TAFSIR TARBAWI
Qs. Ar-Ruum (30) : 23 PRINSIP ETOS KERJA
"SIANG HARI UNTUK MENCARI KARUNIA ALLAH"
Nok Sarah (202 111 4047)
Kelas : PAI G
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pemakalah sampaikan kehadirat Allah swt, atas seluruh anugerah dan nikmat yang diberikan-Nya, yang dengan rahmat-Nya, jualah makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam pemakalah sampaikan kepada Rasulullah Muhammad saw. Pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul PRINSIP ETOS KERJA “Siang Hari untuk Mencari Karunia Allah”.
Makalah ini membahas tentang salah satu ayat al-Qur’an yaitu Qs.Ar-Ruum (30):23 yang menjelaskan tentang perintah untuk mencari karunia-Allah swt disiang hari dan beristirahat dimalam hari. Diharapkan makalah ini dapat membantu diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Atas terselesainya makalh ini, pemakalah mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi untuk selesainya makalh ini, khusunya kepada Bapak Ghufron Dimyati selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, namun pemakalah berusaha memperbaiki guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
Pekalongan, Maret 2016
Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai kerja setiap umat-Nya. Ketika masyarakat dunia pada umumnya menempatkan kelas pendeta dan kelas militer di tempat yang tinggi, Islam lebih menghargai orang-orang yang berilmu, petani, pedagang dan pengrajin. Karena dihadapan Allah swt, semua makhluk itu memiliki hak dan kedudukan yang sama. Dan yang membedakan diantaranya adalah ketakwaannya kepada Allah swt, yang diukur dengan iman dan amal shalehnya.
Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam sendiri telah menjelaskan bahwasanya manusia yang telah dikarunia akal, pikiran serta panca indera yang sempurna hendaknya memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Salah satunya dalam Qs. Ar-Ruum (30) :23 dengan meningkatkan rasa syukur melalui perbuatan yakni mencari karuni-Nya ( rezeki ) di siang hari dan malam hari untuk beristirahat, dalam hal ini sebagai ikhtiar mencari ridha Allah swt.
Atas dasar diatas, pemakalah akan membahas kajian yang boleh jadi penting untuk di diskusikan bersama, yaitu kandungan Qs. Ar-Rum (30) :23 yang membahas tentang bagaimana sebenarnya etos kerja dalam perspektif al-Qur’an.
B. Inti Ayat
Di dalam Qs.Ar-Ruum (30) :23 membahas tentang tanda-tanda kebesaran Allah swt bagi umat yang mendengarkan perintah Allah swt untuk mencari karunia ( rezeki ) Nya di siang hari dan beristirahat di malam hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etos Kerja
Kata “etos” berasal dari bahasa Yunani (ethos) bermakna watak atau karakter. Secara lengkapnya, pengertian etos ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia. Dari perkataan “etos” terambil pula perkataan “etika” dan “etis” yang merujuk kepada makna “akhlaq” atau bersifat “akhlaqi”, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok, Juga dikatakan bahwa “etos” berarti jiwa khas suatu kelompok manusia, yang dari jiwa khas itu berkembang menjadi pandangan hidup.
Membicarakan etos kerja dalam Islam, berarti menggunakan dasar pemikiran bahwa Islam, sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja. Adanya etos kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu kerja dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain, seseorang agaknya akan sulit melakukan suatu pekerjaan dengan tekun jika pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan tujuan hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung.
Al-Qur'an mendorong manusia agar melakukan pekerjaan yang bisa memakmurkan dunia, dan mempunyai usaha sebagai azas pencapaian rezeki dan penghidupan.
Al-Qur'an menggunakan terminology " إبتغاءفضل الله", ""إبتغاء رزق Untuk mengungkapkan “mencari rezeki, penggunaannya didalam al-Qur’an merupakan motivasi bagi manusia untuk bekerja mencari rezeki (karunia Allah) dengan mengeksplorasi sumber daya alam yang telah disediakan oleh Allah Swt.
Salah satu ayat al-Qur’an yang membahas terkait dengan suruhan untuk mencari rezeki yaitu Qs.Ar-Ruum (30):23.
B. Qs. Ar-rum (30) : 23
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ (٢٣
Artinya : “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan .”
C. Penjelasan Ayat
Menurut Tafsir Fi Zhihalil Qur’an dibawah Naungan al-Qur’an jilid 9, bahwa ayat ini menjelaskan tentang menyatukan antar fenomena-fenomena semesta dan kondisi-kondisi manusia yang berkaitan dengannya. Menyatukan antara fenomena malam dan siang. Juga menyatukan tidurnya manusia dan kegiatan mereka yang ditujukan untuk mendapatkan rezeki Allah, yang berbeda-beda bagian manusia padanya, sementara mereka mencurahkan energi mereka dalam berusaha dan mencarinya.
Allah swt menciptakan mereka secara selaras dengan semesta tempat mereka hidup ini. Juga menjadikan kebutuhan mereka untuk bergerak dan bekerja dipenuhi oleh cahaya matahari dan siang. Sedangkan, kebutuhan mereka untuk tidur dan istirahat dipenuhi oleh malam dan kegelapan.
Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang (pangkal ayat 23). Apabila matahari telah terbenam udara yang panas berubah jadi sejuk. Kesejukan udara dan bumi yang diliputi gelap menyebabkan keadaan yang deikian jadi sesuai untuk istirahat, maka matapun meluyu tidur. Siang hari pun kadang-kadang karena kepayahan kitapun tidur diwaktu yang dinamai dalam bahsa Arab “waqtu qailulah” diwaktu itupun kadang-kadang mengambil istirahat,walaupun hanya sejenak.
dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya yaitu semenjak matahari telah terbit, terbukalah waktu lapang buat berusaha mencari sebagian dari karunia Tuhan untuk hidup, mencari minum dan makan, untuk mencari nafkah perbelanjaan anak dan istri, membangun rumah tangga sederhana, kendaraan yang jadi sebagian keperluan berusaha dan menhubungi tetangga dan masyarakat, sehingga setiap hari siang yang kita lalui, penuhlah dengan amal bakti yang shalih dan timbul dari iman. Itupun sebahagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Berbagai ayat tersua didalam al-Qur’an menyuruh berusaha, mencari makan dan minum, asalkan jangan berlebihan hingga terpukau oleh itu saja, dan lupa kepada Tuhan yang memberikan kesempatan itu. “Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”( ujung ayat 23).
Hingga kini ilmuwan belum mengetahui persis proses tidur, bagaimana ia terjadi, apa hakikat mimpi, dan lain sebagainya. Tidur adalah salah satu bukti kuasa Allah swt yang masih memerlukan banyak penelitian untuk mengetahui hakikatnya.
Apa yang didengar orang lain menyangkut keadaan sewaktu tidur, dari segi keagungan pengaturan Allah swt, justru lebih banyak daripada yang dirasakan oleh yang tidur. Karena siapa yang tidur tidak mengetahui perihal tidurnya, kecuali persiapannya untuk tidur saat dia terbangun. Adapun keadannya sewaktu tidur, kadang keterjagaannya ketika dibangunkan kepekaan disekelilingnya, mengganggu atau tidak mengganggu tidurnya, semua itu tidak diketahuinya, kecuali melalui informasi orang-orang yang jaga pada saat dia tidur itu. Dengan demikian, sarana untuk mengetahui keadaan orang-orang tidur dan perbedaan-perbedaanya adalah pendengaran.
Menurut Tafsir al-Qurthubi, firman Allah swt وَمِنْ اَ يَتِهِ مَنَا مُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَا رِ Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari, ada yang mengatakan bahwa dalam ayat ini ada yang didahulukan dan ada yang diakhirkan. Maknanya adalah
وَمِنْ اَ يَتِهِ مَنَا مُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَا رِ وَا بْتِغَا ؤُ كُم مِّنْ فَضْلِهِ (Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah tidur kalian diwaktu malam dan usaha kalian mencari sebagian dari karunia-Nya diwaktu siang ). Huruf jar (yakni huruf ba’) dihilangkan dari وَالنَّهَا ر karena bersambung dengan بِالَّيْل dan athaf kepadanya. Huruf wau menempati huruf jar apabila berhubungan dengan yang di-athaf kan, namun ini pada isim yang nampak saja.
Allah swt menjadikan tidur di malam hari sebagai dalil kematian dan usaha disiang hari sebagai dalil kebangkitan.
اِنَّ فِيْ ذلِكَ لآَيتٍ لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْن “ Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan ”, maksudnya adalah mendengarkan dengan memahami dan merenungkan. Ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah mendengarkan kebenaran, lalu mengikutinya. Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah mendengarkan nasihat, lalu menjadi takut kepada-Nya. Ada lagi yang mengatakan bahwa maksudnya adalah mendengarkan al-Qur’an, lalu membenarkannya. Semua maksud diatas saling berdekatan.
Ada yang berpendapat bahwa diantara orang-orang musyrik ada orang yang apabila dibacakan al-Qur’an saat dia berada ditempat, dia menutup kedua telinganya hingga dia tidak mendengar. Maka Allah swt pun menjelaskan dalil-dalil ini kepadanya.
Menurut Tafsir al-Misbah karangan M. Quraish Shihab, Qs ar-Rum ayat 23 menjelaskan tentang penciptaan langit dan bumi itu dengan sistem yang ditetapkannya melahirkan malam dan siang. Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya yang berkaitan dengan malam dan siang, ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari tanpa mampu melawan bila gejala tidur mengunjungimu serta tidak pula dapat mengundangnya walau engkau sangat menginginkan tidur jika ia-atas kehendak Kami-enggan mengunjungimu. Dan diantara tanda-tanda-Nya yang lain adalah –saha kamu baik malam maupun siang mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Adapun ayat al-Qur’anyang berhubungan dengan ayat diatas yaitu Qs. An-Naba’ (78) :10-11, dalam ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah swt menjadikan malam untuk beristirahat dan siang untuk mencari rezeki-Nya.
Menurut Thahir Ibn’Asyur dalam Tafsir Al-Misbah, ayat yang berbicara tentang tidur dan upaya mencari rezeki ini, diakhiri dengan penutup bagi kaum yang mendengar, disebabkan oleh dua hal, pertama, kedua hal tersebut telah merupakan kebiassan manusia, sehingga mereka tidak lagi memperhatikan bukti-bukti yang dikandungnya yang menunjuk kehebatan ciptaan Allah. Kedua, menurut Ibn’Asyur karena apa yang didengar orang lain menyangkut keadaan sewaktu tidur –dari segi keagungan pengaturan Allah-justru lebih banyak daripada apa yang dirasakan oleh yang tidur menyangkut dirinya.
D. Aspek Tarbawi
1. Dihadapan Allah swt, manusia memiliki kedudukan dan derajat yang sama dengan manusia yang lainnya, yang membedakan ketakwaannya kepada Allah swt, yang diukur dengan iman dan amal shalehnya.
2. Hendaknya setiap manusia memiliki semangat etos kerja yang tinggi dengan niat ikhlas karena Allah dan untuk mencari ridha-Nya
3. Mampu mengatur dan membagi waktu antara mencari rezeki dan istirahat dengan baik dan teratur.
4. Mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
5. Semangat mencari karunia (rezeki) Allah swt dengan halal.
6. Dalam mencari karunia Allah, hendaknya tidak lupa dengan kewajiban kepada Allah swt
7. Selalu bersyukur atas nikmat dan rezeki yang Allah swt berikan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Di dalam Qs.Ar-Ruum (30) :23 membahas tentang tanda-tanda kebesaran Allah swt bagi umat yang mendengarkan perintah Allah swt untuk mencari karunia ( rezeki ) Nya di siang hari dan beristirahat di malam hari. Allah swt menjadikan tidur di malam hari sebagai dalil kematian dan usaha disiang hari sebagai dalil kebangkitan
Dihadapan Allah swt, manusia memiliki kedudukan dan derajat yang sama dengan manusia yang lainnya, yang membedakan ketakwaannya kepada Allah swt, yang diukur dengan iman dan amal shalehnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wahbah Az-Zuhaili,Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban,Penerjemah: M.Thohit dan Team Tititan Ilahi,Yogyakarta: Dinamika,1996.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhihalil Qur’an dibawah Naungan al-Qur’an jilid 9,( Jakarta: Gema Insani Press,2004.
Hamka, Tafsir al-Azhar Jilid XXI .Jakarta: Pustaka Panjimas,1982.
Quraish Shihab, AL-LUBAB: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-Qur’an, Tangerang : Lentera Hati,2012
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Jakarta: Pustaka Azzam,2009.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan,kesan dan keserasian al-Qur’an,(Jakarta : Lentera Hati,2002.
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Nok Sarah (202 111 4047 )
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta,29 Juni 1996
Alamat : Desa Rengas, Kedungwuni. Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar