MAKALAH
STRATEGI BALAJAR MENGAJAR
“PROFIL GURU”
Kelas: G
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadikan bumi beserta isinya dengan begitu
sempurna dan atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah – Nya, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan dengan mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Profil Guru” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat
Penulis kepada semua pihak yang telah membantu penulis terkhusus kepada Bapak
Dosen Ghufron Dimyati M.S.I yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Akhir kata, Penulis sampaikan bahwa tiada makalah yang
sempurna tanpa uluran tangan pemerhatinya. Oleh karena itu, kritik serta saran
sangat Penulis harapkan dari pembaca sekalian yang bersifat membangun, agar
demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan
tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengajaran dan pendidikan selalu
mengikat tiga unsur yaitu guru, siswa dan materi ajar. Guru adalah sosok
penting dalam dunia pendidikan yang bertugas menyampaikan pengetahuan kepada
para peserta didik. Jika tanpa kehadiran guru, maka pendidikan mustahil akan
berjalan. Adapun sosok penting lainnya yaitu siswa yang menjadi objek dalam
pendidikan atau yang menerima pengetahuan dari seorang guru. Keduanya saling
berkaitan dalam proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan. Dalam proses
memberikan pengetahuan, seorang guru memiliki kriteria yang harus dimiliki dan
cara yang harus dijalankan guna melaksanakan apa yang menjadi tujuan dari
pembelajaran dalam pendidikan.
Sedangkan materi ajar adalah
sesuatu yang akan diberikan oleh guru kepada siswa. Materi yang akan diajarkan
diharapkan mampu diterima dengan baik oleh siswa dan mampu menjadi spirit bagi
diri siswa untuk lebih giat lagi dalam mempelajari sesuatu yang belum
didapatkannya. Dan yang terpenting lagi adalah bagaimana guru bertindak
dihadapan peserta didik ketika mengajar dan mendidik. Mengajar bertitik tolak
pada penyampaian materi dan mendidik berorientasi pada penanaman nilai.
Dalam pembahasan makalah ini, berusaha
menjabarkan tentang definisi guru, tugas dan fungsi guru dalam dunia
pendidikan, kemampuan guru mengelola kelas serta kedudukan guru dalam
lingkungan masyarakat. Dengan adanya kriteria yang perlu dimiliki oleh seorang
guru, maka diharapkan supaya guru selalu melakukan kinerjanya sesuai dengan apa
yang telah menjadi ketentuan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Guru ?
2.
Apa Tugas dan Peranan Guru ?
3.
Kompetensi seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang Guru ?
4.
Bagaimana peran dan kedudukan Guru dilingkungan
Masyarakat ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Makna Dan Hakikat Guru
1.
Makna Guru
Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam
bahasa Arab, yang bertugas memberikan
ilmu dalam majlis taklim. Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan ilmu.[1]
Guru dalam bahasa Jawa seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua
muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya
senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang
guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua
muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara berbicara, hingga cara berprilaku
sehari-hari.[2]
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya.[3]
Makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang
mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku
sekolah/perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang
mempunyai kompetensi keilmuan dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam
matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan peserta
didik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan
perilaku sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam
melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna.[4]
2.
Hakikat Guru
Hakikat guru tidak hanya menjadi seorang
diri, akan tetapi menyatu dalam semua keragaman. Artinya, guru harus pandai
menyatu keragaman peserta didiknya dari tingkat kemampuan intelektual,
keragaman dalam bercakap, keragaman kepribadian hingga keragaman kecenderungan
yang didasari oleh bakat mereka. Guru harus tetap yakin dan berusaha semaksimal
mungkin untuk melakukannya karena hal ini akan mempercepat keberhasilan pada
peserta didiknya.[5]
Hakikat guru tersebut menuntut adanya kepribadian secara personal dan
sosial. Hakikat personal mengarah pada model perilaku yang dapat dijadikan
teladan dan hakikat sosial menuju pada mendahulukan kepentingan umum dari pada
kepentingan pribadi. Dengan demikian dapat ditemukan simpulan bahwa hakikat
guru adalah :
a.
Orang yang memiliki minat,
tidak pernah lelah dan bosan mencari atau menambah ilmu dan menyampaikannya
pada orang lain (siswa) kapan saja.
b.
Orang yang berbakat,
memiliki kelebihan dan hasilnya sesuai dengan harapan.
c.
Orang yang bertanggung
jawab, mampu merubah pengetahuan, sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta
didiknya lebih baik.
d.
Orang yang mempunyai
panggilan jiwa, mau berkorban demi kemajuan peserta didiknya.
e.
Orang yang mempunyai
idealisme, mau mendengar keluh kesah peserta didiknya dan mampu memberikan
solusinya.[6]
Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk
menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat, beberapa diantaranya
ialah:
1. Harus
memiliki bakat sebagai guru,
2. Harus
memiliki keahlian sebagai guru,
3. Memiliki
kepribadian yang baik dan terintegrasi,
4. Memiliki
mental yang sehat,
5. Berbadan
sehat,
6. Memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang luas,
7. Guru
adalah manusia berjiwa pancasila, dan
8. Guru
adalah seorang warga negara yang baik.[7]
B.
Tugas Dan Peranan Guru
1.
Tugas Guru
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat
oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya
sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan
kemasyrakatan.[8]
Tugas guru sebagai suatu profesi
menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih
peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai
pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta
didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik. Tugas guru sebagai pelatih
berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa
depan peserta didik.
Tugas kemanusiaan salah satu segi tugas
guru. Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan
kehidupan di masyarakat dengan interaksi
sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik.
Dengan begitu peserta didik diharapkan mempunyai sifat kesetiakawanan.[9]
Disamping itu, tugas seorang
guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri anak didik agar dapat
tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi tantangan di
masa depan. Di antara kecerdasan yang perlu di kembangkan tersebut antara lain
:
1. kecerdasan
Intelektual
kecerdasan Intelektual atau intelligence
Quotient (IQ) adalah kemampuan potensial seseorang utnuk mempelajari
sesuatu dengan alat alat berpikir.
.kecerdasan ini dapat di ukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang.
2. kecerdasan
Emosional
kecerdasan Emosional atau Emotional Qoutient (EQ) terdiri
dari lima komponen yaitu :
kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi,
empati, dan mengatur sebuah hubungan sosial.
3. kecerdasan
Spriritual
kecerdasan Spriritual atau Siritual Quotient
(SQ) adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat
internal diri sebagai seseorang yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada di balik sebuah kenyatan tertentu.[10]
2.
Peranan Guru
Masih ada sementara orang yang berpandangan, bahwa peranan guru
hanya mendidik dan mengajar saja. Mereka itu tak mengerti, bahwa mengajar itu
adalah mendidik juga. Dan mereka sudah mengalami kekeliruan besar dengan
mengatakan bahwa tugas itu hanya satu-satu bagi setiap guru.
Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams & Dickey
bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
1. Guru
sebagai pengajar (teacher as intructor)
2. Guru
sebagai pembimbing (teacher as counsellor)
3. Guru
sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
4. Guru
sebagai pribadi (teacher as person)
Bahkan dalam arti yang lebih luas, di mana sekolah merupakan/
berfungsi juga sebagai penghubung antara ilmu dan teknologi dengan masyarakat,
di mana sekolah merupakan lembaga yang turut mengemban tugas memodernisasi
masyarakat dan di mana sekolah turut serta secara aktif dalam pembangunan. Maka
dengan demikian peranan guru menjadi luas, meliputi juga:
a. Guru
sebagai penghubung (teacher as communucator)
b. Guru
sebagai modernisator, dan
c. Guru
sebagai pembangun (teacher as contructor).[11]
C.
Kompetensi Guru
Keberhasilan pendidikan
sesungguhnya akan terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa. Guru sangat
menentukan proses pendidikan di sekolah dan peran tersebut akan tercermin dari
bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya. Kinerja guru merupakan faktor
penentu bagi mutu pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output
pendidikan setelah siswa menyelesaikan pendidikannya.[12]
Ada tiga dimensi umum kompetensi yang saling
menunjang membentuk kompetensi profesional guru, yaitu kompetensi personal,
kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Ciri kompetensi profesional
adalah menyangkut kemampuan dan kesediaan serta tekad guru untuk mewujudkan
tujuan tujuan pendidikan yang telah dirancang malalui proses dan produk kerja
yang bermutu. Ciri kompetensi personal adalah ciri hakiki dari kepribadian guru
untuk menjaga harga diri dalam melaksanakan profesinya guna mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan Ciri kompetensi sosial adalah perilaku
guru yang berkeinginan dan bersedia memberikan layanan kepada masyarakat
malalui karya profesionalnya untuk mencapai tujuan pendidikan.[13]
Disamping itu, Ada beberapa kompetensi yang
harus dimiliki guru dalam upaya menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan pada
guru yang di ungkap tiga kompetensi teacherpreneurship yang dapat di
kembangkan untuk meraih prestasi kerja guru:
1.
Technical skill
Kompetensi
ini meliputi kemampuan dalam menerapkan keahliannya,penguasaan pendekatan,
metode, strategi, mendayagunakan media
pembelajaran dan kemampuan mengelola waktu pembelajaran.
a.
Kemampuan dalam menerapkan keahlian
b.
Kemamapuan dalam penguasaan pendekatan, metode dan strategi
pembelajaran
c.
Kemampuan mendayagunakan
media pembelajaran
d.
Kemampuan mengelola waktu pembelajaran
2.
Conceptual skill
Kompetensi
ini meliputi kemampuan berfikir kreatif, menyelesaikan masalah, dan kemampuan
membuat karya ilmiah
a.
Kemampuan berfikir kreatif
b.
Kemampuan menyelesaikan
masalah
c.
Kemampuan membuat karya ilmiah
3. Human
skill
Kompetensi ini meliputi Kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif, memahami perbedaan individu, memotivasi peserta
didik, dan Kemampuan untuk bekerja sama
a.
Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
b.
Kemampuan memahami perbedaan individu
c.
Kemampuan memotivasi peserta didik
d.
Kemampuan untuk bekerja sama.[14]
D.
Kedudukan Guru Di
Masyarakat
Guru menempati kedudukan yang
terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati,
sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah
yang dapat mendidik peserta didik agar mereka menjadi seseorang yang
berkepribadian mulia. Maksudnya setiap kegiatan pembelajaran, baik yang
terencana maupun tidak tentunya membutuhkan seorang pembimbing yang langsung dan
tidak langsung. Dapat dikatakan proses pembelajaran dalam masyarakat terdapat
istilah learning culture yakni masyarakat belajar dengan cara tidak
resmi sebagaimana kehidupan rutin sehari hari dan teaching culture yaitu
masyarakat mendapat pelajaran secara resmi dari warga lain yang lebih tahu.[15]
Guru tidak hanya berperan disekolah saja, namun juga sebagai
Anggota masyarakat. Untuk melaksanakan peranan ini, guru harus memenuhi
syarta-syarat kepribadian dan syarat penguasaan ilmu tertentu. Guru harus bersikap
terbuka, tidak bertindak otoriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah tamah
terhadap siapa pun, suka menolong dimana pun dan kapan saja, serta simpati dan
empati terhadap pimpinan, teman sejawat dan para siswa. Agar guru mampu
mengembangkan pergaulan dengan masyarakat, dia perlu menguasai psikologi sosial,
khususnya mengenai hubungan antar manusia dalam rangka dinamika kelompok.
Sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki
keterampilan seperti : keterampilan dalam membina kelompok, keterampilan
bekerja sama dalam kelompok, dan keterampilan menyelesaikan tugas bersama dalam
kelompok.[16]
BAB
III
KESIMPULAN
Guru adalah seseorang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam bahasa Jawa seorang yang harus digugu dan ditiru oleh
semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya
senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang
guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua
muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara berbicara, hingga cara berprilaku
sehari-hari. Makna guru atau pendidik adalah mereka yang mempunyai
kompetensi keilmuan dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hakikat guru tersebut menuntut adanya kepribadian secara personal dan
sosial. Hakikat personal mengarah pada model perilaku yang dapat dijadikan
teladan dan hakikat sosial menuju pada mendahulukan kepentingan umum dari pada
kepentingan pribadi.
Jabatan guru memiliki banyak tugas antara lain tugas profesi, tugas
kemanusiaan dan kemasyrakatan. Tugas seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam
diri anak didik dan di antara kecerdasan yang perlu di kembangkan adalah :
kecerdasan Intelektual, kecerdasan Emosional, dan kecerdasan Spriritual. Peranan guru antara lain Guru sebagai
pengajar, Guru
sebagai pembimbing, Guru
sebagai ilmuwan, dan Guru sebagai pribadi.
Kinerja guru merupakan faktor penentu bagi mutu
pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan
setelah siswa menyelesaikan pendidikannya. Terdapat tiga ciri kompetensi yang
saling menunjang membentuk kompetensi profesional guru yaitu kompetensi
Personal, kompetensi Sosial, dan kompetensi Professional. Dan ditambah lagi Ada
beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru dalam upaya menumbuh-kembangkan
jiwa kewirausahaan pada guru, yaitu : Technical skill, Conceptual skill, dan Human
skill
Guru menempati
kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru
dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin
bahwa gurulah yang dapat mendidik peserta didik agar mereka menjadi seseorang
yang berkepribadian mulia.
DAFTAR
PUSTAKA
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2013. Menjadi guru
hebat. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Barizi, Ahmad & Muhammad Idris. 2010. Menjadi Guru Unggul. Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media
Daryanto. 2013. Standar
Kompetensi Dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media
Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mustakim, Zaenal. 2015. Strategi
& Metode Pembelajaran. Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press
Suprihatiningrum, Jamil.
2013. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Thoifur. 2007. Menjadi
Guru Yang Inisiator, Cet. 1. Semarang: Rosail Maha Group
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Teacher
Preneurship. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
PROFIL PENULIS
Nama :
Kumar Salim Wahid
Alamat :
Desa Klegen
Kecamatan Comal
Kabupaten Pemalang
Nama :
Muhammad Arif Rahman
Alamat :
Desa Bojongwetan
Kecamatan Bojong
Kabupaten Pekalongan
Nama :
Ikhsan Bukhori
Alamat :
Desa Wiyorowetan
Kecamatan Ulujami
Kabupaten Pemalang
[1] Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional
Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013) hlm. 23.
[2] Daryanto, Standar Kompetensi Dan Penilaian
Kinerja Guru Profesional (Yogyakarta: Gava Media, 2013) hlm. 8.
[3] Zaenal Mustakim, Strategi & Metode
Pembelajaran (Pekalongan, STAIN Pekalongan Press, 2015) hlm. 5.
[4] Thoifur, Menjadi Guru Yang Inisiator, Cet.
(Semarang: Rosail Maha Group, 2007),
hlm 2-3
[5] Zaenal Mustakim, Op.Cit. hlm.12.
[6] Thoifur, Op.Cit. 15-18.
[7] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), hlm. 117
[8] Zaenal Mustakim, Op. Cit,. hlm. 13.
[9] Ibid,.hlm.13.
[10]
Akhmad
Muhaimin Azzet, Menjadi guru hebat,( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013),hlm 19-20
[11]
Oemar Hamalik, Op.,Cit, hlm 123-124.
[12]
Novan Ardy Wiyani, Teacher Preneurship,
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hlm 87
[13] Ahmad barizi & Muhammad Idris, Menjadi
Guru Unggul, ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), hlm 148-149
[15] Zaenal Mustakim, Op.Cit., hlm.5
[16] Novan Ardy Wiyani, Op.Cit., hlm 140
Tidak ada komentar:
Posting Komentar