TUJUAN “KHUSUS” PENDIDIKAN
SIFAT-SIFAT MUKMIN : ( Q.S Al-Fath : 29 )
Luthfi Maulana (2021115195)
Kelas B
FAKULTAS TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayahNya kepada seluruh
umat manusia dengan nikmat Iman,nikmat sehat dan nikmat waktu yang diberikan
khususnya pada saya yang tiada terkira.Sholawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang kelak kita nantikan syafaatnya di Yaumul
Qiyamah.
Saya
selaku penulis yang diberi mandat untuk menulis sebuah Makalah yang mempunyai judul
besar ”Tujuan ”Khusus” Pendidikan Al-Quran” dengan Sub tema “Sifat-Sifat Mukmin”dengan
Tafsir Q.S Al-Fath ayat 29 memberi apresiasi tertinggi kepada seluruh pihak
yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah tersebut.Yang pertama dan yang
paling utama saya mengucapkan Terimakasih kepada Allah SWT yang selalu memberi
kemudahan dalam segala hal.Yang kedua diucapkan Terimakasih kepada Bpk Muhammad
Hufron M.S.I yang telah menyampaikan Ilmu dalam Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I
dengan bimbingan yang tiada habisnya.Yang terakhir saya mengucapkan terimakasih
kepada kedua Orang Tua saya yang selalu mensuport saya dalam mencari ilmu lewat
iringan doa-doanya serta teman-teman seperjuangan yang saling bahu-membahu
dalam aktifitas perkuliahan.
Semoga
makalah yang saya buat dapat memberi dampak positif kepada seluruh
pembaca,terlebih dalam bidang penambahan Ilmu Pengetahuan yang berguna untuk
kehidupan sekarang dan yang datang (Akhirat).
Pekalongan,30
September 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupannya,
manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari nilai-nilai kebenaran yang
sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan berbagai macam
persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan Iptek yang
pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia pun semakin
sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat kita manusia tidak bisa
menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita pasti lebih memilih
lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti
minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang
melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.
Di sinilah iman dengan
keteladanan Rasulullah SAW yang mencontohkan sifat-sifat mukmin harus kita itu mengambil perannya sebagai jalan keluar
atau solusi untuk menyelesaikan Pradigma permasalahan kehidupan tersebut. Melalui
makalah yang berjudul “Tujuan “Khusus” Pendidikan Al-Quran “ dengan Sub Tema
“Sifat-Sifat Mukmin” dalam Q.S Al-Fath ayat 29
semoga segala permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan,dengan memegang
konsep Iman lewat keteladanan Rasullullah SAW agar bisa menjadi Mukmin
seutuhnya karna Iman tersebut memegang peranan penting bagi kehidupan
manusia di dunia dan akhirat lewat Pondasi
Iman dalam beragama.
B. Judul Makalah
Makalah ini berjudul ”Tujuan
”Khusus” Pendidikan Al-Quran” dengan Sub Tema “Sifat-Sifat Mukmin” sesuai judul yang menjadi tugas untuk saya dengan
Tafsir Q.S Al_Fath ayat 29
C. Nash dan Terjemahan Q.S Al-Fath ayat 29
Artinya : “Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.”{Q.S Al-fath :29}
D. Arti Penting Q.S Al-Fath :29
Surah Al-Fath (Arab ; الفتح , "Kemenangan")
adalah surah ke-48 dalam Al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Madaniyah
yang terdiri atas 29 ayat. Dinamakan Al-Fath yang berarti Kemenangan
diambil dari perkataan Fat-han yang terdapat pada ayat pertama surah ini.
Sebagian besar dari ayat-ayat surah ini menerangkan hal-hal yang berhubungan
dengan kemenangan yang dicapai Nabi Muhammad SAW dalam
peperangannya.
Nabi Muhammad sangat gembira
dengan turunnya ayat pertama surat ini. Kegembiraan ini dinyatakan dalam sabda
dia yang diriwayatkan Sahih Bukhari; Sesungguhnya telah diturunkan
kepadaku satu surat, yang surat itu benar-benar lebih aku cintai dari seluruh
apa yang disinari matahari. Kegembiraan Nabi Muhammad itu ialah
karena ayat-ayatnya menerangkan tentang kemenangan yang akan diperoleh Muhammad
dalam
perjuangannya dan tentang kesempurnaan nikmat Allah kepadanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
1. Pengertian
Mukmin/Mu'min
(bahasa Arab: مؤمن) adalah istilah
Islam dalam bahasa Arab yang sering disebut dalam Al-Qur'an, berarti
"orang beriman", dan merupakan seorang Muslim yang dapat memenuhi
seluruh kehendak Allah, dan memiliki iman kuat dalam hatinya. Selain itu, ada
pendapat lain yang menyatakan bahwa mu'min tidak serta-merta berarti
"orang beriman" namun orang yang menyerahkan dirinya agar diatur
dengan Din Islam. Selain itu, mu'min juga dapat dikatakan orang yang memberikan
keamanan atas Muslim.[1]
2. Sifat-Sifat Orang Mukmin
Sifat – sifat yang
dimiliki oleh seorang mukmin,yaitu:[2]
1.
Memiliki
Rasa Takut di Dalam Hatinya
Allah Ta’ala
berfirman
إِنَّمَا
ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2)
Hanya orang
yang beriman jika disebutkan nama Allah, muncul rasa takut dalam hatinya. Rasa
takutnya sebagai bentuk mengagungkan Allah.
Sebagai
contoh, jika ada seseorang yang berkeinginan melakukan maksiat, kemudian ia
teringat Allah atau ada yang mengingatkannya dengan mengatakan, “bertakwalah
anda kepada Allah”, maka dia adalah seorang yang mukmin. Rasa takut tersebut
adalah ciri-ciri orang yang beriman.
2.
Adanya
Tambahan Iman ketika Ayat Quran Dibacakan
Allah Ta’ala
berfirman
وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا
“dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.
Al-Anfal: 2)
Hal ini
menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al Qur’an dibaca baik oleh
dirinya ataupun orang lain, ia dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya rasa
iman.
Sebagaimana
RasulullahShallallahu ‘alaihi Wasallam pernah memerintahkan Ibnu
Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an, lantas Ibnu Mas’ud bertanya, “Bagaimana
aku membacakan Al Qur’an sedang Al Qur’an diturunkan untukmu?”
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wasallam pun menjawab, “Sungguh aku senang mendengar bacaan Al
Qur’an dari orang lain.” Ibnu Mas’ud pun membaca surah An-Nisa, tatkala
sampai pada ayat 41,
فَكَيْفَ
إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ
شَهِيدًا
“Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang
saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai
saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS. An-Nisa: 41).
Maka Nabi
mengatakan, “Cukup” Aku pun memandangi Nabi dan melihat mata beliau
berlinangan air mata. (HR. Al-Bukhari)
Potongan
ayat ke-2 surah Al-Anfal di atas menjadi dalil bahwa rasa iman bisa bertambah
dan bisa berkurang. Karena akidah ahlusunnah adalah iman itu bertambah dengan
melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat.
Dicontohkan dalam ayat di atas adalah
melakukan ketaatan dengan mendengarkan bacaan al quran. Adapun kelompok
murji’ah yang memiliki penyimpangan dalam akidah ini, mengatakan bahwa rasa
iman tidak dapat bertambah maupun berkurang, dan ini adalah akidah yang keliru.
Kisah Ibnu
Mas’ud di atas juga menunjukkan betapa lembutnya hati Nabi, tatkala beliau
dibacakan Al Qur’an, hati beliau terenyuh sehingga berlinanglah air mata
beliau.
3.
Tawakkal
Hanya kepada Allah
Allah Ta’ala
berfirman
وَعَلَىٰ
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“dan
hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal: 2).
Orang yang
beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada
yang lain. Akan tetapi mereka
juga
melakukan sebab agar terwujudnya suatu hal, di samping tetap bertawakkal kepada
Allah. Karena mereka yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas
kehendak Allah.
4.
Mendirikan
Shalat
Allah Ta’ala
berfirman
ٱلَّذِينَ
يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
“(yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3).
Banyak ayat
yang menunjukkan shalat adalah bukti keimanan seseorang, salah satu dalam ayat
ini. Orang yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna, baik shalat
yang hukumnya wajib maupun yang dianjurkan.
5.
Senang
Berinfak
Allah Ta’ala
berfirman
وَمِمَّا
رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
“dan yang
menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
Seorang
dikatakan beriman ketika ia menginfakkan hartanya dijalanAllah.Sebagaimana yang
dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau menginfakkan seluruh
hartanya
di jalan
Allah. Namun ada catatan penting, ketika ada yang memiliki kebutuhan mendesak,
baik dari keluarga maupun orang lain, maka tidak sepatutnya menginfakkan
seluruh hartanya.
Demikianlah
5 sifat orang beriman yang Allah sebut dalam surah Al-Anfal ayat ke-2 dan ke-3.
Kemudian di awal ayat ke 4 Allah sebut mereka itulah orang yang memiliki iman
dengan sebenar benar iman. Allah mengatakan:
أُو۟لَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
“Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya” (QS. Al-Anfal: 4).
Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat di atas sehingga
predikat orang yang beriman dapat kita raih. Wallahul muwaffiq.
B.
Tafsir
1. Tafsir Al-Azhar
Di dalam ayat ke-22 dan 23 yang akan kita tafsirkan ini,
kita diajar ilmu jiwa manusia di dalam peperangan:“Dan kalau memerangi akan
kamu orang-orang kafir,niscaya mereka akan berputarke belakang.” (Pangkal ayat
22)
Artinya ialah bahwa terjadi peperangan , pertempuran
diantara orang-orang yang berperang karena suatu cita-cita, dan disini
cita-cita islam yang luhur,dengan orang-orang yang kafir,yang tidak mempunyai
cita-cita yang jelas,yang mulia,akhir kelaknya pihak yang kafir dan menolak
kebenaran itu akan berputar ke belakang,tegasnya akan mumdur/kalah putar ke
belakang: niscaya mereka akan mundur,tegasnya mereka tidak akan sanggup
bertahan lama.
“Kemudian itu tidaklah mereka akan dapati pelindung dan
penolong.” (Ujung ayat 22).Artinya,kian lama kian meresalah mereka di dalam
hati,guna apa mereka berperang dan untuk siapa? Apakah nilai bagi jiwa mereka
sendiri yang mereka perjuangkan di medan peperangan, selimpat hidup selompat
mati.Segala peperangan diatas dunia ini ialah menghadang mati! Orang wajib
mengetahui sebenar-benar dan seyakin-yakinnya buat apa dia mati! Mesti ada inti
perjuangan mereka yang jelas,sampai mereka sanggup melompat maut itu dan merasa
berbahagia mati karena itu.[3]
2. Tafsir Al-Maraghi
Setelah Allah SWT,menyebutkan bahwa Dia mengutus RasulNya
dengan membawa petunjuk dan agama islam,supaya Dia meluhurkan derajat agama
tersebut atas semua agama-agama yang lain,maka dilanjutkan dengan menerangkan
ihwal rasul dan umat yang kepada mereka ia diutus.Allah menggambarkan mereka
dengan sifat-sifat yang seluruhnya terpuji dan merupakan peringatan bagi
generasi sesudah mereka dan dengan sifat-sifat itulah mereka dapat menguasai
bagsa-bangsa lain dan memiliki negeri-negeri mereka,bahkan menggenggam tampuk
kepemimpinan seluruh dunia,yaitu:
1.
Bahwa mereka
bersikap keras pada siapapun yang
menentang agamaNya dan mengajak bermusuhan dan bersifat belas kasih sesama
mereka.
2.
Bahwa mereka
menjadikan salat dan keikhlasan kepada Allah sebagai kebiasaan mereka pada
kebanyakan waktu.
3.
Bahwa mereka
dengan amal mereka mengharapkan pahala dari Tuhan mereka dan kedekatan di
sisiNya serta keridhaan dariNya.
4.
Bahwa mereka
mempunyai tanda yang dengan itu mereka mudah di kenal.Yakni bahwa mereka
bercahaya pada wajah mereka,khusyu’ dan tunduk yang bisa dikenali oleh orang
yang cerdas.[4]
5.
Bahwa Injil
mengumpamakan keadaan mereka dengan mengatakan,akan muncul suatu kaum yang akan
tumbuh bagaikan tumbuhnya tanaman ,mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari kemungkaran.
Bahwasannya pada permulaan islam orang-orang mukmin jumlahnya sedikit
saja. Kemudaia mereka semakin banyak dan semakin teratur dan hari demi hari
semakin meningkat sehingga membuat orang-orang kagum terhadap mereka.Nabi SAW
berdakwah sendirian.Kemudian Allah memperkuat dengan orang-orang yang ada
bersamanya sebagaimana diperkuatnya benih yang pertama dari suatu tanaman
dengan hal-hal yang keluar dari padanya.[5]
3.
Tafsir Ibnu
Katsir
Allah SWT memberitakan tentang Muhammad SAW,bahwa dia itu
adalah benar-benar utusan Allah,tanpa diragukan dan disangsikan lagi.Oleh karna
itu Allah SWT berfirman “Muhammad itu adalah utusan Allah.” Dan pernyataan ini
mencakup atas setiap sifar yang mulia dan indah.Kemudain Allah SWT melanjutkan
dengan memberikan sanjungan kepada para sahabatnya—semoga Allah memberikan
keridhaan-Nya terhadap mereka , “Dan orang-orang yang beriman dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir,tetapi berkasih sayang terhadap sesama
mereka.”[6]
Penggalan ini seperti firmanNya,”....Maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintaiNya,yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman,yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir.”
(al-maidah:54) penggalan di atas merupakan sifat
yang umum,yang merangkum setiap orang-orang yang beriman.
Sedangkan Rasulullah Muhammad dan para nabi semuanya tentu
lebih layak lagi memilki sifat yang demikian.Mereka semua keras terhadap orang-orang
kafir dan lemah lembut serta berbuat baik terhadap orang-orang yang berperilaku
mulia.Mereka memasang wajah seram kepada orang-orang kafir dan menampilkan
wajah yang berseri-seri kepada orang-orang beriman.Hal ini senagaimana
firmanNya,”Hai orang-orang yang beriman,perangilah orang-orang kafir yang
disekitar kamu itu,dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari kamu.” (at-taubah:123)
Nabi SAW telah bersabda ,
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ
الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ
وَالْحُمَّى
“Perumpamaan seorang mukmin dalam saling mencintai dan
menyayangi di antara mereka adalah bagaikan badan yang satu.Bila salah satu
anggotanya mengadu sakit,maka semua anggota badannya akan ikut merasakan demam
dan tidak dapat tidur.”[7]
Beliau juga bersabda,
حديث
أبِى مُوسى ،عَنِ النَّبِىِّ صَلى الله عليه وسلم ، قَالَ : (( إنَّ الْمُؤ مِنَ
لِلْمُؤمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا )) وَشَبَّكَ أَصَا بِعَهُ .
أخرجه لبخارى فى : – كتاب الصلاة : – باب تشبيك الأصابع فى المسجد وغيره
لِلْمُؤمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا )) وَشَبَّكَ أَصَا بِعَهُ .
أخرجه لبخارى فى : – كتاب الصلاة : – باب تشبيك الأصابع فى المسجد وغيره
“Orang mukmin terhadap mukmin lainnya itu bagaikan satu
bangunan ;sebagiannya memperkuat bagian yang lain.Dan menjalin jari tangan
beliau.”
Kedua hadits ini termasuk dalam hadits yang shahih.
Firman Allah SWT selanjutnya,”Kamu lihat mereka ruku dan
sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya,”Allah menyifati mereka dengan
banyakNya beramal.
Dan sesungguhnya sholat itu adalah amalan yangpaling
baik.Dan Allah juga menyifati mereka dengan keikhlasan mereka terhadap-Nya dan
mengharapkan pahala di sisi-Nya yaitu,surga yang mencakup atas karunia dan
kelapangan rezeki serta keridhaan Allah.Dan ini adalah yang paling
besar.Sebagaimana yang telah difirmankn-Nya, “Dan keridhaan Allah itu adalah
lebih besar.” (at-taubah: 72)
Firman Allah SWT selanjutnya, “Tanda-tanda mereka tampak
pada muka mereka dari bekas sujud.” Sima yang terdapat di dalam ayat ini
adalah tanda yang baik dan kekhusyukan terhadap Allah SWT.berkata setengah
ulama salaf, “Barangsiapa yang banyak melakukan shalat pada malamnya,.maka
wajahnya akan tampak cerah di siang hari.”[8]
Jadi bila kerahasiaan seorang mukmin itu baik terhadap
Allah Ta’ala, Allah akan memperbaiki lahiriahnya di hadapan orang
banyak.Sebagaimana telah diriwayatkan dari Umar bin khaththab r.a yang
mengatakan, “Barangsiapa orang memperbaiki kerahasiaannya,Allah SWT akan
memperbaiki apa yang tampak dari dirinya.”
Kemudian telah diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari Ibnu
Abbas r.a dari Rasulullah bahwasannya beliau bersabda,
“Petunjuk yang saleh,dan kesedarhanaan itu adalah satu
bagian dari 25 bagian kenabian.”
Maka para sahabat Nabi SAW .Adalah orang-orang yang telah
memurnikan niat mereka,memperbaiki amalan mereka,dan terang benderanglah
wajah-wajah mereka.Oleh karna itu setiap orang melihat mereka pastilah akan
terpesona oleh tanda dan petunjuk mereka.[9]
C.
Aplikasi
Dalam Kehidupan
1.
Mempertebal
keyakinan kepada Allah SWT dalam hal beragama sebagai wujud Penghambaaan kepada
Sang Maha Kuasa
2.
Mau berjuang
di jalan Allah/Jihad untuk hal kebaikan apapun lewat cara yang benar dan sesuai
dengan syariat agama islam tidak dengan cara radikal
3.
Merasa takut
dalam hidup di dunia sebagai wujud rasa takut kepada Allah SWT karna manusia
belum ada apa-apanya dibandingkan Allah SWT sebagai pencipta alam semesta.
4.
Hatinya
merasa bergetar ketika membaca/dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai
tambahan suntikan keimanan.
5.
Tawakkal
kepada Allah dalam melakukan suatu hal secara maksimal setelah ikhtiar dan
berdoa semaksimal mungkin nantinya hasil tetap pada Allah SWT dengan tawakal
6.
Mendirikan
sholat dengan baik dan dengan sebenar-benarnya tepat pada waktunya
7.
Senang
berinfak sebagai wujud rasa syukur pada Allah atas segala rezeki yang telah
diberikan Allah SWT serta untuk berbagi dengan sesama manusia
D.
Aspek
Tarbawi
1.
Sebagai
muslim yang beriman hendaknya yakin kepada Allah SWT sebagai pencipta semesta
alam dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya dengan
mengamalkan isi Al-Quran
2.
Mukmin sejati
adalah dia yang mencintai sesama sebagai wujud persaudaraan antar umat guna
memperkuat Ukhuwah Islamiah untuk menjauhkan dari perpecahan
3.
Sebagai
manusia hendaknya berikhtiar dan berdoa dengan semaksimal mungkin lalu
menyerahkan sepenuhnya hasil keputusan Kepada Allah SWT sebagi wujud Tawakkal
pada Allah SWT
4.
Mukmin sejati
itu mendirikan sholat namun bukan melaksanakan sholat karna jika melaksanakan
sholat hanya menggugurkan kewajiban namun jika mendirikan sholat dia juga
mendirikan agamanya
5.
Banyak
mengambil pelajaran dari kejadian yang terjadi atas Kuasa Allah lewat pedoman
Al-Quran dan hukum yang lainnya
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi,mukmin
adalah orang yang takwa kepada Allah SWT dengan sebenar-sebenarnya takwa. Dalam
arti senantiasa menjalankan segala perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya,
dan berjihad dengan harta jiwa mereka pada jalan Allah SWT.Dan sifat-sifat
orang mukmin yang telah dipaparkan diatas antara lain:Yakin mau berjihad,adanya
rasa takut kepada Allah SWT,adanya tambahan keimanan bila dibacakan
Al-Quran,Tawakkal,mendirikan sholat dan senag berinfak.
Hal
yang telah dipaparkan diats hendaknya di aplikasikan dalam kehidupan agar hal
tersebut bisa berdayaguna dan mengajak kebaikan baik untuk diri sendiri maupun
orang lain dan hendaknya sebagai Muslim sejati kita dapat mengambil
pelajaran/hikmah melalui aspek tarbawi agar hidup kita bisa sesuai dengan
aturan agama Allah dan aturan hukum dunia dan kita bisa mendapat gelar Mukmin
di dunia dan akhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Mustafa, 1993, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang
Ar-rifa’i,
Muhammad Nasib, 2006, Taisiru al-Alliyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir,Jilid 4, Jakarta: GEMA INSANI
https://id.Wikipedia.org/wiki/Mu’min
Karim, Abdul, 1982, Tafsir al-Azhar
Juzu’ke-26, Surabaya: Yayasan Nurul Islam
CURRICULUM VITAE
1.
Nama : Luthfi Maulana
2.
TTL : Pekalongan,28 Pebruari 1997
3.
Riwayat Pendidkan :
A.
SDN 02 Pekiringan Alit
B.
SMP 1
kajen
C.
SMA 1 Kajen
D.
Sedang Di Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN
Pekalongan
4.
Alamat : Perum GKI Gandarum Kajen,Pekalongan
5.
Motto : “Teruslah Berkarya Untuk Kemajuan
Agama Dan Negara”
[1] https://id.Wikipedia.org/wiki/Mu’min Diakses pada tanggal 30 Sepember 2016 Pukul 20.30 WIB
[2] https://muslim.or.id/25367-5-sifat-orang-yang-beriman.html Diakses Pada tanggal 30
September 2016 Pukul 21.00
[6]
Muhammad Nasib ar-rifa’i, Taisiru al-Alliyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir,jilid 4, (Jakarta: GEMA INSANI, 2006) hlm. 413
Tidak ada komentar:
Posting Komentar