METODE DALAM STRATEGI BELAJAR
MENGAJAR
"INKONVENSIONAL"
Kelas : H
JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Taufik, Hidayah, serta Inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga kita bisa
menjalani kehidupan ini dengan ridho-Nya. Syukur Alhamdulilah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Strategi Balajar Mengajar ini sesuai dengan rencana. Tugas ini
membahas tentang “METODE DALAM STRATEGI BELAJAR MENGAJAR : INKONVENSIONAL”.Selanjutnya
kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata
kuliah yang telah membimbing kami. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan tugas ini hingga selesai.
Kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan didalamnya.
Kami mengharap saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan
tugas-tugas selanjutnya.
Semoga tugas
ini dapat bermaanfaat bagi penulis
khususnya dan umumnya bagi para pembaca. Amin Yaa Robbal’alamin.
Pekalongan,14 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Mengajar
B. Kedudukam Metode dalam Belajar Mengajar
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
D. Metode Belajar Mengajar Inkonvensional
g. Contoh metode inkonvensional
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan, pendidikan memegang
peranan penting, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan perkembangan dunia
pendidikan yang semakin pesat, menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan guna meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan salah satu cara yang dilakukan adalah dengan pembaharuan sistem
pendidikan, yang saat ini memunculkan perkembangan berbagai model pembelajaran
yang dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan.Dengan begitu model-model
pembelajaran tradisional pun kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang
lebih modern.
Sejalan dengan permasalahan
tersebut, memunculkan metode-metode mengajar yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dikenal dengan sebutan
metode belajar inkonvensional. Metode ini diantaranya metode pengajaran modul,
pengajaran berprograma, pengajaran unit, metode CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif), metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan metode KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan), yang akan dibahas dalam makalah sederhana ini.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Metode Mengajar?
2.
Bagaimana Kedudukan Metode dalam Mengajar?
3.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode?
4.
Bagaimana metode belajar mengajar inkonvensional?
5.
Apa Contoh metode inkonvensional?
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Mengajar
Metode
secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metoe diartikan
sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Kata mengajar sendiri berarti memberi pelajaran.
Jadi,
metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan metode berkaitan langsung
dengan usaha-usahaa guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara
optimal.
Makin
tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif
pula pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, fungsi-fungsi metode
mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode mengajar tersebut turut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian
yang integral dalam sistem pengajaran.[1]
B.
Kedudukam Metode dalam Belajar Mengajar
Motivasi
ekstrinsik menurut Sardiman. A.M. (1988; 90) adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Penggunaan metode
yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik
dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.
2.
Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam
kegiatan belajar mengajar menurut Dra. Roestiyah, N.K. (1989; 1), guru harus
memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien,
mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkahnya adalah harus
menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar, karena dalam kegiatan
belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang
relatif lama dan juga memiliki daya serap yang berbeda terhadap materi yang
diberikan.
3.
Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Antara
metode dan tujuan jangan bertolak belakang, artinya metode harus menunjang
pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia permusan tujuan
tersebut.[2]
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
a.
Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan
adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Karakteristik
tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode
tunduk pada tujuan bukan sebaliknya.
b.
Materi pelajaran
Materi
pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.
c.
Peserta didik
Peserta
didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yng berbeda-beda, baik
minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan
harapan terhadap masa depannya. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap
penentuan metode belajar yang akan digunakan.
d.
Situasi
Situasi
kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru
harus teliti dalam melihat situasi. Oleh karena itu, pada waktu tertentu guru
melakukan proses pembeljaran di luar kelas atau di alam terbuka.
e.
Fasilitas
Fasilitas
sangat penting guna berjalannya proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena
itu, ketidaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat.
f.
Guru
Setiap
guru memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan dan pengalaman
mengajar yang berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh
latar belakang pendidikan, untuk itu menjadi seorang guru pada intinya harus
memiliki jiwa yang profesional. Dengan memiliki jiwa keprofesionalan dalam
menyampaikan pelajaran atau dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.[3]
D.
Metode Belajar Mengajar Inkonvensional
Metode mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, seperti:
metode pengajaran modul, pengajaran berprograma, pengajaran unit, metode CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan
metode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
a.
Metode Pengajaran Modul
Modul
adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh
peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Dalam
formatnya modul meliputi: pendahuluan, tujuan pembelajaran, tes awal,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan tes akhir.
Untuk
guru inisiator hendaknya memperhatikan format tersebut apabila menggunakan
modul dalam pengajarannya. Guru perlu apersepsi dalam pendahuluan, perlu adanya
tes awal sebagai persiapan belajar siswa, pelaksanaan pengajaran yang
interaktif antara guuru dengan siswa dengan siswa, sumber belajar meliputi
berbagai macam (tidak hanya guru), dan dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui
sejauh mana siswa menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan guru.
b.
Metode Pengajaran Berprogram
Metode
pengajaran berprogram adalah metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk
mempelajari materi tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan
secara berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam pengajaran ini
siswa mempelajari sendiri uraian tertulis, kemudian memberikan jawaban atas
pertanyaan (yang biasanya tertulis pula), dan atas jawaban tersebut siswa
segera mendapat umpan balik.
Sebagai
contoh metode ini adalah pegajaran dengan menggunakan alat tape recorder, film,
radio, komputer, internet dan lain-lainnya. Namun demikian, bukan berarti guru
tidak berfungsi atau tidak dipakai lagi, alat tersebut hanya sebagai pmbantu
guru untuk lebih mudah dan cepat memahamkan siswanya. Disinilah guru inisiator
hendaknya melengkapi diri dengan media pengajaran yang representatif.
c.
Metode Pengajaran Unit
Metode
ini juga disebut metode proyek yang memberi makna bahwa metode pengajaran unit
adalah suatu sistem pengajaran yang terpusat pada suatu masalah dan dipusatkan
secara keseluruhan sehingga mempunyai arti. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa metode ini mempunyai kriteria; adanya tujuan yang luas dan menyeluruh,
perencanaan bersama, berpusat pada suatu masalah, dan berpusat pada siswa.
Untuk
guru inisiator perlu memperluas wawasan dalam menggunakan metode unit tersebut.
karena bagaimanapun siswa menjadi pusat pembelajaran ketika dihadapkan pada
suatu masalah (pelajaran) untuk dapat dipecahkan dalam berbagai sudut pandang.
d.
Metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Metode
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) adalah metode pengajaran yang menuntutkeaktifan
dan partisipasi subyek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah
tingkah lakunya secara lebih efektifdan efisien. dalam metode ini guru tidak
boleh menganggap siswa sebagai anak kecil yang tidak bisa mandiri dalam
belajar, akan tetapi guru sebagai mitra siswa untuk bersama-sama aktif dalam
proses pembelajaran.
Gibbs
(1972) dikutip E. Mulyasa menyatakan bahwa untuk merealisasikan peningkatan
keaktifan belajar siswa perlu ditempuh langka-langkah sebagai berikut:
1)
Dikembangkan rasa percaya diri kepada para peserta didik dan
mengurangi rasa takut.
2)
Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi
ilmiah secara bebas dan terarah.
3)
Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan
evaluasinya.
4)
Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
5)
Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
e.
Metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performance
tertentu (kompetensi), sehingga hasinya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dalam KBK ini
kemampuan siswa diharapkan seimbang antara pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Kompetensi pengetahuan (kognitif) bertujuan menguasai pengetahuan melalui
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Kemampuan sikap (afektif)
bertujuan mampu menyikapi segala persoalan dengan sikap yang tenang, tidak
emosional. kemampuan keterampilan (psikomotorik) menekankan pada penggunaan
fisik dengan tujuan terampil melaksanakan pekerjaan.
Ada
tiga landasan secara teoritis Kurikulum Berbasis Kompettensi, yaitu: Pertama:
adanya pergeseran pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Kedua:
pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar
sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah suatu falsafah
pemelajaran yangmengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat, semua
peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan hasil yang
baik. Ketiga: pendefinisian kembali terhadap bakat.
f.
Metode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
KTSP
merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan, terdiri dari guru, kepala sekolah, Komite
Sekolah dan Dewan Pendidikan. untuk merealisasikan KTSP ini tentu disesuaikan
dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik peserta didik.
Adapun tujuan KTSP adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
insiatif sekolah, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat,
meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
g.
Contoh metode inkonvensional
1.
Kartu Sortir (Card Sort)
Ini
merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep,
penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek atau mengulangi informasi.
gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberikan energi kepada
kelas yang telah letih.
2.
Tim Quiz (Team Quiz)
Teknik
inimeningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik untuk apa yang mereka
pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
3.
Poin Kaunterpoin (Point-Counterpoint)
Kegiatan
ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan
pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Format tersebut mirip
dengan sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat.[4]
4.
Belajar Melalui Jigso (Jigsaw Learning)
Jigsaw
learning merupakan
sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran
dari kelompok ke kelompok” (group-to-group exchange) dengan suatu
perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. ini adalah
alternatif, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan
di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. setiap
peserta didik mempelajari suatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah
dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang
bertalian atau keahlian. strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian
dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.[5]
5.
Peta Pikiran (Mind Maps)
Pemetaan
pikiran adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk
menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran atau merencanakan penelitian baru.
Dengan memerintahkan peserta didik membuat peta pikiran memudahkan mereka untuk
mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari dan
apa yang sedang mereka rencanakan.[6]
6.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode mengajar inkonvensional
merupakan suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, seperti: metode pengajaran modul, pengajaran
berprograma, pengajaran unit, metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), metode
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan metode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Contoh metode inkonvensional :
1.
Kartu Sortir (Card Sort)
2.
Tim Quiz (Team Quiz)
3.
Poin Kaunterpoin (Point-Counterpoint)
4.
Belajar Melalui Jigso (Jigsaw Learning)
5.
Peta Pikiran (Mind Maps)
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Fathurrohman,
Pupuh, dkk.2009. Strategi Belajar Mengajar ¾Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep
Umum &Konsep Islami. Bandung:
PT Refika Aditama.
Mustakim,
Zaenal. 2015. Strategi dan Metode Pembelajaran.Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press.
Zaini, Hisyam,
dkk. 2008.Strategi Pembelajaran Aktif . Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
PROFIL
Nama :
MASNI
NIM : 2021114217
TTL : Pekalongan, 28
November 1996
Alamat : Kertijayan
Gang 5 Buaran Pekalongan
Nama : NUR AINI SOBAH
NIM : 2021114193
TTL : Pekalongan,
14 Januari 1997
Alamat : Kradenan Gg.3
Pekalongan Selatan
Nama :CHANIF
AHMAD FAHREZI
NIM : 2021114201
TTL :Pemalang, 19
Mei 1996
Alamat : Ds. Tasikrejo
Kec. Ulujami, Pemalang
[1] Pupuh Fathurrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar ¾Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum &Konsep
Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 55.
[2] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 82-93.
[3] Pupuh Fathurrohman, dkk, Op., Cit, hlm. 60-61.
[4]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2015), hlm. 134141.
[5]Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif(Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 56.
[6]Zaenal Mustakim., Op.Cit. hlm. 142.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar