Laman

new post

zzz

Selasa, 19 April 2016

TT G 8 E (Mendengarkan baik-baik dan Perhatikan Isi al-Qur’an)


Tafsir Tarbawi
ADAB MEMBACA AL-QUR'AN: SURAT AL-A’RAF AYAT 204
(Mendengarkan baik-baik dan Perhatikan Isi al-Qur’an)
:

Zuhrotul Inayah
(2021114108)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) PEKALONGAN 
2016


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta inayah-Nya kepada kami,sehingga makalah yang bertemakan mengenai “surat al-a’raf  ayat 204” ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan  nabi kita, Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarga dan  sahabatnya.
Surat al-a’raf  204 dalam hal ini menjelaskan bahwa agar mendengarkan bacaan al-qur’an dengan khusuk.pun ketika dalam sholat maupun khotbah.
Dengan demikian, Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baik nya,meskipun tidak komprehensif. Di samping itu, apabila dalam makalah ini di dapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca . Amin yaa rabbal”alamin.







i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………..…….i
Daftar Isi  ……………………………………………………………………………ii
BAB   I     PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah ……………………………………………….. 1
B.       Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1

BAB II      PEMBAHASAN  
A.    Tafsir Qs. al-a’raf  ayat 204 ……………………………………….. 2
B.     Asbab al Nuzul Qs.al-a’raf ayat 204 ………………………………. 2
C.     Kandungan Qs. Al-a’raf 204 …………………………………….... 3
D.    Penjelasan Qs. Al-a’raf ayat 204 …………………………………... 5
E.     Aspek Tarbawi …………………………………………………….. 5
BAB III ... PENUTUP
A.       Kesimpulan …………………………………………………………….. 6
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 7







ii



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
                  Pendidikan islam merupakan salah satu bidang yang mendapat banyak perhatian dari para ilmuwan. Hal ini karena di samping perannya yang amat strategis dalam ragka meningkatkan sumber daya manusia, juga karena di dalam pendidikan agama islam terdapat berbagai masalah yang kompleks dan memerlukan penanganan segera. Bagi  mereka yang terjun ke dunia pendidikan islam harus memiliki wawasan yang cukup tentang pendidikan islam daan memiliki kemampuan untuk mengembangkannya sesuai dengan tuntunan zaman. Perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik;  ataupun pemeliharaan  (latihan latihan dan sebaginya) badan, batin, dan sebagainya, juga termasuk bagian ataupun isi daripada pendidikan islam. Dalam mengetahui pendidikan pun dapat di sinkronkan dengan pendidikan dalam al-Qur’an dimana terdapat tafsir dan penjelasan serta urgensi yang dapat dipetik dalam surat al-qur’an. Dalam hal ini akan menjawab bahwa dalam Qs. Al-a’raf ayat 204 menjelaskan bahwa Al-qur’an dibacakan , maka dengarkanlah baik-baik , dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

B.    Rumusan masalah
Dalam makalah ini, kami akan memberikan gambaran tentang pembahasan mengenai
Qs. Al-a’raf  ayat 204, asbab al nuzul Qs. Al-a’raf ayat 204, kandungan dan aspek tarbawi mengenai Qs. Al-a’raf ayat 204.

1         



BAB II
PEMBAHASAN

A.            Qs. Al-A’raf ayat 204

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ, وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Artinya : “Dan apabila dibacakan Al-qur’an, maka dengarkanlah baik-baik , dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.[1]

B.Asbab Al Nuzul

Firman Allah Swt:
“ dan apabila dibacakan Al-Qur’an…” (Al-A’raf 7 : 204).
Ibnu Abu Hatim dan lain-lainya mengetenghakan sebuah hadis sebuah hadis melalui Abu Hurairah. Abu Hurairah mengatakan : “Firman Allah Swt.: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarkanlah  baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang” (Al-A’raf 204). Diturunkan sehubungan dengan mengangkat suara dengan keras sewaktu bermakmum shalat dibelakang Nabi Saw.
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis yang serupa melalui Abu Hurairah yang telah mengatakan : “para sahabat selalu bercakap-cakap sewaktu dibacakan Al-qur’an, maka turunlah firman Allah Swt :”Dan apabila dibacakan Al-qur’an…” (Al-a’raf 204).
Ibnu jarir pun mengetengahkan lagi hadis serupa melalui Abdullah Ibnu Mughaffal. Sebagaimana ia pun mengetengahkan hadis yang serupa Ibnu mas’ud.
Ibnu jarir mengetengahkan hadis ini pula melalui Az-zuhri. Az-zuhri mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang pemuda dari kalangan sahabat Ansar.
2            

Tersebutlah bahwa manakala Rasulullah SAW. Membaca sesuatu dari Al-Qur’an, maka pemuda tersebut membarengi bacaan serupa menurutinya.
Sa’id Ibnu Mansur didalam kitab sunannya mengatakan bahwa telah bercerita kepada kami abu mi’syar melalui Muhammad Ibnu Ka’bah. Muhammad Ibnu ka’bah mengatakan bahwasanya para sahabat itu jika menerima pelajaran Al-Qur’an dari Rasulullah SAW. Mereka membarengi apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW. Sehingga turunlah ayat ini yang terdapat surat Al-A’raf, yaitu firman.Nya: “ Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang… (Al-A’raf 7:204).
Menurut hemat kami, lahiriah makna ayat menunjukan bahwa ayat ini diturunkan di Madinah.

C.            Kandungan Surat Al-A’raaf Ayat 204

Ayat ini termasuk bagian dari apa yang diperintahkan kepada nabi saw, untuk beliau sampaikan krena itu ia dimulai dengan kata dan, yakni dan sampaikan juga bahwa apabila dibacakan al-Qur’an maka dengarlah ia dengan tekun… dapat juga dikatakan bahwa ayat yang lalu berbicara tentang fungsi dan keistimewaan al-Qur’an serta rahmat yang dikandungnya. Karena ia sangat wajar jika ayat ini memerintahkan agar percaya dan menggunakan wahyu ilahi dan karena itu apabila dibacakan al-Qur’an oleh siapapun, maka bersopan santunlah terhadapnya karena ia merupakan firman-firman Allah serta petunjuk untuk kamu semua dan karena itu pula dengarkanlah ia dengan tekun lagi bersungguh-sungguh, dan perhatikanlah dengan tenang tuntunan-tuntunannya agar kamu mendapat rahmat.
Sedangkan dalam bukunya sayyid Quthb  dalam bukunya yang berjudul fi zhilalil-Qur’an mempunyai pendapat sendiri tentang surat al-A’raf ayat 204 bahwa terdapat bermacam-macam riwayat mengenai tempat penerspan perintah mendengar dan diam ketika dibicarakan al-Qur’an ini. Sebagian ulama berpendapat bahwa tempat pelaksanaan perintah ini adalah didalam sholat wajib. Ketika imam membaca al-Qur’an dengan keras, maka makmum wajib mendengarkan dengan baik dan diam dengan memperhatikan. Tidak boleh membaca dengan suara keras. Tidak boleh melawan imam dengan bacaan al-Qur’an.
3            
Hal itu diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Ashabus-sunah dan tirmidzi berkata mengenai hadist ini, “ ini adalah hadist hasan” disahkan oleh Abu Hatim ar-Razi dari hadits Abu Hurairah dari Abu Akstamah al-Laitsi bahwa Rasullullah selesai sholat yang disana beliau membaca dengan nyaring, lalu beliau bertanya, “tadi ada seseorang diantara kalian yang membaca al-Qur’an bersamaku?” seseorang menjawab, “benar, wahai Rasullullah” belliau bersabda, “mengapa saya dilawan membaca al-Qur’an?” setelah mendengar hal itu, maka orang-oranng pun berhenti membaca al-Qur’an bersama Rasullullah dalam sholat yang beliau membaca dengan nyaring padanya.
Seperti yang diriwayatkan oleh ibnu jarir dalam tafsirnya bahwa telah diinformasikan kepadanya oleh Abu Kuraib, dari al-Muharibi, dari Daud bin Abi Hindun, dari Basyir bin jabir, bahwa dia berkat, Ibnu mas’ud mengerjakan sholat, lalu dia mendengarkan orang-orang membaca al-Qur’an bersama imam. Maka, setelah sholat, dia berkata “apakah belum tba waktunya bagi kalian untuk memahami? Apakah belum tiba waktunya bagi kalian untuk mengerti? Apabila dibacakan Al-Qur’an kepadamu, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang, sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu.”
Ath-Thabrani menyebutkan dari sa’id bin jubair, bahwa ayat ini membicarakan tentang memperhatikan dengan tenang pada hari raya kurban, hari idul fitri dan hari jum’at, serta pada semua waktu yang imam membaca dengan suara nyaring. Artinya ayat ini adalah umum. Pendapat inilah yang benar, sebab mencakup semua orang yang diwajibkan oleh ayat ini dan anjuran untuk memperhatikan bacaan al-Qur’an dengan tenang. Maka, Allah swt memerintahkan kaum muslimin pada saat wahyu dibacakan untuk menentang sikap mereka dan agar mereka mendengarnya. Dia juga memuji jin yang bersikap seperti kaum muslimin.
Allah swt berfirman :

وَإِذَ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُوْنَ الْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا, فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوْا إِلىٰ قَوْمِهِمْ مُّنْذِرِيْنَ.

Artinya : “ dan (ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan  al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “ diamlah kamu (untuk mendengarkanya)”. Ketika pembacaanya telah selesai mereka kembali kepada kamunya untuk memeberi peringatan.” (QS Al-Ahqaaf : 29).
4            

D.            Penjelasan Ayat Al A’raf 204

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ, وَأَنْصِتُوا         (Dan apabila dibacakan Al-qur’an , maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah) jangan berbicara.
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ (dengan tenang agar kamu mendapat rahmat ).
 Ayat ini diturunkan sehubungan dengan tidak boleh berbicara sewaktu khotbah jumat yang diungkapkan dengan ayat ini dengan istilah Al-Qur’an, mengingat khotbah itu mengandung ayat-ayat Al-Qur’an . menurut pendapat lain, berkaitan dengan pembacaan Al-Qur’an secara mutlak.

E.Aspek Tarbawi

a.       Adab mukmin ketika dibacakan al-Qur’an
b.      Karena kitab yang demikian sifasifatnya adalah ayat al-Qur’an, maka dalam konteks ini secara langsung ia memberikan pengarahan kepada orang-orang yang beriman.
c.       Terdapat bermacam-macam riwayat mengenai penerapan perintah mendengar dan diam ketika dibacakan al-Qur’an
d.      Al-Qurthubi berkata “ hal ini diturunkan di dalam sholat “
e.       Abu akstamah al- lantsi mendengar bahwa disana terdapat sholat yang membaca dengan nyaring”
f.       Sebagian ulama berpendapat hal ini dilakukan ketika dalam sholat dan khutbah, baik khhutbah sholat jum’at maupun idain.

Keterangan
[1] Tafsir Al-Qur’an, Tafsir Jalalain, zhailahil qur’an.





5             


KESIMPULAN


Ayat ini diturunkan sehubungan dengan tidak boleh berbicara sewaktu khotbah jumat yang diungkapkan dengan ayat ini dengan istilah Al-Qur’an, mengingat khotbah itu mengandung ayat-ayat Al-Qur’an . menurut pendapat lain, berkaitan dengan pembacaan Al-Qur’an secara mutlak.
Ayat ini termasuk bagian dari apa yang diperintahkan kepada nabi saw, untuk beliau sampaikan krena itu ia dimulai dengan kata dan, yakni dan sampaikan juga bahwa apabila dibacakan al-Qur’an maka dengarlah ia dengan tekun… dapat juga dikatakan bahwa ayat yang lalu berbicara tentang fungsi dan keistimewaan al-Qur’an serta rahmat yang dikandungnya.
 Karena kitab yang demikian sifasifatnya adalah ayat al-Qur’an, maka dalam konteks ini secara langsung ia memberikan pengarahan kepada orang-orang yang beriman










6             

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, harun.2009.Tafsir jalalain.Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Reza manggala, muhammad.2009.Qur’an Tafsir.jakarta: Pustaka Azzam.
Quthb sayyib.1992. Zhailahil Qur’an.jakarta:Darury Syuruq.






















7             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar