Tafsir
Tarbawi
ADAB MEMBACA AL-QUR'AN
"BACALAH
QUR’AN DENGAN TARTIL & KHUSYU’"
Afian Khasanah
2021114225
Kelas G
JURUSAN
TARBIYAH / PRODI
PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji syukur ke hadirat Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad saw., keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua
mendapatkan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah. Aamiin.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ade Dedi
Rohayana, M.Ag., selaku ketua STAIN Pekalongan, terima kasih kepada Bapak
Muhammad Ghufron Dimyati, M. S. I., selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir
Tarbawi II terimakasih kepada ke dua orang tua dan teman-teman saya serta
kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini.
Makalah yang berjudul “ Bacalah Al-Qur’an dengan Tartil dan Khusu’ ”.
Saya dari pihak penulis mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan
penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Pekalongan, 25 Maret
2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi
............................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Pengenalan
Terhadap Surah Al-Muzzammil.................................... 2
B. Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 20......................................... 3
C. Arti Kata........................................................................................... 4
D. Penafsiran Ayat................................................................................. 5
E. Asbabun Nuzul................................................................................. 5
F. Aspek Tarbawi.................................................................................. 7
BAB III
PENUTUP....................................................................................... 8
A. Simpulan........................................................................................... 8
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 9
PROFIL
PENULIS............................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tema
utama surah ini adalah uraian tentang bagaimana
mempersiapkan mental menghadapi tugas dakwah antara lain dengan
mendekatkan diri kepada Allah melalui shalat malam dan membaca Al-Qur’an serta
sabar dan tabah sambil mengingat perjuangan nabi-nabi yang lalu, khususnya nabi
Musa as. ketika menghadapi kekejaman Firaun.
Tujuan
utma surah ini adalah bimbingan kepada Nabi Muhammad saw. dan juga umat Islam
agar menyiapkan mental untuk melaksanakan tugas penyampaian Risalah dengan
segala rintangan-rintangannya. Sekaligus ancaman kepada para pengingkar
kebenaran. Surah ini juga bertujuan mengingatkan bahwa amal-amal kebajikan
menampik rasa takut dan menolak marabahaya, serta meringankan beban, khususnya
bila amal kebajikan itu berupa kehadiran kepada Allah swt. serta konsentrasi
mengabdi kepada-Nya pada kegelapan malam.
A. Rumusan
Masalah
1. Apa
isi kandungan surah Al-Muzzammil ayat 20?
2. Adakah
aspek tarbawi / pendidikan dalam surah Al-Muzzammil ayat 20?
3. Apakah
ada asbabun nuzzul pada surah Al-Muzzammil ayat 20?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengenalan Terhadap Surat Al-Muzzammil
Surah
al-Muzzammil terdiri dari 20 ayat. Surah ini sebagian besar turun sebelum Nabi
Muhammad saw. berhijrah ke Madinah dan paling tidak ayatnya yang terakhir turun
setelah Nabi berhijrah ke Madinah karena ayat terkahir menyebutkan tentang
adanya kaum Muslim yang berperang, padahal peperangan baru terjadi pada tahun
kedua hijriah.[1]
Pada
ayat terakhir surah ini, yang ayatnya relaif panjang bahkan lebih panjang dari
lima ayat di awal surah ini, Allah swt. memberikan keringanan atas pelaksanaan
sholat malam itu. Sebab bisa jadi, bagi sementara orang shalat malam seperti
yang digambarkan tersebut dirasakan berat dan memberatkan. Sementara Allah Yang
Mahatahu yang memberikan perintah sangat mengetahui shalat malam yang telah
dilaksanakan itu. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
spertiganya.[2]
Artinya segala perintah itu telah engkau jalankan sebagaimana yang ditentukan
oleh Tuhan; yang dekat dengan dua pertiga sudah, yang seperdua malam pun sudah,
demikian pun yang sepertiga. Semuanya sudah dilaksanakan dengan baik; “Dan satu
segolongan dari orang-orang yang bersama engkau.” Artinya bahwa engkau telah
memberikan teladan tentang bangun sembahyang malam itu kepada pengikut-pengikut
setia engkau dan mereka pun telah berbuat demikian pula bersama engkau.[3]
Demikianlah Rasulullah saw. telah melaksanakan shalat malam dengan sangat tekun
dan khusuk. Sampai-sampai, menurut riwayat yang dituturkan oleh ‘Aisyah, kaki
beliau menjadi bengkak karena shalat malam itu.[4]
B.
Al-Qur’an Surat Al-Muzzammil Ayat 20
Artinya :
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu
berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.
Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al
Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang
yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang
lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[5]
C. Arti
Kata
إن ربك يعلم أنك تقوم أدنى
“Sesungguhnya
Tuhanmu mengetahui bahwa kamu berdiri”
من ثلثى
اليل ونصفه وثلثه
“dari dua
pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya”
وطا ئفة من
الذين معك
“dan segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu”
ولله يقدر
“dan Allah menetapkan”
اليل
والنهار علم ان
“ukuran malam dan siang. Dia
mengetahui bahwa”
لن تحصوه
“kalian sekali-kali tidak dapat
menentukan batas waktu-waktu itu”
فتاب عليكم
“maka Dia mengampuni kalian”[6]
D.
Penafsiran Ayat :
Kalimat (إنّ ربّك) Inna Robbakal
sesungguhnya Tuhanmu memberi kesan betapa luas jangkauan rahmat dan kasih
sayang Allah yang tercurah kepada Nabi Muhammad saw. yang menjadi mitra bicara
Tuhan dalam redaksi tersebut. Sayyid Quthub dalam tafsirnya menyatakan antara
lain : Sesungguhnya Dia melihatmu. Shalatmu bersamasekelompok orang-orang yang
mengikutimu telah diterima oleh-Nya. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa
engkau (bersama mereka) tidak tidur pada waktu banyak orang biasanya tidur.
Lambungmu jauh dari pembaringan, kehangatan kasur engkau jauhi pada malam yang
dinginnya menyengat. Engkau tidak menghiraukan ajakan “bantal” yang
menggiurkana, yang engkau perkenankan adalah panggilan Tuhanmu. Tuhan kasih
padamu dan karena padamu dan karena itu Dia akan meringankan bebanmu dan
orang-orang yang bersamamu.
Penjelasan tentang shalatnya Rasulullah saw.
oleh ayat di atas dipisahkan dari penjelasan menyangkut shalat (وطائفة من الّذين معك) wa tha’ifatun
min al-ladzina ma’aka/sekelompok dari yang bersamamu, sedang dari segi
kebahasaan kedua penjelasan tersebut dapat digabung dalam satu redaksi dengan
menggunakan bentuk jamak, misalnya: (إنّ ربّك يعلم أنّكم تقومون) inna rabbakum ya’lamu annakum
taqumuna/sesungguhnya Tuhan kamu
mengetahui bahwa kamu sekalian bangkit untuk shalat. Ini agaknya untuk
mengisyaratkan perbedaan hukum dan substansi shalat Rasulullah saw. dan shalat
kelompok yang bersama beliau itu.
E.
Asbabun Nuzul
Al Bazar dan Ath-Thabarani meriwayatkan dengan
sanad lemah dari Jabir, ia mengatakan; oran-orang Quraisy berada di Darun
Nadwah dan berkata, “Namailah laki-laki itu (Nabi Muhammad) dengan nama yang
membuat orang-orang berpaling.” Mereka
berkata, “Juru ramal.” Mereka berkata, “Bukan juru ramal.” Mereka berkata,
“Orang gila.” Mereka berkata, “Bukan orang gila.” Mereka berkata, “Tukang
sihir.” Mereka berkata, “Bukan tukang sihir.”[7]
Akhirnya hal tersebut sampai kepada Nabi saw.
maka beliau langsung menyelimuti dirinya dengan bajunya sehingga seluruh
tubuhnya terselimuti. Lalu pada saat itu juga datang malaikat Jibril seraya
membawa wahyu firman-Nya:
“Hai orang-orang yang berselimut...” (Q.S. 73 Al-Muzzammil, 1 dan seterusnya) dan
firman-Nya:
“Hai orang berkemul (berselimut)...” (Q.S. 74 Al-Muddassir, 1 dan seterusnya).
Imam Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah
hadis lainnya melalui Ibrahim An-Nakha’i sehubungan ayat ini, yaitu Firman-Nya:
“Hai orang yang berselimut”. (Q.S. 73 Al-Muzzammil, 1).[8]
Ibrahim An-Nakha’i mengatakan; Ayat tersebut
turun berkenaan dengan keberadaan Rasulullah yang berada dalam selimut.[9]
Imam Hakim
telah mengetengahkan sebuah hadis yang bersumber dari Siti Aisyah r.a. Siti
Aisyah telah menceritakan bahwa setelah ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
“Hai orang yang
berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit
(darinya)”. (Q.S. 73 Al-Muzzammil, 1-2).
Para sahabat ikut
meniru jejaknya selama satu tahun, sehingga telapak kaki mereka
bengkak-bengkak. Lalu turunlah ayat lainnya, yaitu Firman-Nya:
“maka bacalah pa yang mudah
(bagi kalian) dari Al-Qur’an”. (Q.S. 73 Al-Muzzammil, 20).
Imam Ibnu Jarir
At-Tabari telah mengetengahkan pula hadis yang serupa,hanya hadis yang
diketengahkannya ini melalui Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya.[10]
Hadis seperti itu pula dikemukakan oleh Ibnu
Jarir yang bersumber dari Ibni Abbas dan lainnya.[11]
F.
Aspek Tarbawi
1. Apabila tidak mampu bangkit
di waktu malam, baik untuk shalat maupun lainnya, maka ayat terakhir surat ini
member alternative pengganti. Demikiann Allah tidak membebani seseoramng melebihi
kemampuannya dan selalu menghendaki kemudahan bagi manusia dalam beragama.
2. Muslim yang baik, dituntut
agar pandai mengatur waktunya, mengatur kemampuannya, serta menilai mana yangn
harus di dahulukan. Ia harus menyadari bahwa mendahulukan amalan sunnah/anjuran
agama tidaklah dibenarkan bila mengantar kepada pengabaian yang wajib.
3. Ibadah diperintahkan oleh
Allah bukanlah untuk membuat manusia menjadi jatuh sakit.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Makna ayat secara lengkap, dan
segolongan orang-orang yang bersama kamu yang telah melakukan hal yang sama.
Mereka melakukan demikian mengikuti jejak Nabi saw. sehingga disebutkan, bahwa
ada di antara mereka orang-orang yang tidak menyadari berapa rakaat salat malam
yang telah mereka kerjakan, dan waktu malam tinggal sebentar lagi. Sesungguhnya
Nabi saw. selalu melakukan salat sunah sepanjang malam, karena demi
melaksanakan perintah Allah secara hati-hati. Para sahabat mengikuti jejaknya
selama satu tahun, atau lebih dari satu tahun, sehingga disebutkan bahwa telapak-telapak
kaki mereka bengkak-bengkak karena terlalu banyak salat. Akhirnya Allah swt.
memberikan keringanan kepada mereka. (Dan Allah menetapkan) menghitung (ukuran
malam dan siang. Dia mengetahui bahwa) huruf an adalah bentuk takhfif dari anna
sedangkan isimnya tidak disebutkan, asalnya ialah annahu (kalian sekali-kali
tidak dapat menentukan batas waktu-waktu itu) yaitu waktu malam hari. Kalian
tidak dapat melakukan salat malam sesuai dengan apa yang diwajibkan atas kalian
melainkan kalian harus melakukannya sepanjang malam. Dan yang demikian itu
memberatkan kalian (maka Dia mengampuni kalian) artinya, Dia mencabut kembali
perintah-Nya dan memberikan keringanan kepada kalian (karena itu bacalah apa
yang mudah dari Alquran) dalam salat kalian.
DAFTAR PUSTAKA
Quraisy Shihab, M. 2012. Al-Lubab (Makna, Tujuan, dan
Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur’an. Tanggerang : Lentera Hati.
Yunan
Yusuf, M. 2013. Tafsir Khuluqun ‘Azhim (Budi Pekerti Agung). Tanggerang
: Lentera Hati.
Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar Juz XXIX.
Jakarta : PT. Pustaka Panjimas.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam dan Jalaluddin
As-Suyuti,Imam. 2010. . Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul
Ayat Surat Al-Kahfi s.d. An-Nas 2. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
As-Suyuthi, Imam. 2014. Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab
Turunnya Ayat Al-Qur’an). Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar.
Quraish Shihab, M. 2011. Tafsir al
misbah (kesan, pesan, dan keserasian al qur’an). Jakarta : Lentara Hati.
Mujieb, Abdul. 1986. Lubanul Nuqul fi Asbabun Nuzul.
Rembang : Darul Ikhya Indonesia.
PROFIL
PENULIS
Nama : Afian Khasanah
Alamat : Desa Ujungrusi-Kecamatan Adiwerna-Kabupaten Tegal,
Jl. Teratai No. 15, Rt 20/ Rw 02.
Motto : “Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain
yang
membutuhkan, jangan jadi orang yang
menyusahkan
orang lain”.
[1] M.
Quraisy Shihab,Al-Lubab (Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah
Al-Qur’an),Cet. I,(Tanggerang, Lentera Hati, 2012),hlm. 431.
[2] Prof.
Dr. M. Yunan Yusuf, Tafsir Khuluqun ‘Azhim (Budi Pekerti Agung), Cet. I
(tanggerang : lentera hati, 2013), hlm. 441-442.
[3] Prof.
Dr. Hamka, Tafsir Al Azhar Juz XXIX, (Jakarta : PT. Pustaka Panjimas,
1983), hlm. 192.
[4] Prof. Dr.
M. Yunan Yusuf, Tafsir Khuluqun ‘Azhim (Budi Pekerti Agung), Cet. I
(tanggerang : lentera hati, 2013), hlm. 442.
[5]
Prof. Dr. Hamka,Tafsir Al-Azhar Juz XXIX,Cet. VI,(Jakarta, Pustaka
Panjimas, 2004),hlm. 191-192.
[6]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti,Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Ayat Surat Al-Kahfi s.d. An-Nas 2, ,hlm. 1197.
[7]
Imam As-Suyuthi,Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an),Cet.
I,(Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar, 2014),hlm. 571.
[8]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti,Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Ayat Surat Al-Kahfi s.d. An-Nas, (Bandung : Sinar
Baru Algensindo, 2010),hlm. 1197.
[9]
Imam As-Suyuthi,Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an),Cet.
I,(Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar, 2014),hlm. 571.
[10]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti,Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Ayat Surat Al-Kahfi s.d. An-Nas 2, (Bandung : Sinar
Baru Algensindo, 2010) ,hlm. 1197.
[11]
M.Abdul Mujieb As.,Lubanul Nuqul fi Asbabun Nuzul,(Rembang : Darul Ikhya
Indonesia, 1986),hlm. 624.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar