‘ILM YAQIN, ‘AINUL YAQIN DAN HAQQUL YAQIN
Dalam QS. At-Takassur ayat 5-7
Sahafudin
2021 114 159
PRODI
PAI / JURUSAN
TABIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Masukilah rumah melalui pintunya”.
Shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, sahabatnya, keluarganya, serta segala
umatnya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan mengenai penafsiran
Q.S AT-TAKASTUR 5-7. Makalah ini disajikan
sebagai bahan materi dalam diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi II STAIN
Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh
dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari
beberapa referensi mengenai sumber ajaran yang saling berkaitan. Apabila dalam
penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan
pembahasannya maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti.Ajaran dan petunjuk al-Qur’an tersebut berkaitan dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh umat manusia dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini dan di akhirat kelak.
Berbicara masalah pendidikan, tentunya tidak lepas dari ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran, dan tentunya terdapat objek pendidikan pula.Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan masalah-masalah pendidikan tersebut. Dalam makalah ini akan sedikit membahas terkait dengan yaqin dalam mencari ilmu menurut tingkatannyaberdasarkan al-Qur’an yang terdapat dalam QS. At-Takastur ayat 5-7.
B.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa definisi judul tentang adab dalam mencari ilmu ?
2. Bagaimana teori pengembangan QS.At-takastur ayat 5-7?
3. Bagaimana aplikasi dalam kehidupan QS. At-takastur ayat
5-7?
4. Apa saja nilai-nilai tarbawi QS. At-takastur ayat 5-7?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi judul
Adab adalah norma atau aturan
mengenai sopan santun atau tata cara yang di dasarkan atas aturan agama.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita mengetahui gaimana cara beradap dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya pada adab mencari ilmu. Dalam mencari ilmu
tentu saja memiliki norma (adab) dalam mencari ilmu, ataupun sejenisnya.
Hendaknya kita mengetahui hal tersebut dikarenakan islam memandang adab dalam
keseharian sangat penting.
Dalam mencari ilmu sering
kita mendengar mengenai yaqin , Yaqin (tulisan Indonesianya yakin) adalah suatu
pengetahuan yang pemiliknya tidak akan dimasuki keraguan secara mutlak. Keyakinan
tidak akan diucapkan dalam penggambaran sifat AlHaqq karena ketiadaan taufik. Yaqin menurut tingkatanya dibagi menjadi tiga : ilmul
yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin.
B.
Teori pengembangan
(At-Takatsur :5-7)
1.
Ayat dan terjemahan
كَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُونَ
عِلۡمَ ٱلۡيَقِينِ ٥ لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ
٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ ٧
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan
yang yakin
6.
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim
7. dan
sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul yaqin[1]
2. Penafsiran ayat
Ayat
diatas memperingatkan bahwa : hati-hatilah janganlah begitu, sungguh jika
kamu mengtahui dengan pengetahuan yang yaqin, niscaya kamu tidak akan
melakukan perlombaan dan persaingan tidak sehat. Kamu benar-benar akan melihat
neraka jahim, dan sesungguhnya aku bersumpah bahwa kamu benar-benar
melihatnya dengan ainul yaqin, yakni mata telanjang yang tidak sedikitpun
disentuh oleh keraguan.
sementara ulama menyisipkan kalimat yang berfungsi
menjelaskan konsekuensi jika mereka mengetahui dengan yaqin. Pengarangtafsir
Al-muntahab, misalnya, menyatakan : “sungguh, jika kamu mengetahui
dengan yaqin betapa buruknya tempat kembali kamu sekalian, pasti akan
merasa terkejut dengan gaya hidup kamu yang bermegah-megahan itu dan kamu tentu
akan berekal diri untuk akhirat.” Ada lagi yang menyiratkan kalimat : “tentulah
penyesalan kamu tidak akan terlukiskan dengan kata-kata akibat habisnya umur
dalam persaingan tak sehat.”
Thahir ibnu as-syur juga menilai bahwa perlu disisipkan
kalimat untuk mengggambarka apa yang niscaya terjadi jika mereka mengetahui
secara yaqin. Ayat 6 yang menyatakan niscaya kamu benar-benar akan melihat
neraka jahim tidak berkaitang dengan ayat sebelumnya. Ia adalah uraian baru
yang menjelaskan bahwa mereka akan terjerumus kedalamnya.
Thobatthoba’i menulis bahwa sementara ulama menyatakan
bahwa perlu ada sisipan yang berfungsi menjelaskan apayang terjadi bila mereka
mengetahui secara yaqin, tetapi ini bila yang dimaksud adalah melihat
neraka jahim pada hari kiamat. Namun, menurutnya, bisa saja yang dimaksud
adalah melihatnya didunia ini dan melihat yang dimaksud adalah dengan mata hati
yang merupakan dampak dari keyakinan itu.[2]
Ini serupa dengan ayat Allah surat Al-an’am ayat 75.
وَكَذَٰلِكَ
نُرِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلۡمُوقِنِينَ
٧٥
Yang menginformasikan bahwa Nabi Ibrahim a.s termasuk salah
seorang yang mencapai tingkatan yaqin?
Untuk menjelaskan lebih jauh pertanyan di atas, terlebih
dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan yaqin, kemudian arti dari
masing-masin istilah ‘ilm al yaqin, ‘ain al yaqin, dan haqq al yaqin.
Kata yaqin ditemukan dalam Al qur’an sebanyak 8
kali, dua diantaranya dirangkaikan dengan kata haqq (haqq al yaqin), kemudian
masing-masing sekali dengan ‘ain dan ‘ilm. Kata yaqin yang
biasa di terjemahkan “yakin”, dalam kamus-kamus Al-quran diartikan sebagai
“pengetahuan yang pasti tidak di sentuh oleh sedikit keraguan pun”. Sementara
mufasir menegaskan bahwa yang demikian tidak mungkin akan tercapai kecuali
setelah kehidupan dunia ini, berdasarkan firman Allah dalam surah al hijr ayat
99:
وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ
ٱلۡيَقِينُ ٩٩
99. dan sembahlah Tuhanmu
sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)
Menurut para mufasir itu, kita berkewajiban beribadah sepanjang
hayat. Jika demikian, yaqin disini harus dipahami dalam arti “ kematian”dan ini
selanjutya menunjukan bahwa keyakinan baru dapat dicapai dengan datangnya
kematian.
Menurut hemat penulis, tidak mutlak memahami arti seperti
dikemukakan di atas, apalagi setelah memerhatikan dan menelusuri seluruh kata yaqin
yang digunakan di Al qur’an. disana tidak ditemukan satupun-bahkan bentuk kata
yang berakar sama dengan yaqin yang mengandung arti kematian. Bahkan
sebaliknyadi temukan kata yaqin yang menunjukan bahwa keyakinan yang
dimaksud telah diperoleh dalam kehidupan dunia ini. Misalnya dalam firman Allah
surah An naml 22:
فَمَكَثَ
غَيۡرَ بَعِيدٖ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۢ
بِنَبَإٖ يَقِينٍ ٢٢
22. Maka tidak lama
kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui
sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba
suatu berita penting yang diyakini
Di sisi lain dapat
ditambahkan bahwa yaqin (keyakinan) bertingkat-tingkat. Al qur’an
memperkenalkan, di samping yaqin, juga ‘ilm, ‘ain, dan haqq al-yaqin.
Untuk menjelaskan istilah-istilah diatas, akan di gunakan contoh dialog sebagai
berikut.
-
adakah kota yang bernama
mekah?
+ Ada
-
Yakinkah anda tentng
keberadaannya?
+ Yakin
benar
-
Mengapa anda yaqin?
Disini ada tiga kemungkinan jawaban yang di berikan.pertama,”karena
sekian banyak orang yang pernah berkunjung kesana dan melihat sendiri
keberadaan kota itu, sebagian mereka menyampaikannya kepada saya”, kedua,
adalah dengan menjawab “ saya pernah berkunjung kemekah beberapa saat
lamannya.” Ketiga, “saya yakin benar, karena saya pernah tinggal
bertahun-tahun dikota itu. Saya mengenal jangankan jalan-jalan rayanya,
lorong-lorongnyapun pernah saya telusuri”
Tingkat keyakinan penjawab pertama adalah ‘ilm al
yaqin, sedangkanpenjawab kedua adalah ‘ain al yaqin,dan yang ketiga
adalah haqq al yaqin.[3]
Dari informasi di atas dapat di simpulkan pengertian dari
‘ilm al yaqin adalah keyakinan akan sesuatu hal berdasarkan ilmu
pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum kausalita, seperti
keyakinan dari para ahli ilmu kalam. ‘ain al yaqin adalah Keyakinan yang
dialami oleh orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin,
sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab
akibat lagi dia langsung meyakini sesuatu hal itu. haqq al yaqin adalah
kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat
dengan penyaksian lalu kemudian tertanam sedalam-dalamnya pada dirinya tentang
suatu hal.
3.
Pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari
Pengaplikasian
sifat yaqin dalam kehidupan sehari-hari biasanya berkaitan dengan proses ketika
kita mencari ilmu. Dalam proses mencari ilmu kita harus memiliki sifat yaqin
dalam hati agar ilmu yang kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari dapat
masuk. Dalam pelaksanaanya di kehidupan sehari-hari yaqin di bagi menjadi tiga
tingkatan yaitu ‘ilm al yaqin, ‘ain al yaqin dan haqq al yaqin. ‘ilm yaqin
adalah pengetahuan yang paling rendah dibandingkan dengan ‘ain al yaqin.
Sedangkan ‘ain al yaqin adalah Keyakinan yang dialami oleh orang yang telah
melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat
sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini
sesuatu hal itu. haqq al yaqin adalah kemantapan dalam pendirian yang
kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat dengan penyaksian lalu kemudian
tertanam sedalam-dalamnya pada dirinya tentang suatu hal.
Dalam
pengaplikasian antara ‘ilm yaqin, ‘ain yaqin dan haqq al yaqin dimiliki oleh
seseorang yang berbeda. Tergantung dari pengetahuan yang mereka miliki, semakin
tinggi ilmu atau keyaqinan yang mereka miliki maka semakin tinggi pula tinggkatan
yaqin yang mereka miliki.
D. Urgensi
surat At-takasur ayat 5-7
1.
semua yang bersaing secara tidak sehat akan
menyesal di dunia atau paling tidak di akhirat.
2.
Semakin dalam keyakinan seseorang, semakin
tajam mata hatinya sehingga dapat melihat yang tersirat di balik yang tersurat.[4]
3.
Sebagai seorang pelajar kita harus memiliki
sifat yaqin dalam mencari ilmu.
4.
Dalam mencari ilmu sifat yaqin terhadap ilmu
ada beberapa tingkatan, seperti ‘ilm yaqin, ‘ain al yaqin dan haqq al yaqin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adab
adalah norma atau aturan mengenai sopan santun atau tata cara yang di dasarkan
atas aturan agama.
Yaqin
dalam mencari ilmu menurut tingkatannya di bagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1.‘ilm al yaqin adalah keyakinan akan sesuatu hal
berdasarkan ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum kausalita,
seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam.
2. ‘ain al yaqin adalah Keyakinan yang dialami oleh orang
yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali
dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia
langsung meyakini sesuatu hal itu.
3. haqq al yaqin adalah
kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui kemudian ia melihat
dengan penyaksian lalu kemudian tertanam sedalam-dalamnya pada dirinya tentang
suatu hal.
Hamka. 2006. Tafsir Al-Azhar .
Jakarta : Pustaka Panji Mas
ShihabQuraish. 2000 . Tafsir Al
Mishbah Peran, Kesan Dan Keserasian Al Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati
Shihab Quraish. TAFSIR
AL QUR’AN AL KARIM Tafsir Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunya Wahyu. Bandung:
Pustaka Hidayah
Shihab Quraish, 2012 . Al Lubab Makna, Tujuan Dan Pelajaran Dari
Surah-Surah Al Qur’an. Tangerang: Lentera
Hati
BIODATA PENULIS
Nama :
Sahafudin
TTL :
Pekalongan, 01 Februari 1997
NIM :
2021 114 159
PRODI : PAI
Alamat : Karanganyar, Tirto Pekalongan
Email : sahafudin0102@gmail.com
Facebook : Sahafudin
|
|
[1]Hamka. Tafsir Al-Azhar (Jakarta,
Pustaka Panji Mas. 2006) hlm. 252
[2]
M.quraish shihab. Tafsir al mishbah peran, kesan dan keserasian al qur’an,
(jakarta: lentera hati,2000) hlm.573-574.
[3] M.
Quraish shihab, TAFSIR AL QUR’AN AL KARIM tafsir surat-surat pendek berdasarkan
urutan turunya wahyu (bandung: pustaka hidayah) hlm. 600-601
[4]M.quraish shihab, al lubab makna,
tujuan dan pelajaran dari surah-surah al qur’an.2012.(tangerang: lntera
hati). Hlm.732
Tidak ada komentar:
Posting Komentar