TAFSIR TARBAWI
URGENSI BERAMAL SHALIH
“Hindari Kerugian dengan Beramal Shalih (Al-Ashr ayat 1-3)
Balasan Kebaikan Gandakan 700x (Al-Baqarah ayat 261)”
:
Maulana Ainul Yaqin
NIM. 2021114087
Kelas G
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hindari Kerugian dengan Beramal Sholih (Q.S. Al-Ashr ayat 1-3)
Surat Al-ashr merupakan surah makkiyah. Dalam uraian surat ini tujuan utamannya mengingatkan tentang pentingannya menggunakan waktu sebaik mungkin. Menurut Imam Syafi’i: “seandainya umat islam memikirkan kandungan surah ini, niscaya (petunjuk-petunjuk) sudah mencukupi mereka.
Surah Al-‘Ashr ayat 1-3:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
Artinya:
“Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menepati kesabaran (3)”
Penjelasan Berdasarkan Tafsir Jalalin
1. وَالْعَصْرِ (demi masa) atau zaman atau waktu yang dimulai dari tergelincirnya matahari hingga terbenamnya. Maksudnya waktu sholat ashar.
2. إِنَّ الْإِنْسَانَ (sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah jenis manusia - لَفِي خُسْرٍ (benar-benar berada dalam rugi) di dalam perniagaan.
3. إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ (kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh) mereka tidak termasuk orang-orang yang merugi dalam perniagaannya - وَتَوَاصَوْا (dan nasehat-menasehati) artinya sebagiandi antara mereka menasihati sebagian yang lainnya - بِالْحَقِّ (supaya menaati kebenaran) yaitu iman - وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (dan nasihat-menasihati dengan kesabaran) yaitu di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Inti sari kandungan ayat
Dalam surah al-‘ashr ini Allah SWT memperingatkan tentang pentingnya waktu dan bagaimana seharusnya ia isi. Surah ini dimulai dengan firman Allah: Wa al-‘Ashr, yakni demi masa/waktu (1), sesungguhnya semua manusia yang mukallaf di dalam wadah kerugian dan kebinasaan yang besar dan beragam (2). Ayat 3 mengecualikan orang-orang yang melakukan empat kegiatan.
Waktu/masa dinamai oleh surah ini dengan ‘ashr yang bermakna harfiahnya adalah memeras agar seseorang mengisi waktunya dengan memeras keringat dan pikirannya. Disisi lain, waktu ‘ashar adalah waktu menjelang terbenamnya matahari. Itu mengisyaratkan bahwa penyesalan/kerugian baru terjadi/disadari ketika sisa waktu tinggal sedikit lagi, yakni ‘Ashar kehidupan manusia menjelang matahari hayatnya terbenam.
Para Ulama sepakat mengartikan kata ‘Ashar pada ayat pertama dengan “waktu”, hanya saja mereka berbeda terkait pemaknaannya, antara lain:
1. Waktu atau masa dimana langkah dan gerak tertampung di dalamnya.
2. Waktu tertentu, yakni waktu di mana salat Ashar dapat dilaksanakan.
3. Saat solat Ashar dilaksanakan.
4. Waktu/masa kehadiran Nabi Muhammad saw. Dalam pentas kehidupan ini.
Semua manusia diliputi oleh kerugian yang besar dan beraneka ragam, demikian kesimpulan ayat kedua. Yang tidak merugi adalah yang dikecualikan oleh ayat ke 3 di atas. Mereka, adalah yang memiliki empat sifat:
1. Yang beriman;
2. Yang beramal sholeh;
3. Yang saling berwasiat tentang kebenaran; dan
4. Yang saling berwasiat tentang kesabaran/ketabahan.
Menurut surah ini, iman, amal shaleh, dan ilmu pun masih belum memadai. Memang, ada orang yang meresa cukup serta puas dengan ketiganya, tetapi ia tidak sadar bahwa kepuasan ini dapat menjerumuskannya. Ada pula yang merasa jenuh, karena itu, ia perlu selalu menerima nasehat agar tabah, sabar, sambil terus bertahan, bahkan meningkatkan iman, amal, dan pengetahuannya. Demikian surah Al-Ashar memberi petunjuk bagi manusia.
Aspek Tarbawi Surah Al-Ashr Ayat 1-3
1. Waktu adalah modal utama manusia, apabila waktu tidak diisi dengan kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja, dan ketika jangankan keuntungan diperoleh, modalpun telah hilang. “rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan diperoleh lebih dari itu dihari esok, tetapi waktu yang berlalu tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok” demikian sayyidina Ali ra.
2. Manusia akan tetap berada dalam wadah kerugian kecuali setelah melaksanakan keempat hal yang ada diatas. Seseorang belum terbebas dari kerugian bila sekadar beriman, beramal sholih, dan berkewajiban juga mengajarkannya kepada orang lain,
3. Tidak ada kebaikan yang berbuah keburukan atau kerugian,
4. Ikhlas dalam berbuat kebaikan amal sholeh mendatangkan kebahagian yang tidak kara di dunia dan di akhirat.
B. Balasan Kebaikan Gandakan 700x (Q,S. Al-Baqarah ayat 261)
Surah Al-Baqarah ayat 261 hingga ayat 266 berbicara tentang infak dan sedekah, serta dampaknya sesuai dengan motivasi pemberi sedekah. Yang bersedekah dengan tulus, lagi tidak menyakitkan hati si penerima dengan ucapan dan tindakannya, dijanjikan pelipat gandaan hingga 700 kali serta keterhindaran dari rasa takut dan sedih. Uraian ini dilanjutkan dengan peringatan bahwa uacapan yang baik justru lebih utama dari pada berinfak yang disertai dengan gangguan.
Surah Al-Baqarah ayat 261
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (261)
Artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Penjelasan Berdasarkan Tafsir Jalalin
1. مَثَلُ (perumpamaan) atau sifat nafkah dari – الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ (orang-orang yang membelanjakan harta mereka dijalan Allah) artinya dalam menaati-Nya – كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ (adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh buah tangkai, pada masing-masing tangkai seratus biji). Demikianlah pula halnya nafkah yang mereka keluarkan itu menjadi 700 kali lipat. – وَاللَّهُ يُضَاعِفُ (dan Allah melipat gandakan) lebih banyak dari itu lagi. - لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ (bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas) karunia-Nya – عَلِيمٌ (lagi Maha Mengetahui) siapa-siapa yang seharusnya beroleh ganjaran yang berlipat ganda itu.
Inti sari kandungan ayat
Surat Al-Baqarah ayat 261 ini merupakan perumpamaan yang diberikan Allah menyangkut pelipat gandaan pahala bagi orang yang berinfak di jalan Allah untuk mencari keridloan-Nya; bahwa kebaikan itu dilipatgandakan mulai dari sepuluh kali hingga 700 kali lipat. “Perumpamaan lebih menarik daripada hanya dengan menyebut 700 kali lipat, karena perumpamaan itu mengandung isyarat bahwa pahala amal saleh itu dikembangkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi pelakunya, seperti berkembangnya biji yang ditanam di tanah yang subur. Sunnah juga menyebutkan ihwal pelipatgandaan kebaikan hingga 700 kali.
Telah dikemukakan dalam hadits Abu Utsman an-Nahdi dari Abu Hurairah tentang pelipatgandaan kebaikan hingga dua juta kali dalam penafsiran ayat, “Barang siapa yang meminjamkan pinjaman yang baik kepada Allah, maka Dia akan melipatgandakan pahala untuknya dengan banyak.” “Dan Allah Maha luas lagi maha Mengetahui” yakni, karunia Allah itu Mahaluas dan banyak, lebih banyak daripada makhluk-Nya. Dia Maha Mengetahui siapa yang berhak menerima karunia-Nya dan siapa yang tidak. Mahasuci dia dengan segala puji-Nya.
Dalam ayat selanjutnya 263 mengajak kaum beriman untuk tidak menghapus ganjaran dari sedekah mereka dengan meyebut-menyebut, baik untuk tujuan pamer atau menyakiti hati si penerima. Keterhapusan itu diilustrasikan oleh ayat 263 dengan batu yang diliputi oleh tanah, tapi hujan datang mengguyur sehingga tanah (yang diibaratkan dengan nafkah itu) hilang tanpa bekas dan tidak bermanfaat sedikitpun bagi yang berinfak. Lalu ayat 265 mengilustrasikan keadaan yang berinfak secara tulus, yakni bagaikan kebun yang berada di dataran tinggi. Kebun tersebut disirami hujan lebat dan menghasilkan buah berlipat ganda. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Lebih jauh ayat 266 mengingatkan betapa merugi dan menyesal siapa yang mempunyai harta, tapi tidak menginfakannya sesuai dengan tuntunan agama. Ia diibaratkan seperti seorang yang mempunyai kebun kurma dan anggurnya yang subur serta aneka buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada pemilik kebun itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Tiba-tiba kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api sehingga terbakar habis.licin
Aspek Tarbawi Surah Al-Baqarah Ayat 261
1. Ucapan yang baik dan sopan lebih bernilai dimata Allah daripada sumbangan materi yang disertai ucapan/ sikap buruk.
2. Berinfaklah dijalan Allah bagaikan menanam kebahagian kepada diri kita dan keturunan kita kelak.
3. Tidak akan merugi bagi mereka yang berinfak secar ikhlas dan bertujuan untuk mendapat ridlo Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam jalaluddin As-suyuti. 2008. Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul jilid 1. Cetakan ke 6. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam jalaluddin As-suyuti. 2009. Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul jilid 2, Cetakan ke 6. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Qur’an Surat Al-Ashr dan Al-Baqarah.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Tafsir al-aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu katsir, jilid 1. Jakarta: Gema Insani.
Dahlan, Abd. Rahman. 2004. Kaidah-kaidah Tafsir. Jakarta: Amzah.
Shihab, M. Quraish. 2001. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Tangerang: Pustaka Hidayah.
Shihab, M. Quraish. 2012 Al-Lubab: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah-surah Al-Qur’an. cetakan I. Jilid II. Tangerang: Lentera Hati.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagaimana orang yang sudah beramal tetapi tidak dengan Ikhlas? Apakah masih digandakan kebaikannya oleh Allah SWT?
BalasHapusMengapa pahala kebaikan di gandakan 700 kali? Tidak 1000 kali? Mohon penjelasannya..
BalasHapus~Lutfiyatun nisa~
mengapa kita harus beramal shalih?
BalasHapusita mashita (2021114131)
BalasHapuskarena kita sebagai manusia yang kodratnya sebagai Abdullah (hamba Allah) yang harus selalau menaati perintah Allah yaitu salah satunya dengan beramal shalih untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.