PRINSIP
ETOS KERJA
“MINTALAH KEBAIKAN DUNIA DAN AKHIRAT”
(Q.S
AL-BAQARAH AYAT 201)
Rizka Barokah (2021115117)
Kelas: B
FAKULTAS TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada baginda nabi agung Muhammad
SAW, semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafaat di Yaumul Akhir
nanti. Aamiin.
Makalah tentang
“Mintalah Kebaikan Dunia dan
Akhirat”, dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan Terima Kasih kepada
Bapak Muhammad Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah
memberikan waktu untuk mengizinkan penulis menyelesaikan makalah ini dengan semampu
penulis. Serta teman-teman yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat terselesaikan .
Dengan
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa,
analisis materi kajian ataupun cara penulisannya. Maka dari itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Pekalongan, 22 Maret 2017
Rizka Barokah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tema
Tema makalah
ini yaitu Prinsip Etos Kerja.
B.
Judul
Subtema atau
judul makalah ini yaitu: “Mintalah Kebaikan Dunia dan Akhirat”.
C.
Nash dan Artinya
Artinya : Dan di antara mereka ada yang berdo’a, “Ya Tuhan kami,
berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka.”
D.
Arti Penting
QS. Al-Baqarah
ayat 201 penting untuk di pelajari karena ayat memiliki makna yang mendalam, bisa
mengingatkan bahwa ketika meminta kebaikan kepada Allah SWT, jangan hanya
meminta kebaikan di dunia tetapi minta kebaikan di akhirat juga, sebab agar
seimbang tidak hanya kenikmatan di dunia saja yang kita peroleh tetapi juga
kenikmatan di akhirat pula bisa di peroleh.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Hasanah adalah
meraih kebahagiaan, kebaikan, kesejahteraan, kedamaian, keberhasilan. Dunia dan
akhirat adalah tempat merasakan Hasanah. Dunia, sebagai alam uji coba. Banyak
tantangan, rintangan yang dihadapi. Manusia dihadapkan dengan dua jalan, jalan
takwa dan jalan kedurhakaan. Dunia beserta isinya dijadikan indah dalam
pandangan manusia. Tidak sedikit manusia bahkan umumnya mengharapkan kekayaan
hidup di dunia.
Harta, tahta,
jabatan, wanita, anak-anak termasuk hal-hal yang terkadang membawa seseorang
terlena, tertipu, yang akhirnya lupa dan terpaksa atau tidak terpaksa mencari
jalan pintas, meski terlarang. Di dunia adalah tempat keluh kesah, kecuali
orang yang memiliki iman dan ketakwaan.
Manusia
diberikan akal sebagai alat untuk problem solving, menimbang mana jalan
terbaik. Tidak hanya akal, manusia di beri hati sebagai alat untuk merasakan
Zat Allah SWT, melalui dzikir dan mengambil ikhtibar dari penciptaan,
keberadaan alam semesta. Disamping akal dan hati, manusia dianugrahi nafsu,
diciptakan-nya setan sebagai alat penyeimbang, dan ujian bagi manusia. Tidak
jarang manusia yang terjerumus ke dalam jurang kenistaan, lalu meninggal dunia.
Akhirnya, sampai di akhirat menerima azab Allah SWT. [1]
B.
Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 201
1.
Tafsir Al-azhar
“ Dan setengah
mereka (pula) ada yang berkata: Ya Tuhan kami! Berilah kami di dunia ini
kebaikan dan di akhiratpun kebaikan (pula) dan periharalah kami daripada
siksaan neraka.” (ayat 201).
Mereka
bersama-sama naik haji, wukuf, mabit dab bersama berhenti di Mina dengan
golongan yang pertama. Mereka sama-sama mengenakan pakaian ihram. Tetapi yang
pertama hanya menuntut kebaikan dunia saja. Minta perkembangan harta-benda,
binatang ternak dan kekayaan. Minta hujan banyak turun supaya tanah ladang
mereka subur dab memberikan hasil berganda. Tetapi golongan yang kedua bukan
saja meminta kebaikan dunia duniawi, melainkan memohonkan pula kebaikan
ukhrawi, hari akhirat. Dan kebaikan hari akhirat itu hendaklah dibangunkan dari
sekarang. Merekapun memohonkan pula hujan turun, supaya sawah ladang subur. Dan
kalau hasil setahun keluar berlipat ganda, merekapun akan dapat berkah lebih
besar dari tahun yang lalu. Karena mereka dapat berzakat, mendapat bahagialah
mereka di akhirat dengan memakai kebaikan yang ada di dunia.
Maka kebaikan
dunia itu ialah harta kekayaan, kedudukan yang tinggi, badan yang sehat dan
sebagainya. Lantaran keinsafan mereka beragama, maka kesehatan badan, kekayaan,
dan kesuburan akan dapat mereka jadikan untuk amal bekal di akhirat kelak.
Tetapi kalau mereka hanya mencari kebaikan dunia saja, harta itu akan habis
percuma untuk perkara yang tidak faedah. Penyakit bakhil akan datang menimpa
jiwa. Kalau tidak dapat mempertanggung jawabkan di akhirat kelak, sudah terang
segala kebaikan dunia itu akan menjadi bala bencana dan azab di akhirat.
Itulah sebabnya
diujung permohonan mereka kepada Tuhan, mereka memohonkan agar terhindar
kiranya daripada azab api neraka di akhirat. Doa yang kedua ini lah yang baik.
Niat mengerjakan haji dengan sikap jiwa yang kedua ini yang akan diterima
Tuhan. [2]
2.
Tafsir Ibnu Katsir
Dalam ayat ini
Allah menganjurkan setelah menunaikan manasik haji, memperbanyak berdzikir kepada
Allah. Sebagaimana dahulu di masa jahiliyah kalian membanggakan ayah-ayahmu,
maka kini perbanyaklah berdzikir kepada Allah.
Ibnu Abbas ra,
berkata: Ada orang-orang arab (badwi) mereka ke Arafah dan berdoa: “ Ya Allah
semoga tahun ini banyak hujan turun, subur, murah sandang pangan, subur juga
peternakan, mereka sama sekali tidak menyebut bagian akhirat.
Bahwa mereka
itu tidak mendapat bagiaan apa-apa di akhirat, sedang kaum mu’minin berdoa: “
Rabbana aa tina fiddunia hasanatan, wafil aa khirati hasanatan wa qinaa
adzabannar. Di puji oleh Allah karena doa mereka meliputi semua kepentingan
dunia dan akhirat, doa ini meliputi semua kebaikan dan menghindarkan semua
bahaya, sebab hasanat di dunia meliputi: “ selamat, sehat afiat, rumah yang
luas, istri/ suami yang berbudi baik, rezeki yang berkah dan luas, ilmu yang
berguna, amal shalih, kendaraan yang ringan dan nama baik.
Adapun hasanat
di akhirat, ia aman dari ketakutan hari kiamat, hisab yang ringan dan masuk
surga. Adapun minta dihindarkan dari api neraka maka tujuannya supaya
dimudahkan melaksanakan semua sebab musababnya di dunia sehingga mudah
meninggalkan semua yang dilarang dan haram. [3]
3.
Tafsir Al-Misbah
Artinya
: Dan di antara mereka ada yang berdo’a, “Ya Tuhan kami, berikanlah kami
kebaikan di dunia dan akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
Dan diantara
mereka yakni manusia yang telah melaksanankan haji atau semua manusia yang
sudah, belum atau tidak melaksanakan haji ada juga yang menjadikan ibadah haji
atau seluruh aktivitasnya mengarah kepada Allah dan selalu mengingat-Nya,
sehingga ia berdoa, “ Tuhan kami! Demi kasih sayang dan bimbingan-Mu,
anugerahilah kami hasanah di dunia dan hasanah di akhirat.”
Mereka memohon
bukan kesenangan dunia, tetapi yang
sifatnya hasanah, yaitu yang baik,bahkan bukan hanya di dunia tetapi memohon
hasanah di akhirat. Dan karena perolehan hasanah belum termasuk keterhindaran
dari keburukan, atau karena bisa jadi hasanah itu diperoleh setelah mengalami
siksa, maka mereka menambahkan permohonan mereka dengan berkata “dan perihara
pulalah kami dari siksa neraka”.
Bermacam-macam
penafsiran ulama tentang makna hasanah di dunia dan hasanah di akhirat. Adalah
bijaksana memahami secara umum, bukan hanya dalam arti iman yang kukuh,
kesehatan, afiat dan rezeki yang memuaskan, pasangan yang ideal, dan anak-anak
yang saleh, tetapi segala yang menyenangkan di dunia dan berakibat menyenangkan
di hari kemudian. Serta bukan pula hanya keterbebasan dari rasa takut di
akhirat, hisab (perhitungan) yang mudah, masuk ke surga dan mendapar ridha-Nya,
tetapi lebih dari itu, karena anugerah Allah tidak terbatas. [4]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
Surat Al-Baqarah
ayat 201 dapat diambil pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu di anjurkan untuk rutin membaca do’a ini karena lafadznya begitu singkat
namun mengandung permintaan kebaikan dunia dan akhirat, selalu mengerjakan
hal-hal positif, dalam melakukan sesuatu niatkan untuk mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan diakhirat serta mengharap ridho Allah Swt.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Inilah do’a yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.
2.
Seluruh permohonan manusia pada hakikatnya tidak lepas dari
kebahagiaan dunia dan akhirat.
3.
Hendaknya manusia menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya sebagai rasa syukur manusia terhadap kenikmatan-kenikmatan yang di
berikan Oleh Allah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya
dunia ialah sebagai alam uji coba. Banyak tantangan, rintangan yang dihadapi.
Manusia dihadapkan dengan dua jalan, jalan takwa dan jalan kedurhakaan. Dan Di
dunia adalah tempat keluh kesah, kecuali orang yang memiliki iman dan
ketakwaan.
Di dunia ini ada
sebagian seseorang yang terlena, tertipu, yang akhirnya lupa dan terpaksa atau
tidak terpaksa mencari jalan pintas, meski terlarang. Karena Harta, tahta,
jabatan, wanita, anak-anak.
Manusia
diberikan akal sebagai alat untuk problem solving, menimbang mana jalan
terbaik. Tidak hanya akal, manusia di beri hati sebagai alat untuk merasakan
Zat Allah SWT, melalui dzikir dan mengambil ikhtibar dari penciptaan,
keberadaan alam semesta.
Daftar Pustaka
Bahreisy Salim dan Said Bahreisy. 1987. Terjemahan singkat
Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta: PT. Pustaka
Panjimas.
Nizar Samsul, Zainal Efendi Hasibuan. 2011. Hadits Tarbawi.Jakarta: Kalam Mulia.
Shihab M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an. Tanggerang: Lentera Hati.
Biodata Diri
Nama :
Rizka Barokah
Ttl :
Pekalongan, 27 Oktober 1997
Alamat
: Dk. Pekanyaran Ds. Galang Pengampon Wonopringgo
Riwayat
Pendidikan:
1.
SDN 01 Galang Pengampon
2.
SMP N 02 Wonopringgo
3.
SMK Gondang
4.
IAIN Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar