METODE PEMBEAJARAN INKONVENSIONAL
Kelas G
PRODI PAI / JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugasnya dalam pembuatan makalah tentang “Metode
Pembelajaran Inkonvensional” yang digunakan sebagai salah satu tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar yang disampaikan oleh dosen pengampu Muhammad
Hufron, M.S.I
Penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Semoga makalah
ini bisa membantu bagi siapa saja yang membutuhkan sedikit pengetahuan tentang
“Metode Pembelajaran Inkonvensional”. Namun demikian,
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
kedepannya.Terima kasih.
Pekalongan, 02 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah gambaran
masyarakat kecil. Di dalamnya terdapat beberapa peserta didik yang
berbeda-beda. Dengan perbedaan itu seorang guru diharapkan dapat memberikn
pelajaran yang sama namun dapat diterima oleh peserta didik yang berbeda-beda
tersebut. Seorang
pendidik sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Seorang guru
hendaknya dalam menyampaikan materi pelajaran tidak monoton cara
penyampaiannya. Metode yang digunakan hendaknya bervariasi.
Untuk itulah para pendidik dituntut
juga menguasai materi dengan baik sekaligus mampu menyampaikan materi tersebut
dengan menggunakan metode yang baik pula, seperti
yang ada dalam macam-macam
metode inkonvensional. Untuk lebih
jelasnya kami akan membahas lebih lanjut tentang metode-metode pembelajaran
inkonvensional dalam makalah kami.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian dari Metode Inkonvensional?
2.
Sebutkan
Macam-macam Model Pembelajaran Inkonvensional?
3.
Jelaskan
Contoh Model Pembelajaran Inkonvensional?
4.
Bagaimana
Aplikasi Metode Inkonvensional?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode berasal dari bahasa Greek-Yunani, yaitu metha
yang berarti melalui atau meewati dan hodos yang berarti jalan atau
cara. Dari asal makna kata tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana
metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seorang guru dalam menyampaikan
ilmu pemgetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Memahami
pemaknaan metode tersebut maka dapat diambil pengertian tentang metode
pengajaran sesuai dengan yang diungkapkan oleh thouifuri bahwa metode
pengajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam menyamopaikan bahan ajar kepada
siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga
di peroleh hasil yang maksimal.[1]
Sedang metode mengajar inonvensional adalah suatu
metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
B.
Macam-macam
Metode Pembelajaran Inkonvensional
Macam-macam
pengajaran inkonvensional terdapat beberapa metode yang digunakan, yaitu:
1.
Metode
Pengajaran Modul
Modul adalah suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara
sistematis, operasional,
dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman
penggunaannya untuk para guru. Dalam formatnya, modul meliputi : pendahuluan,
tujuan pembelajaran, tes awal, pengalaman belajar, sumber belajar dan tes
akhir.[2]
Jadi modul adalah salah satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri, terdiri
dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu para siswa dalam
mencapai sejumlah tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan
operasional.
S. Nasution menyebutkan ada 4 tujuan
pengajaran modul:
a) Siswa dapat belajar sesuai dengan
kesanggupan dan menurut lamanya waktu yang digunakan mereka masing-masing
b) Siswa dapat belajar sesuai dengan cara
dan teknik mereka masing-masing
c) Memberikan peluang yang luas untuk
memperbaiki kesalahan dengan remedial dan banyaknya ulangan
d) Siswa dapat belajar sesuai dengan topik
yang diminati.[3]
2. Metode Pengajaran Berprogram
Pengajaran
berprogram adalah metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk memepelajari
materi tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara
berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Sebagai contoh metode ini adalah engajaran dengan menggunakan alat tape
recorder, fim, radio, komputer, internet dan lain-lainnya.
3.
Metode
Pengajaran Unit
Metode ini
disebut juga metode proyek, yang memberi makna bahwa metode pengajaran unit
adalah suatu sistem pengajaran yang berpusat pada suatu masalah dan di pecahkan
secara keseluruhan sehingga mempunyai arti. Dalam metode ini guru perlu
memperluas wawasan dalam menggunakan metode unit tersebut.[4]
4.
Metode
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
CBSA merupakan suatu proses kegiatan
belajar mengajar, dimana anak terutama mengalami keterlibatan intelektual
emosional, disarming keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar.
Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar beraneka ragam, seperti
mendegarkan ceramah, mendiskusikan, membuat suatu alat, membuat laporan
pelaksanaan-pelaksanaan tugas dan sebagainya. Keaktifan siswa yan bereda-beda itu
dapatlah dikelompokan atas aktivitas yang bersifat fisik dan aktivitas yang
bersifat nonfisik, seperti: mental, intelektual, dan emosional.
Kegiatan belajar mengajar tersebut memungkinkan
terjadinya:
a) Proses asimilasi dan akumulasi kognitif untuk
mencapai pengetahuan.
b) Perbuatan dan pengalaman langsung dalam
membentuk keteramilan.
c) Penghayatan dan proses internalisasi nilai
dalam rangka pembentukan nilai dan sikap.[5]
5.
Metode KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi)
KBK adalah
konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performance
tertentu (kompetensi), sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Ada 3 landasan
seacara teoritis kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
Pertama: adanya pergeseran pembelajaran kelompok ke arah
pembelajaran individual.
Kedua: pengembangan konsep belajar tuntas (mastery
learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery).
Ketiga: Pendefinisian terhadap bakat.
6.
Metode KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan)
KTSP merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakn oleh masing-masing satuan
pendidikan, terdiri dari guru, kepala sekolah, komite sekolah dan dewan
pendidikan.
Metode ini
direalasasikan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah,
karakteristik peserta didik. Adapun tujuan
KTSP adalah meningkatkan mutu pendidikan
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah, meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat, meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan
pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan di capai.[6]
C.
Beberapa
Contoh Metode Inkonvensional
1.
Card
Sort (Sortir Kartu)
Strategi ini merupakan kegatan kolaboratif yang bisa digunakan
untuk mengajarkan konep, karakteristik kasifikasi, fakta tentang obyek atau
mereview lmu yang telah diberkan sebelumnya. Gerakan fisk ang dominana dalam strategi ini dapat
membentu mendinamsir keas yang kelelahan.
Langkah-angkah:
a) Setiap siswa diberi potongan kertas yang
berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori.
b) Mintalah siswa untuk bergerak dan
berkeliling didalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama (anda
dapat mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau membiarkan siswa menemukan
sendiri).
c) Siswa dengan kategori yang sama diminta
mempresentaikan kategori masing-masing di depan kelas.
d) Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap
kategori tersebut, berikan poin-poin penting terkait dengan materi.
Variasi.
a) Minta setiap kelompok untuk melakukan
penjelasan tentang kategori yang mereka selesaikan.
b) Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim.
Beri tiap tim satu set kartu yang sudah diacak sehingga kategori yang mereka
sortir tidak nampak. Mintalah setiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut
kedalam kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang
disortir dengan benar.[7]
2.
Team
Quiz (Quiz Kelompok)
Strategi ini dapat meningkatkan tanggung jawab
belajar peserta didik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah:
a)
Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga
segmen.
b)
Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok, A,B dan C.
c)
Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran
yang anda sampaikan kemudian mulai presentasi. Batasi presentasi maksimal 10
menit.
d)
Setelah presentasi mintalah kelompok A menyiapkan
pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C
melihat catatan mereka.
e)
Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok B, dan bila tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar ke kelompok C.
f)
Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, dan
jika keompok C tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar ke kelompok B.
g)
Jika Tanya jawab ini selesai, lanjutkan pembelajaran kedua, dan
tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A.
h)
Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya,
lanjutkan pembelajaran ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya.
i)
Akhiri pembelajaran dengan menyampaikan tanya jawab
dan jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru.[8]
3.
Point-Counterpoint
(Debat Pendapat)
Strategi ini sangat baik dipakai unuk
melibatkan peserta didik dalam mendiskusikan isu-isu komplek secara mendalam.
Strategi ini mirip dengan debat, hanya saja dikemas dalam suasana yang tidak
teralu formal.
Langkah-langkah:
a)
Pilihlah isu-isu yang mempunyai banyak perspektif.
b)
Bagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok sesuai
dengan jumlah pespektif yang telah anda tentukan.
c)
Minta masing-masing kelompok untuk menyiapkan
argumen-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili.
d)
Kumpulkan kembali semua peserta didik dan perintahkan
mereka untuk duduk berdekartan dengan teman-teman satu kelompok.
e)
Mulai debat dengan mempersilahkan kelompok mana saja
yang akan memulai.
f)
Setelah salah seorang peserta didik menyampaikan satu argumen
sesuai dengan pandangan yang diwakili oleh kelompoknya, mintalah tanggapan,
bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.
g)
Lanjutkan proses ini samapi waktu yang memungkinkan.
h)
Rangkum sebat yang baru saja diaksanakan dengan
menggaris bawahi atau mungkin mencari titik temu dari argumen-argumen yang
muncul.[9]
4.
Jigsaw
Learning (Belajar Model Jiqsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika
materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi
tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan
seluruh siswa dalam beajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Langkah-langkah:
a) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi
menjadi beberapa bagian (segmen)
b) Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan jumlah segmen yang ada.
c) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami
materi pelajaran yang berbeda-beda.
d) Setiap kelompok mengirimkan
anggota-anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari
di kelompok.
e) Kembalikan suasana kelas seperti semula
kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam
kelompok.
f) Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa
untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.[10]
5.
Peta
Pikiran (Mind Maps)
Pemetaan pikiran adalah cara kreatif bagi
peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran
atau merencanahan penelitian baru. Dengan memerintahkan peserta didik membuat
peta pikiran memudahkan mereka untuk mengidentifikas secara jelas dan kreatif
apa yang telah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan.
Prosedure:
a)
Pilih topik untuk pemetaan pikiran.
b)
Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana
yang menggunakan warna, khayalan atau simbol. Ajaklah peserta didik untuk
menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang dapat
mereka petakan.
c) Berikanlah kertas, pen dan sumber-sumber
yang lain yang kamu pikir akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang
berwarna dan grafis. Tunjukkan
bahwa meraka mulai peta mereka dengan membuat pusat majalah bergambar yang
menggambarkan
topic atau ide utama. Kemudian berilah mereka semangat untuk membagi-bagi
seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan menggambarkan
komponen-komponen ini sekitar batas luar peta (dengan menggunkan warna dan
grafis). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara tergambar,
dengan menggunakan sedikit mungkin kata-kata.
d)
Berikanlah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk
mengembangkan peta pikiran mereka.
e)
Perintahkan peserta didik untuk saling membagi peta
pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan
ide-ide.[11]
D. Aplikasi metode
inkonvensional
Metode ini
merupakan jenis metode pengajaran yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern, atau dengan kata lain metode ini selalu mengikuti
perkembangan zaman , dimana dengan semakin berkembangnya kebutuhan siswa, guru
hanya menjadi seorang motivator, dan fasilitator, yang mana metode ini menuntut
siswa agar lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran, guru hanya
memberi arahan dan bimbingan. Contohnya yaitu metode team quiz, card sort,
jigsaw learning, point counter point, mean mind maps, dimana dalam semua metode
tersebut, siswalah yang dituntut untuk lebih aktif dibandingkan guru.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Metode mengajar inkonvensional adalah suatu
metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Adapun Macam-macam metode
pengajaran inkonvensional adalah sebagai berikut :
a)
Metode pengajaran modul
b)
Metode pengajaran
berpogram
c)
Metode pengajaran
unit
d)
Metode pengajaran
CBSA (cara belajar siswa aktif)
e)
Metode pengajaran KBK (kurikulum berbasis kompetensi)
f)
Metode pengajaran
KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan)
Adapun contoh dari metode inkonvensional adalah sebagai berikut:
a) Kartu sortir (card sort)
b) Point-Counterpoin
c) Jigsaw Learning
d) Team Quiz
e) Peta Pikiran (Mind Maps)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko
Tri Prasetyo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1997.
Mustakim, Zaenal. 2015. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Press.
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: PT. Ciputat Press.
Usman, M. Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Zaini, Hizyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insan Mandiri.
PROFIL
Nama :
Ria ovika sriani
NIM :
2021114142
Alamat :
Blimbing, kec. Ampelgading, kab. Pemalang
TTL :
Pemalang, 30 september 1996
Agama : lslam
Hobi :
Olahraga
Riwayat Pendidikan : TK 01 WONOGIRI
SDN 01 WONOGIRI
SMPN 01 AMPELGADING
SMA PMS KENDAL
Nama :
Milka Ayu Kamala
NIM :
2021114148
Alamat :
Dk. Winduaji Barat Ds.Winduaji Kec.Paninggaran Kab. Pekalongan
TTL :
Pekalongan, 25 Maret 1995
Agama : Islam
Riwayat
Pendidikan : SD WINDUAJI 02
Mts
Salafiyah Paninggaran
SMA
1 Paninggaran
IAIN
Pekalongan
Nama : Khafidhotul Firoh
NIM :
2021114149
TTL :
Batang, 25 November 1995
Alamat :
Dukuh Gepret, Desa Durenombo, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang.
Motto :
Belajar dari hati untuk mencapai prestasi
Nama : Nita Setiana
NIM : 2021114151
TTL : Pekalongan, 29 februari 1996
RiwayatPendidikan :
- TK BudhiAsih, DS. Pringsurat, KecKajen,
KabPekalongan
- SDN 01 Pringsurat, KecKajen, Kabpekalongan
-
SMPN 04 Kajen, Kabpekalongan
-
SMA YapendaKaranganyar, KabPekalongan
-
IAIN Pekalongan
Facebook : Nita Setiana
Hobby : Membaca
Motto :
·
Hidup adalah berjuang dan berusaha menjadi
lebih baik.
·
Ubahlah dunia dengan menulis.
[3]
M. Basyiruddin
Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm.63-65
[5] Abu Ahmadi dan
Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1997), hlm.120-121)
[7] Ahmad Sabri, Strategi
Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta: PT. Ciputat Press), hlm.
134-135
[8]
Hizyam Zaini
dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri,
2008),hlm. 54-55
[10]
Ahmad Sabri, Op.Cit.,
hlm.135-136
[11]
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Press, 2015), hlm. 142-143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar