI PENULIS
Nama lengkap             : Nofi Agustin
TTL                             : 10 Agustus 1996
NIM                            : 2021114130
Alamat                                    : JL. Bandeng Rt02/04 No.169 Sugihwaras Pemalang
Riwayat Pendidikan   :   1. MIN Sugihwaras Pemalang(lulus th 2006)
                            2. MTS Mathlaul Anwar Pemalang (lulus th 2011)
                            3. MAN Pemalang (lulus th 2014)
                            4. STAIN Pekalongan




[1]Stafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 51-52
[2]Ibid., hlm. 69-70
[3]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 200-205
[4] Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 138.
[5] Samsul Munir Amin, Op. Cit., hlm. 187.
[6]Ibid, hlm. 191.
[7]Op, Cit., hlm. 145.
                [8] K. Ali, Sejarah Islam dari awal hingga runtuhnya dinasti Utsmani (Tarikh Pramodern) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 529.
                [9] Ibid., hlm. 532-533.
                [10] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras, 2012) hlm. 253-257.
                [11] Ibid., hlm. 257-268.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar