Laman

new post

zzz

Minggu, 16 Oktober 2016

sbm H 6 METODE PEMBEAJARAN INKONVENSIONAL

METODE DALAM STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
"INKONVENSIONAL"

 Masni     Nur Aini

 Chanif Ahmad Fahrezi 

Kelas : H
  
JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA  ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, Hidayah, serta Inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini dengan ridho-Nya. Syukur Alhamdulilah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Strategi Balajar Mengajar ini sesuai dengan rencana. Tugas ini membahas tentang “METODE DALAM STRATEGI BELAJAR MENGAJAR : INKONVENSIONAL”.Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I  selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing kami. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan tugas ini hingga selesai.
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan tugas ini terdapat banyak kekurangan dan  kesalahan didalamnya. Kami mengharap saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan tugas-tugas selanjutnya.
Semoga tugas ini dapat bermaanfaat bagi penulis  khususnya dan umumnya bagi para pembaca. Amin Yaa Robbal’alamin.


Pekalongan,14 Oktober 2016

Penulis


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR. i
DAFTAR ISI ii

BAB I iii
PENDAHULUAN.. iii
A.      Latar Belakang. iii
B.      Rumusan Masalah

. iiiBAB II 1
PEMBAHASAN.. 1
A.      Pengertian Metode Mengajar 1
B.      Kedudukam Metode dalam Belajar Mengajar 1
C.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode. 2
D.     Metode Belajar Mengajar Inkonvensional 3
g.      Contoh metode inkonvensional 5

BAB III 7
PENUTUP. 7
Kesimpulan. 7

DAFTAR PUSTAKA. 8





BAB I : PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat, menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satu cara yang dilakukan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan, yang saat ini memunculkan perkembangan berbagai model pembelajaran yang dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan.Dengan begitu model-model pembelajaran tradisional pun kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern.
Sejalan dengan permasalahan tersebut, memunculkan metode-metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dikenal dengan sebutan metode belajar inkonvensional. Metode ini diantaranya metode pengajaran modul, pengajaran berprograma, pengajaran unit, metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan metode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang akan dibahas dalam makalah sederhana ini.

B.          Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.     Apa pengertian Metode Mengajar?
2.     Bagaimana Kedudukan Metode dalam Mengajar?
3.     Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode? 
4.     Bagaimana metode belajar mengajar inkonvensional?
5.     Apa Contoh metode inkonvensional?



BAB II : PEMBAHASAN

A.          Pengertian Metode Mengajar

Metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metoe diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata mengajar sendiri berarti memberi pelajaran.
Jadi, metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usahaa guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.
Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, fungsi-fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam sistem pengajaran.[1]

B.          Kedudukam Metode dalam Belajar Mengajar

1.   Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M. (1988; 90) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.
2.   Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar menurut Dra. Roestiyah, N.K. (1989; 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkahnya adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar, karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama dan juga memiliki daya serap yang berbeda terhadap materi yang diberikan.
3.   Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang, artinya metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia permusan tujuan tersebut.[2]

C.          Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode

a.    Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode tunduk pada tujuan bukan sebaliknya.
b.   Materi pelajaran
Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.
c.    Peserta didik
Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yng berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode belajar yang akan digunakan.
d.   Situasi
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi. Oleh karena itu, pada waktu tertentu guru melakukan proses pembeljaran di luar kelas atau di alam terbuka.
e.    Fasilitas
Fasilitas sangat penting guna berjalannya proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, ketidaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat.
f.    Guru
Setiap guru memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh latar belakang pendidikan, untuk itu menjadi seorang guru pada intinya harus memiliki jiwa yang profesional. Dengan memiliki jiwa keprofesionalan dalam menyampaikan pelajaran atau dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.[3]

D.         Metode Belajar Mengajar Inkonvensional

Metode mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, seperti: metode pengajaran modul, pengajaran berprograma, pengajaran unit, metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan metode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
a.    Metode Pengajaran Modul
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Dalam formatnya modul meliputi: pendahuluan, tujuan pembelajaran, tes awal, pengalaman belajar, sumber belajar, dan tes akhir.
Untuk guru inisiator hendaknya memperhatikan format tersebut apabila menggunakan modul dalam pengajarannya. Guru perlu apersepsi dalam pendahuluan, perlu adanya tes awal sebagai persiapan belajar siswa, pelaksanaan pengajaran yang interaktif antara guuru dengan siswa dengan siswa, sumber belajar meliputi berbagai macam (tidak hanya guru), dan dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui sejauh mana siswa menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan guru.
b.   Metode Pengajaran Berprogram
Metode pengajaran berprogram adalah metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam pengajaran ini siswa mempelajari sendiri uraian tertulis, kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan (yang biasanya tertulis pula), dan atas jawaban tersebut siswa segera mendapat umpan balik.
Sebagai contoh metode ini adalah pegajaran dengan menggunakan alat tape recorder, film, radio, komputer, internet dan lain-lainnya. Namun demikian, bukan berarti guru tidak berfungsi atau tidak dipakai lagi, alat tersebut hanya sebagai pmbantu guru untuk lebih mudah dan cepat memahamkan siswanya. Disinilah guru inisiator hendaknya melengkapi diri dengan media pengajaran yang representatif.
c.    Metode Pengajaran Unit
Metode ini juga disebut metode proyek yang memberi makna bahwa metode pengajaran unit adalah suatu sistem pengajaran yang terpusat pada suatu masalah dan dipusatkan secara keseluruhan sehingga mempunyai arti. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ini mempunyai kriteria; adanya tujuan yang luas dan menyeluruh, perencanaan bersama, berpusat pada suatu masalah, dan berpusat pada siswa.
Untuk guru inisiator perlu memperluas wawasan dalam menggunakan metode unit tersebut. karena bagaimanapun siswa menjadi pusat pembelajaran ketika dihadapkan pada suatu masalah (pelajaran) untuk dapat dipecahkan dalam berbagai sudut pandang.
d.   Metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) adalah metode pengajaran yang menuntutkeaktifan dan partisipasi subyek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektifdan efisien. dalam metode ini guru tidak boleh menganggap siswa sebagai anak kecil yang tidak bisa mandiri dalam belajar, akan tetapi guru sebagai mitra siswa untuk bersama-sama aktif dalam proses pembelajaran.
Gibbs (1972) dikutip E. Mulyasa menyatakan bahwa untuk merealisasikan peningkatan keaktifan belajar siswa perlu ditempuh langka-langkah sebagai berikut:
1)          Dikembangkan rasa percaya diri kepada para peserta didik dan mengurangi rasa takut.
2)          Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah.
3)          Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya.
4)          Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
5)          Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
e.    Metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performance tertentu (kompetensi), sehingga hasinya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dalam KBK ini kemampuan siswa diharapkan seimbang antara pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kompetensi pengetahuan (kognitif) bertujuan menguasai pengetahuan melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Kemampuan sikap (afektif) bertujuan mampu menyikapi segala persoalan dengan sikap yang tenang, tidak emosional. kemampuan keterampilan (psikomotorik) menekankan pada penggunaan fisik dengan tujuan terampil melaksanakan pekerjaan.
Ada tiga landasan secara teoritis Kurikulum Berbasis Kompettensi, yaitu: Pertama: adanya pergeseran pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Kedua: pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah suatu falsafah pemelajaran yangmengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. Ketiga: pendefinisian kembali terhadap bakat.
f.    Metode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, terdiri dari guru, kepala sekolah, Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. untuk merealisasikan KTSP ini tentu disesuaikan dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik peserta didik. Adapun tujuan KTSP adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan insiatif sekolah, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat, meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

g.           Contoh metode inkonvensional

1.           Kartu Sortir (Card Sort)
Ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek atau mengulangi informasi. gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberikan energi kepada kelas yang telah letih.
2.           Tim Quiz (Team Quiz)
Teknik inimeningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik untuk apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.


3.           Poin Kaunterpoin (Point-Counterpoint)
Kegiatan ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat.[4]
4.           Belajar Melalui Jigso (Jigsaw Learning)
Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. ini adalah alternatif, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. setiap peserta didik mempelajari suatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian. strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.[5]
5.           Peta Pikiran (Mind Maps)
Pemetaan pikiran adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan peserta didik membuat peta pikiran memudahkan mereka untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan.[6]



6.            


BAB III

PENUTUP


Kesimpulan

Metode mengajar inkonvensional merupakan suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, seperti: metode pengajaran modul, pengajaran berprograma, pengajaran unit, metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan metode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Contoh metode inkonvensional :
1.     Kartu Sortir (Card Sort)
2.     Tim Quiz (Team Quiz)
3.     Poin Kaunterpoin (Point-Counterpoint)
4.     Belajar Melalui Jigso (Jigsaw Learning)
5.     Peta Pikiran (Mind Maps)





DAFTAR PUSTAKA


Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh, dkk.2009. Strategi Belajar Mengajar ¾Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum &Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Mustakim, Zaenal. 2015. Strategi dan Metode Pembelajaran.Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Zaini, Hisyam, dkk. 2008.Strategi Pembelajaran Aktif . Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.











PROFIL

Nama                    : MASNI
NIM            : 2021114217
TTL             : Pekalongan, 28 November 1996
Alamat        : Kertijayan Gang 5 Buaran Pekalongan

Nama                    : NUR AINI SOBAH
NIM            : 2021114193
TTL             : Pekalongan, 14 Januari 1997
Alamat        : Kradenan Gg.3 Pekalongan Selatan
Nama                    :CHANIF AHMAD FAHREZI
NIM            : 2021114201
TTL             :Pemalang, 19 Mei 1996
Alamat        : Ds. Tasikrejo Kec. Ulujami, Pemalang






[1] Pupuh Fathurrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar ¾Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum &Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 55.
[2] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 82-93.
[3] Pupuh Fathurrohman, dkk, Op., Cit, hlm. 60-61.
[4]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2015), hlm. 134­141.
[5]Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 56.
[6]Zaenal Mustakim., Op.Cit. hlm. 142.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar