TAFSIR TARBAWI
QS. AR-RA'D : 13, PRINSIP ETOS KERJA
"ada usaha nyata untuk merubah nasib"
INTAN RIZKA AGUSTIA
KELAS H
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Surat ar- Ra’d diturunkan di Mekkah, surat ini diambil
pada ayat 13 yang menerangkan bahwa petir yaitu kilat yang diiringi geledeg
yang mencetuskan api kemudian diiringi oleh bunyi keras. Disamping ayat-ayat demikian,
ditarik perhatian kita pada ayat 11. Manusia memiliki para malaikat yang
mengawasinya. Perkara adanya para malaikat pencatat, jika manusia mengetahui,
bahwa ada para malaikat yang mencatat segala amalanya, maka dia akan
berhati-hati agar tidak terjerumus ke perbuatan maksiat.
Disitu terdapat ikhtiar manusia, dan ikhtiar itu terasa
sendiri oleh masing-masing kita. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum
jelas-jelas tertulis di kitab Al-Qur’an dan selalu menjadi kalimat motivasi
yang akan sering kita dengar di mana saja. Salah satu ayat-Nya
Allah Swt menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga
kaum itu mengubah keadaan yang ada pada dirinya. Kalimat tersebut tentu saja memberikan kita pemahaman bahwa
kitalah yang bertanggung jawab atas nasib yang kita dapatkan di zaman dahulu,
sekarang, dan yang akan datang. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang masalah Takdir, konsep takdir dan hubungannya dengan
pengembangan sumber daya Manusia agar manusia tidak hanya pasrah terhadap garis
kehidupan yang sudah ditentukan Allah, padahal Allah juga memberikan kesempatan
kepada manusia untuk mengubah nasib yang bisa diubah salah satunya seperti
hidup miskin menjadi kaya.
Oleh sebab itu, peranan tauhid sangat diperlukan sebagai modal unuk mendapatkan nilai (kualitas) ibadah. Manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup
di dunia ini,
maka
Allah memerintahkan manusia untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk
terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa maksud dari Q.S Ar- Ra’d ayat 11?
2.
Bagaimana penjelasan Definisi Judul tersebut?
3.
Apa Hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut?
4.
Apa saja Aspek Tarbawi dari ayat tersebut?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas penulis akan memaparkan beberapa tujuan penulisan
makalah. Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dari Q.S Ar- Ra’d ayat 11
2.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dari Definisi
Judul tersebut.
3.
Untuk
mengetahui Hadits
yang berkaitan dengan ayat tersebut.
4.
Untuk
mengetahui Aspek
Tarbawi dari ayat tersebut.
D.
Metode Penulisan
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui
studi literature atau metode kajian pustaka, menggunakan beberapa
referensi buku dan dari referensi lain yang merujuk pada permasalahan yang
dibahas. Langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan tema yang akan
dibahas, melakukan perumusan masalah, penentuan tujuan penulisan, serta
perumusan masalah dengan mengkaji sumber - sumber yang ada.
E.
Sistematika Penulisan
Makalah
ini ditulis dalam tiga bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan, meliputi: Definisi
Judul, Penjelasan ayat, Hadits atau ayat pendukung dan Aspek Tarbawi.
BAB III Penutup, meliputi : Kesimpulan dan
Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Judul
Surat Ar- Ra’d diturunkan di Mekkah, surat ini diambil
pada ayat 13 yang menerangkan bahwa petir yaitu kilat yang diiringi geledeg
yang mencetuskan api kemudian diiringi oleh bunyi keras. Disamping ayat-ayat
demikian, ditarik perhatian kita pada ayat 11. Disitu terdapat ikhtiar manusia,
dan ikhtiar itu terasa sendiri oleh masing-masing kita. Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum jelas-jelas tertulis di kitab Al-Qur’an dan selalu
menjadi kalimat motivasi yang akan sering kita dengar di mana saja.
Salah satu ayat-Nya
Allah Swt menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga
kaum itu mengubah keadaan yang ada pada dirinya. Kalimat tersebut tentu saja memberikan kita pemahaman bahwa
kitalah yang bertanggung jawab atas nasib yang kita dapatkan di zaman dahulu,
sekarang, dan yang akan datang.[1] Oleh sebab itu, peranan tauhid sangat diperlukan sebagai modal unuk mendapatkan nilai (kualitas) ibadah. Manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup
di dunia ini,
maka
Allah memerintahkan manusia untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya.
B.
Teori
Pengembangan
1. Q.S
Ar- Ra’d (Guruh) ayat 11, Surat 13: 43, Madaniyyah
Terjemahan
Ayat
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliaran, dimuka bumi dan dibelakang, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Susungguhnya Allah tidak mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang
menolaknnya; dan sekali-kali ada pelindung bagi mereka selain Dia.”[2]
3.
Mufrodat
Arti
|
Teks
|
maksutnya
adalah atas perintah Allah. Mereka adalah para malaikat.
|
مُعَقِبَا تٌ
Mu’aqqibatun
|
dari hadapannya.
|
مِنْ بَيْنِ يَدَ يه
Min baini yadaihi
|
dari
belakangnya.
|
وَ مِنْ خَلْفِه
Min Khalfihi
|
Dengan
perintah dan pertolongan Allah Swt. Maksutnya adalah atas iin Allah.
|
مِنْ اَمْرِاللهِ
Min amrillah
|
Penolong
|
وَالٍ
Walin[3]
|
4.
Penjelsan
Surat Ar- Ra’d 13: 11
Manusia
Dikelilingi Empat Malaikat
Kata (M»t7Ée)yèãB) Mu’aqqiba adalah bentuk jamak dari kata المعقّبة)) al- mu’aqqibah. Yang dapat
dipahami dalam arti mengikuti seakan-akan yang mengikuti itu meletakkan
tumitnya di tempat tumit yang diikutinya. Yang maksutnya adalah
malaikat-malaikat yang ditugaskan Allah mengikuti setiap orang secara
sungguh-sungguh. (¼çmtRqÝàxÿøts) yahfabunahu/Memeliharamu dapat dipahami mengawasi manusia
dalam saat gerak langkahnya, baik ketika dia tidak bersembunyi maupun saat perbersembunyi.[4]
“Baginya ada penjaga-penjaga bergilir, di hadapanya dan
dibelakangnya, mereka memeliharanya dengan perintah Allah.” (pangkat ayat 11). Artinya, bahwasanya malaikat-malaikat sengaja
disediakakan oleh Allah untuk menjaga kita seluruh makhluknya ini dengan
bergiliran.[5]
Manusia mempunyai para malaikat yang bergantian mengawasinya di waktu malam dan
siang hari, menjaga dari bahaya, dan mengawasi keadaannya, sebagaimana para
malaikat yang lain bergantian mengawasi perbuatannya, apakah baik atau buruk.
Dua malaikat masing-masing berada disamping kanan dan kiri untuk
mencatat perbuatannya. Dua malaikat lain menjaga dan memeliharanya; satu dari
belakang dan satu lagi dari depan. Jadi, dia diapit oleh empat malaikat di
waktu siang, dan empat malaikat di waktu malam secara bergantian, dua malaikat
penjaga dan dua malaikat pencatat amal, sebagaimana dijelaskan didalam hadis
sahih :
“ Bergiliran menjaga kalian para malaikat di waktu malam dan para
malaikat di waktu siang, mereka berkumpul pada waktu siang, mereka berkumpul
pada waktu shalat subuh dan shalat asar. Kemudian, para malaikat yang mengawasi
kalian di waktu malam naik kepada-Nya, lalu Dia menanyai mereka sedang Dia
lebih mengetahui tentang keadaan kalian ‘Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku
ketika kalian tinggalkan? Mereka menjawab, ‘Kami datang kepada mereka ketika
mereka sedang shalat, dan kami meninggalkan mereka ketika mereka sedang
shalat.”
Jika manusia mengetahui, bahwa ada para malaikat yang mencatat
segala amalanya, maka dia akan berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam
perbuatan maksiat karena takut diketahui oleh para malaikat pencatat, dan akan malu
melalukan segala perbuatan buruk, sebagaimana dia malu melakukan segala
perbuatan buruk diketahui oleh manusia.[6] Maka
tersebutlah didalam beberapa hadits bahwasanya makhluk itu dijaga terus oleh
malaikat, ada yang bernama malaikat Raqib dan ‘Atid, menjaga caranya manusia beramal.
Raqib menuliskan amalan yang baik, ‘Atid mencatat amalan yang buruk. Dan
tersebut juga didalam hadits bahwasanya ada malaikat yang menjaga semata-mata
malam hari, datangnya bergiliran pada waktu subuh dan sehabis waktu asar.
“ Tidak seorang pun dari kamu, melainkan telah diwakilkan untuknya
temanya dari jin dan temanya dari malaikat, mereka berkata: Engkkau pun, ya
Rasulullah! Beliau jawab: Aku pun! Tetapi Allah selalu menolongku atasnya, maka
tidaklah dia menyuruhkan kepadaku melainkan yang baik-baik.”
Pada hadits ini dinyatakan bahwa pengawalan malaikat ada pada
tiap-tiap orang. Dan kalau dia lalai mengawasi dirinya, maka Qarin atau teman
yang satu lagi lah yang akan mempengaruhi dia, yaitu jin dan syaitan. Di dalam
Surat Az- Zukhruf, surat 43 ayat 36, keterangan Rasul SAW., ini dikuatkan lagi,
yaitu bahwa barang siapa yang kabur matanya dari pada dari pada mengingat Allah
Yang Rahman, Pemurah, niscaya Kami tentukan baginya seorang syaitan akan
menjadi Qarin atau teman. Maka selama zikir kepada Allah masih kuat dan ibadah
masih teguh, pengawalan dari malaikatlah yang bertambah banyak, dan jika lalai
dari jalan Tuhan, datanglah teman dari iblis, jin dan syaitan.[7]
Perkara Pencatat Tidak Mustahil bagi Akal
Perkara adanya para malaikat pencatat, tidak mustahil menurut akal,
setelah agama menetapkan dan ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa banyak
perbuatan yang mungkin dihitung dengan alat-alat yang sangat halus dan sangat
teliti, sehingga tidak luput daripada sedikit pun.[8]
Kemudia datanglah sambungan ayat: “ Sesungguhnya Allah tidaklah
akan mengubah apa yang ada pada satu kaum, sehingga mereka ubah apa yang ada
pada diri mereka (sendiri).” Inilah ayat yang terkenal tentang kekuatan dan
akal budi yang dianugrahkan Allah kepada manusia sehingga manusia itu dapat
bertindak sendiri dan mengendalikan dirinya sendiri dibawah naungan Allah.
Sebab itu maka manusia itu pun wajiblah berusaha sendiri pula menentukan garis
hidupnya, jangan hanya menyerah saja dengan tidak berikhtiar.[9] Disini,
terdapat pelajaran bagi orang yang mau merenungkan dan mendengarkan kebenaran
ini. Al-Qur’an menjadikan saksi atas kebenran pandangan tersebut:
“ Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; Dia pusatkan kepada
siapa pun ynag Dia kehendaki di antaranya par hamba-Nya.” (A’raf, 7: 128).
“…. Bawasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh”
(Al-Anbiy’, 21: 105).[10]
“Dan apabila Allah kepada suatu kaum hendak mendatangkan celaka,
maka tidaklah ada penolakanya. Dan selain dari padNya tidklah ada bagi mereka
Pelindungnya,” (ujung ayat 11)
Perhatikan ayat ini dengan seksama. Terdapat bunyi Wahyu bahwa Tuhan
tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau tidak kaum itu sendiri yang terdahulu
mengubah nasibnya. Disitu terdapat ikhtiar manusai. Dan ikhtiar itu terasa
sendiri oleh masing-masing kita. Kekayan jiwa yang terpendam dalam batin kita,
tidaklah akan menyatakan dirinya keluar, kalau kita sendiri tidak berikhtiar
dan berusaha.
Kekhilafan kita mengambil jalan yang salah, menyebabkan kita dapat
saja terperosok ke dalam juang malapetaka. Kita harus berusaha merubah nasib
kepada yang lebih baik, mempertinggi mutu diri dan mutu amal, melepaskan diri
dari perbudakan dari yang selain Allah. Kita harus usha mencapi kehidupan yang lebih bahagia dan
lebih maju. Tetapi kita pun mesti insaf bahwa tenaga kita sebagai insan amat
terbaas. Kita terikat oleh ruang yang sempit dan kita terkurung oleh waktu yang
pendek. Disamping usaha yang kita kerjakan menurut kesanggupan dan takdir yang
untuk kita, harus kita insafi bahwa ada lagi takdir-takdir di dalam alam ini,
yang dijadikan Tuhan kadang-kadang bertemu, kadang-kadang bertentangan dengan
apa yang kita kehendaki, maka jangan lupa mengingatkan kata yang penting yaitu
“ Insa Allah”.[11]
C.
Hadits
atau Ayat Pendukung
Diriwayatkan Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah
hadits garib. Ia mengatakan :
Telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan Ibrahim
ibnu Abdus Salam ibnu Saleh Al-Qusyairi, telah menceritakan kepada kami Ali
Ibnu Jarir. dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdulah Humaid ibnu Ja’far, dari
Kinanah Al- Adawi yang mengatakan bahwah Utsman ibnu Affan masuk kedalam rumah
Rasullah Saw., lalu ia bertanya, “ Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku
tentang seorang hamba, ada berapa malaikatkah yang selalu menyertainya?”
Rasulullah Saw., bersabdah;
“ Seorang malaikat berada disebelah kananmu yang mencatat amal
baikmu, dia adalah kepala (pemimpin) dari malaikat yang ada disebelah kirimu.
Apabila kamu melakukan suatu kebaikan, maka dicatatkan sepuluh kebaikan; dan
apabila kamu mengerjakan suatu keburukan (dosa, maka malaikat yang ada
disebelah kirimu berkata kepada malaikat yang di sebelah kanan menjawab,’
Jangan barangkali dia memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.’
Malaikat yang ada disebelah kiri meminta izin kepada yang ada disebelah kann
sebanyak tiga kali. Dan apbila dia telah meminta izin sebnyak tiga kali maka barulah
malaikat yang disebelah kanan berkata, ‘Catatlah, semoga Allah membebaskan kita
darinya. Seburuk-buruknya orang yang kita temani adalah orang yang sedikit
perasaan muraqabah-Nya (diawasi oleh Allah) dan sedikit malunya terhadap kit.’
Allalh Swt., berfirman:
Artinya:
“Tidak suatu ucapan pun yang
diucapkan melaikan ada di dektnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf,
50: 18). Ada dua malaikat lagi, yang seorang berada dihadapanmu, dan yang
seorang lgi berada di belakangmu. Allah Swt., berfirman: “Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliarn, di muka dan
dibelakangnya.”(Ar-Ra’d: 11). Ada malaikat yang memegang ubun-ubunmu. Ada dua
yang menjaga mulutmu, dia tidak akan membirkan mulutmu dimsuki oleh ular. Dan
dua malaikat lagi yang ada dikedua matamu, seluruhnya ada sepuluh malaikat
untuk tiap-tiap manusia. Malaikat-malaikat yang bertugas di malam hari turun
untuk menggantkan malaikat-malaikat yang bertugas di siang hari, karena
malaikat malam hari lain dengan malaikat siang hari, mereka berjumlah dua puluh
malaikat untuk setiap manusia sedngkan iblis bekerja di siang hari dan anaknya
bekerj di malam hari.”[12]
D.
Aplikasi
dalam kehidupan
Allah SWT., memberitahukan tentang jangkauan
pengetahuan-pengetahuan -Nya bahwa bagi-Ny adalah sama saja orng merahasiakan
atau membisik-bisikan ucapanya atau menyertakannya dengan terus terang, Allah
akan mengetahui dan mendengarnya. Juga adalah sama sja bagi-Nya, orang
bersembuyi di dalam rumahnya di waktu malam yang gelap atau berjalan
menampakkan dirinya pada siang yang bolong, Allah akan mengetahui dn
melihatnya.[13]
Allah telah menjadikan bagi hal-hal indrawi sebab-sebab indrawi
yang berhubungan dengan munasabahnya sesuai dengan kebijaksanaannya. Maka, dia
menjadikan pelupuk mata sebagai jalan untuk melindungi mata dari benda-benda
yang masuk dn menyakitinya. Dengan demikian pula Allah, telah menjadikan para
malaikat sebgai sebab untuk melindungi. Segala perbuatan Allah tidak terlepas
dari hikmah dan kemaslahatan.
Demikian pula untuk menjaga segala perbuatan kita, Di menjadikan
para malaikat pencatat yang mulia, meski kita tidak mengethui segala perbuataan
manusia, sehingga cukup bagi-Nya untuk memberikan pahala atau siksa atas
perbuatan tersebut.[14]
E.
Aspek
Tarbawi
1.
Ada
malaikat-mlikat yang ditugaskan Allah SWT,. Untuk memelihara manusia agar
rencana llah SWT., bagi yang bersangkutan terlaksana sesuai kehendak-Nya.
2.
Ada
juga malaikat-malaikat yang berfungsi mencatat segala macam aktifitaas manusia
agar kelak di hari kemudian menjadi buykti atas apa yang dilakukan.
3.
Perubahan
dari negtiaf ke positif atu sebaliknya tidak terjadi, kecuali didahului oleh
perubahan sisi dalm manusia, yakni nilai yang dianutnya, pengetahuan, tekat,
dan lngkahnya. Jika telah terpenuhi, Allah SWT., turun tangan mewujudkan
perubahan.
4.
Masyarakat
yang masih memperthankan nilai-nilinya, maka sekedar perubahan system, apalagi
penguasa, tidak akan mengalami perubahan. Disisi lain, semakin luhur dan tinggi
nilai yang dianut, semakin luhur dan tinggi pula yang dapat dicapai.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Allah Swt., menugaskan kepada beberapa malaikat
untuk selalu mengikuti manusia secara bergiliran, di muka dan di belakangnya.
Dua malaikat di sebelah kanan dan di sebelah kiri yang mencatat amal perbuatan
manusia. Malaikat-malaikat itu menjaga manusia atas perintah Allah, dengan izin
Allah dan pemeliharaan-Nya yang sempurna. Demikian pula Allah Swt. telah
menugaskan malaikat-malaikat untuk mencatat amal perbuatan manusia. Mungkin di
dalamnya terkandung hikmah yaitu supaya manusia lebih tunduk dan akan menerima
pahala atau azab yang akan diterimanya nnti di akhirat, karena telah pula
disaksikn dan dicatat oleh para malaikat itu, menjaga manusia atas perintah dan
izin Allah.
Ayat ini berbicara tentang kedu mcam perubahn
dengan dua pelaku. Pertama, perubahan seseorngn yang pelakunya adalah
Allah, dan kedua perubhan keadaan diri manusia (sikap mental) yang pelakukan
adalah manusia. Perubahan yang dilakukan Tuhan terjadi secara pasti melalui
hukum-hukum yang ditetapkan-Nya. Perpadun kedunya menciptakan kekuatan
pendorong untuk melalukan sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang, betapapun
hebanya, tidak dapat melakukan perubahan, kecuali setelah ia mampu mengalirkan
arus perubahan yang pada gilirannya menghasilakan perubahan.
B.
Saran-Saran
Dengan demikian,
pendidikan harus bersifat dinamis dan harus melakukan perubahan ke arah yang
lebih baik. Perubahan it uterus harus tetap berlandaskan kepada ajaran Islam.
Jadi perubahan itu bukan bebas tanp batas, tetapi bebas terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Thalhah bin Ali. 2009. Penerjemah Muhyiddin Ma Rida, TAFSIR
IBNU ABBAS. Jakarta: PUSTAKA AZZAM.
Hamka. 1983. TAFSIR AL- AZHAR JUZ XIII-XIV. Jakarta: PUSTAKA
Panjimas.
Suhrin, Bahtiar. 1978. Departemen Agama R.I, Terjemah dan Tafsir
Al-Qur’an huruf Arab dan Latin. Bandung: FA. Sumatra.
Mustafa, Ahmad. 1994. TAFSIR AL- MARAGI, JUZ XII. Semarang: PT
Karya Toha Putra Semarang.
M. Quraish, Shihab. 2006. TAFSIR AL-MISHBAH. Jakarta:
Lentera Hati.
M. Quraish, Shihab. 2012. AL- LUBAB. Jakarta: Lentera Hati.
http://ibnukatsironline.blogspot.co.id/2015/06/tafsir-surat-ar-rad-ayat-10-11.html# (diakses pada tanggal 9 maret 2016, pukul: 23:15 WIB.)
[1] Dr. Hamka, Tafsir
Al- Azhar Juz XIII-XIV (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm: 56
[2] Bachtiar Surin,
Departemen
Agama R.I, Terjemhan dan Tafsir Al-Qur’an huruf arab dan latin,
(Bandung: Fa. Sumatra), hlm:362
[3] Ali bin Abi
Thalhah; penerjemah Muhyiddin Ma Rida, TAFSIR IBNU ABBAS (Jakarta:
PUSTAKA AZZAM, 2009), hlm : 445.
[4] M. Quraish
shihab, TAFSIR AL- MISHBAH Pesan, kesan, dan keerasian l-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hlm: 565-566.
[5] Dr. Hamka, Tafsir
Al- Azhar Juz XIII-XIV (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm: 72
[6]Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang,
1994), hlm:134
[7] Op.Cit,
Tafsir Al-Azhar, hlm: 72.
[8] Op, Cit.
Al-Maragi, hlm: 141.
[9] Op. Cit,
Tafsir Al-Azhar, hlm:73.
[10]
Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang,
1994), hlm:144.
[12]
http://ibnukatsironline.blogspot.co.id/2015/06/tafsir-surat-ar-rad-ayat-10-11.html# (diakses pada
tanggal 9 maret 2016, pukul: 23:15 WIB.)
[13] H. Salim Bahreisy dan H. Said
Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 4 (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1988), hlm:
[15] M. Quraish
shihab, AL- LUBAB ( Ciputat Tanggerang;
Lentera Hati, 2012), hlm:
baca juga http://www.ladangcerita.com/2016/11/siapa-yang-merubah-nasib-kita-atau-tuhan.html
BalasHapus