Laman

new post

zzz

Selasa, 27 September 2016

TT1 C 4d Doa Tambahkan Ilmu ( QS. AT-THAHA Ayat 114 )

Kewajiban Belajar “ SPESIFIK “
Doa Tambahkan Ilmu
( QS. AT-THAHA Ayat 114 )
 
Nafis Ilma Safira
2021115086
Kelas C

Tarbiyah/PAI
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan
2016





KATA PENGANTAR
            Puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt yang mana telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
            Makalah yang berjudul Do’a Tambahkan Ilmu, disusun guna memenuhi tugas tafsir tarbawi.Adapun dalam penyusunan makalah ini tidak luput dan tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak.Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan terimakasih kepada Bapak. Muhammad Ghufron,MSI, selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi.Dan kedua orangtua yang tidak ada hentinya mendoa’akan serta mendukung penuh kepada penulis, serta teman-teman yang telah membantu penulis.
            Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih mempunyai kekurangan, Oleh karena itu, memohon kritikan serta saran yang membangun terkhusus para pembaca.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Penulis, 25 September 2016










BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad
Saw demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Illahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah menyampaikann kepada para sahabatnya sebagai penduduk asli arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi mereka tentang ayat-ayat yang mereka terima, mereka langsung menanyakan kepada Rasullah. Diantara kemurahan Allah terhadap manusia ialah Dia tidak saja menganugerahkan fitrah yang suci yang dapat membimbingkan kepada kebaikan bahkan juga dari masa ke maa mengutus seorang Rosul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari Allah, mengajak manusia agar beribadah kepadaNya semata. Menyampaikan kabar gembira dan memberika peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk mebantah Allah setelah datangnya para Rasul.
B.      Judul Makalah
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang “ Do’a Tambahkan Ilmu “. Menyesuaikan dengan tugas yang telah penulis terima.
C.       Nash Dan Arti QS.Thahaa Ayat 114
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (١١٤
Artinya:
Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku”.
D.  Arti Penting Pengkajian Materi
Dalam surah At-thaha ayat 114 sangat penting untuk dikaji, bahwa allah menegaskan kepada Nabi saw untuk tidak tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an, yang mana kita juga diperintahkan seperti itu untuk tidak tergesa-gesa dan dapat menghafal, memahami serta mengamalkan apa yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Berkelanjutan dari ayat tersebut bahwasannya Nabi Muhammad saw berdoa agar ditambahkan ilmunya, karena setiap sesuatu hal yang baik harus diawali dengan sebuah Do’a, karena dengan do’a akan dipermudah dan dilancarkan dalam segala halnya.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Ilmu
“Ilmu” merupakan suatu istilah dari bahasa arab yaitu ‘alima yang terdiri dari huruf ‘ayn, lam, dan mim. Al-Qur’an sering menggunakan kata ini dalam berbagai sighat (pola), yaitu masdar, fi’il mudhari’, fi’il nahi, amar, isim fa’il, isim maful dan isim tafdil. Kata “Ilmu” juga berasal dari kata bahasa arab “ilm yang berarti pengetahuan yang merupakan lawan kata dari jahl yang mempunyai arti ketidaktahuan atau kebodohan.
Dalam pandangan Al-Qur’an, ilmu dapat membentuk sikap atau sifat-sifat manusia. Atau dengan kata lain, sikap atau karakter seseorang merupakan gambaran yang dimilikinya.Ilmu juga merupakan salah satu sifat dari Allah swt, karena dengan sifat itulah dia disebut dengan ‘Alim (yang maha tahu). Dia merupakan sumber utama dari ilmu.[1]
B.    Penafsiran surat At-thaha ayat 114
1)Tafsir Al-Maraghi
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (١١٤
Artinya: Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa membaca Al Qur'an




2)    Tafsir Al-Maraghi
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (١١٤
Artinya: Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku”.
v  Pengertian Secara Ijmal
Allah telah menceritakan bahwa dia telah menurunkan ayat-ayat yang mengandung ancaman dan memberitakan berbagai keadaan serta peristiwa menakutkan yang terjadi pada hari kiamat dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa dia menurunkan Al-Qur’an secara keseluruhan dalam satu pola sebagai bacaan berbahasa arab, agar orang-orang arab dapat memahami dan mengetahui struktur kalimatnya yang indah dan gaya bahasanya yang berada diluar kemampuan manusia untuk membuatnya. Kemudian, Allah menjelaskan kegunaan Al-Qur’an ini bagi para hambanyadan bahwa dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, maha suci dari segala sifat kekurangan, serta memelihara rasulnya dari lupa mengenai wahyu.
Larangan kepada Nabi saw. Untuk membaca Al-Qur’an dengan tergesa-gesa sebelum wahyu disempurnakan.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw, sangat innginmengambil Al-Qur’an dari Jibril as, maka dia tergesa-gesa membacanya karena takut lupa sebelum Jibril menyempurnakannya. Maka, beliau dilarang berbuat demikian, dan dikatakan padanya, “janganlah kamu tergesa-gesa membacanya sebelum disempurnakan mewahyukannya, agar kamu mengambilnya dengan mantap dan tenang. Dan berdoalah kepada tuhanmu agar dia menambahkan pemahaman dan pengetahuan.”

v Penjelasan Ayat

و كذلك انزلناه قرانل عربيا
   Sebagaiman kami telah menurunkan janji, ancaman dan keadaan hari kiamat dengan segala peristiwanya yang menakutkan, kami juga menurunkan Al-Qur’an secara keseluruhan dengan susunan kalimat bahasa Arab yang terang, agar bahasa Arab yang Al-Qur’an diturunkan kepada mereka dapat memahaminya dengan mempelajarinya dan mendapat kebahagiaan dengan mengamalkan isinya yang mengandung kebahagiaan bagi manusia didunia dan diakhirat.
وصرفنا فيه من الوعيد لعلهم يتقون او يحدث لهم ذكرا
               Dan kami takut-takuti mereka dengan berbagai ancaman yang terkandung didalamnya, agar mereka menjauhi syirik dan terhindar dari jatuh kedalam perbuatan maksiat dan dosa, agar melahirkan pengajaran yang menyeru mereka untuk melakukan ketaatan.
               Ringkasan : Dengan mengkajinya, apakah mereka akan mencapai suatu martabat, yakni meninggalkan perbuatan maksiat dan terhindar dari terjerumus kedalam dosa, atau akan naik kemartabat yang lebih tinggi, yaitu mengerjakan segala ketaatan dan kewajiban.
               Setelah mengagungkan kitabnya, selanjutnya Allah mengagungkan dirinya :

فتعالى الله الملك الحق
Maha suci Allah yang kuasa untuk memerintahkan dan melarang. Yang berhak untuk diharapkan janjinya dan ditakuti ancamannya, yaitu yang tetap dan berubah dari penurunan Al-qur’an kepada mereka tidak mengenal tujuan yang untuk itu ia turunkan yaitu mereka meninggalkan perbuatan maksiat dan melakukan segala ketaatan.
Ayat ini mengandung perintah untuk mengkaji Al-qur’an dan penjelasan segala anjuran dan larangan adalah siasat ilahiyah yang mengandung kemaslahatan dunia akhirat, hanya orang yang dibiarkan allah lah yang akan menyimpang daripadanya dan bahwa janji serta ancamannya yang dikandungnya benar seluruhnya, tidak dicampuri dengan kebatilan. Bahwa orang yang haq adalah orang yang mengikutinya dan orang yang batil adalah orang yang berpaling dari larangan-larangannya.
ولا تعجل بالقران من قبل ان يقضى اليك وحيه
Janganlah kamu tergesa-gesa membacanya didalam hatimu sebelum jibril selesai meyampaikannya kepadamu.
Diriwayatkan, apabila jibril menyampaikan Al-qur’an, kemudian Nabi saw mengikutinya dengan mengucapkan setiap huruf dan kalimat, karena beliau khawatir tidak dapat menghafalnya. Maka beliau dilarang berbuat demikian, karena barangkali mengucpkan kalimat akan membuatnya lengah untuk mendengarkan kalimat berikutnya.[2]
3)   Tafsir Al-Mishbah
Penempatan firmannya: (فتعالى الله الملك الحق)  maka Maha Tinggi Allah, Maharaja yang Haq antara uraian tentang Al-Qur’an yang diturunkan dengan bahasa Arab (ayat 113) dengan larangan tergesa-gesa membacanya (penggalan terakhir ayat 114), mengisyaratkan bahwa kandungannya adalah sesuatu yang sangat luhur dan tinggi serta haq lagi sempurna, serta harus diagungkan dengan mengikuti tuntutanny, karena Al-Qur’an bersumber dari yang Maha Tinggi dan dari Maharaja yang tunduk kepada nya semua makhluk Firmannya: من قبل ان يقضي اليك وحيه ) ) sebelum disempurnakan untukmu pewahyuannya, dapat dipahami dalam arti sebelum malaikat selesai membacakannya kepadamu. Diriwayatkan bahwa Nabi saw. Pernah tergesa-gesa membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebelum Jibril as. Menyelesaikan bacaannya. Sahabat Nabi saw, Ibn ‘Abbas, menguraikan bahwa Nabi saw. Seringkali mendahului Jibril as., sehingga beliau membaca Al-Qur’an sebelum selesai Jibril as. Membacanya, guna mengukuhkan hafalan beliau karena dikhawatirkn baliau lupa. (HR.Bukhari)
Pada ayat 114 ini merupakan tuntunan kepada Nabi Muhammad saw untuk tidak membacakan, yaitu menjelaskan makna pesan-pesan Al-Qur’an kepada sahabat-sahabat beliau setelah jelas buat beliau maknanya, baik setelah merenungkannya sungguh-sungguh maupun sebelum datangnya malaikat Jibril as. mengajarkan beliau tentang maknanya. Pendapat ini sangat sejalan dengan lanjutan ayat tersebut yang memerintahkan beliau berdoa agar ditambahkan ilmunya. Jika makna itu diterima, maka hal tersebut menjadi peringatan buat semua orang yang melibatkan diri dalam penafsiran Al-Qur’an agar berhati-hati dalam menafsirkannya. [3]
C.    Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
1.   Mengingatkan kepada kita agar berhati-hati dalam menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
2.   Meninggikan dan mengagungkan Al-Qu’an sebagai pedoman bagi manusia
3.   Mampu menghafal,memahami serta mengamalkan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.Selalu berdo’a ketika mencari ilmu
4.   Berusaha untuk mengingat isi kandungan ayat Al-Qur’an dengan cara mengamalkannya.



D.  Aspek Tarbawi
1.   Kandungan Al-Qur’an sangat luhur,tinggi,lagi hak, dan sempurna karena ia bersumber dari yang mahatinggi dan Maharaja yang tunduk kepadanya semua makhluk. Artinya bahwa Al-Qur’an harus diagungkan dengan mengikuti tuntunannya.
2.   Keharusan berhati-hati dalam menjelaskan kandungan Al-Qur’an. Tidak menafsirkannya mengikuti nafsu atau tanpa dasar ilmu yang dibutuhkan untuk penafsirannya.
3.   Rasa takut melupakan ayat Al-Qur’an adalah sesuatu yang terpuji, kendati demikian Nabi saw. Ditegur karena buat beliau tidak buat selain baliau, Allah telah menjamin bahwa beliau tidak akan melupakannnya.
4.   Betapapun tinggi kedudukan seseorang dan dalam ilmunya, ia hendaknya terus belajar, karena ilmu adalah samudera tak bertepi. Usaha menuntut ilmu itu hendaknya dikaitkan dengan Allah, karena tidak ada yang tidak dapat diketahui tanpa bantuannya.[4]









BAB II
PENUTUP
                                                                                          
A.      Kesimpulan
Didalam surat At-Thaha ayat 114 ini, dapat disimpulkan bahwa Maha Tinggi dan Maha Raja Allah memberi ancaman dan larangan terhadap perbuatan yang dilarang. Pada surat ini juga Allah telah menegaskan bahwa janganlah tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an, agar apa yang telah kita baca itu dapat dipahami, dan juga dihafal dengan tenang dan juga sempurna. 
Dan dalam lanjutan ayat tersebut kita juga diperintahkan mengikuti cara nabi yang berdoa untuk ditambahkan ilmunya, karena suatu hal kebaikan itu jika tidak diawali dengan doa maka kebaikan itu akan sia-sia dan tidak mendapat pahala.











DAFTAR PUSTAKA

Yusuf,Kadar,Tafsir Tarbawi(Jakarta:AMZAH,2013)
Musthofa, Ahmad Al-Maraghi.Terjemahan Tafsir Al-Maraghi(Semarang:Tohaputra,1989)
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah:pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati,2002)
M.Quraish Shihab, Aal-Lubab,(Jakarta:Lentera Hati.2012)





BIODATA





Ø  Nama                          : Nafis Ilma Safira
Ø  Tempat Tanggal Lahir : Pekalongan, 21 April 1998
Ø  Riwayat Pendidikan   : TK Masyitoh 7, Pabean Pekalongan
SDI Kauman Pekalongan
SMP Salafiyah Pekalongan
MA Darul Amanah, Ngadiwarno Sukorejo Kendal
                                                                                          







[1] Yusuf,Kadar,Tafsir Tarbawi(Jakarta:AMZAH,2013),hlm.18
[2] Musthofa, Ahmad Al-Maraghi.Terjemahan Tafsir Al-Maraghi(Semarang:Tohaputra,1989),hlm.267-269
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah:pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati,2002),hlm.377-378
[4] M. Quraish Shihab, Aal-Lubab,(Jakarta:Lentera Hati.2012),hlm.416

Tidak ada komentar:

Posting Komentar