METODE PENDIDIKAN “KHUSUS”
METODE DIALOGIS
(QS. Ash-Shoffaat ayat 102)
Mufarikha (2021115376)
Kelas : B
TARBIYAH/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasnya dalam pembuatan makalah tentang “Metode Dialogis” guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi 1 yang disampaikan oleh dosen pengampu Bapak Muhammad Hufron, M.S.I.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya untuk kedua orang tua, dosen pengampu serta teman-teman. Semoga makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang membutuhkan sedikit pengetahuan tentang “Metode Dialogis”.
Namun demikian, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kedepannya. Terima kasih.
Pekalongan, 11 Oktober 2016
Mufarikha
(2021115376)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Judul Makalah 2
C. Nash dan Terjemahan 2
D. Arti Penting Pengkajian Makalah 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori 4
B. Tafsir QS. Ashoffat ayat 102. 5
C. Aplikasi Dalam Kehidupan 8
D. Aspek Tarbawi 9
BAB III PENUTUP
Simpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
PROFIL PENULIS 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang Islami. Disamping itu pendidikan bertujuan agar terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan Islam disini mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan langkah-langkah mengajar yang disebut dengan metode pengajaran.
Dalam pendidikan Islam, pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam pendidikan Islam metode pendidikan ini disebut dengan istilah “Thariqatut Tarbiyah” atau “Tahariqatut Tahzib”. Dalam Al-Qur’an dan Hadist dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membagikan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu Muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntutan Allah. Dalam hal ini, salah satunya metode dakwah yang merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk mengajak dan membawa umatnya ke jalan Allah dan untuk mendapat keridhoan-Nya.
Dakwah merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam ajaran Islam. Hal ini mengingat ajaran Islam disebarluaskan dan diperkenalkan kepada umat manusia melalui aktifitas dakwah. Seorang di antara yang melakukan hal ini adalah Nabi Ibrahim. Di dalam aktifitas dakwahnya Ibrahim selalu mendahulukan cara dialog ketimbang cara kekerasan. Hal ini di antaranya bisa dilihat pada al-Quran QS. al-Syu'ara:70-102. Surat ini merekam dengan baik dialog antara Nabi Ibrahim dan ayah, plus kaumnya. Sekalipun sang ayah tetap pada keyakinannya semula, Ibrahim tak memaksakan kehendak bahkan mendoakan keselamatan ayahandanya di akhirat kelak. Begitu juga, ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk mengorbankan anaknya, ia berdialog dengan sang anak. Ia meminta pendapat sang anak sekiranya penyembelihan atas dirinya positif diselenggarakan. Apa yang telah ditunjukkan Ibrahim di atas, menurut hemat penulis sangat menarik untuk dikaji. Karena, dakwah dialogis Ibrahim ini merupakan salah satu dakwah yang paling sukses, dan juga kemudian diikuti oleh para nabi sesudahnya, seperti Nabi Muhammad.
B. Judul makalah
Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang “Metode Dialogis” yang termaktub dalam Qur’an surat As-Shoffat ayat102. Menyesuaikan dengan tugas yang telah penulis terima.
C. Nash dan Terjemah
· Nash dan arti QS. Ashoffat ayat 102 :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (الصافات: 102)
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S. al-Shaffat [37]: 102).
D. Arti penting
Metode dialogis dapat juga disebut salah satu dari metode dakwah. Dengan metode inilah Nabi Ibrahim as. menyebarkan ajaran Allah swt. kepada kaumnya. Pembahasan tentang Metode Dialogis ini penting untuk dikaji lebih lanjut, mengingat masih sangat relevannya metode tersebut untuk diterapkan di masa sekarang, dimana cara-cara kekerasan dalam dakwah yang dilakukan ormas-ormas Islam tertentu justru mencoreng citra baik agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Secara etimologi, metode berasal dari dua kata yaitu “meto” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan pengertian metode dialogis adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai tanya jawab satu topik, dan dengan sengaja diarahkan pada satu tujuan yang di kehendaki.
Dalam proses pendidikan, metode dialog mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan dengan seksama dan penuh perhatian. hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagi berikut:
a. Permasalahan yang disajikan sangat dinamis, karena kedua belah pihak (pendidik dan peserta didiknya) langsung terlibat dalam pembicaraan secara timbal balik, sehingga tidak membosankan.
b. Pembaca atau pendengar tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu dengan maksud dapat mengetahui kesimpulannya.
c. Metode ini dapat membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang, yang akan melahirkan dampak pedagogis yang turut membantu kukuhnya ide tersebut dalam jiwa pendengar/ pembaca, serta mengarahkan kepada tujuan akhir pendidikan.
d. Bila metode ini dilakukan dengan baik, memenuhi etika islam (akhlak) maka cara berdialog, sikap orang yang terlibat itu akan mempengaruhi peserta, sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya.
B. Tafsir QS. As-Shoffat ayat 102
1. Tafsir Al Maraghi
السَّعْيَ مَعَهُ بَلَغَ فَلَمَّا
Seorang anak akan mampu berusaha dan bekerja bila telah mencapai umur demikian. Kemudian, dilanjutkan dengan mengisahkan tentang mimpi Ibrahim yang disampaikan anaknya itu, dan bahwa mematuhi ayahnya dalam menunaikan apa yang diperintahkan kepadanya, dan pelaksanaan perintah itu, maka ibrahim menelungkupkan wajah anaknya untuk disembelih. Namun Allah kemudian mewahyukan kepadanya, bahwa dia telah menebus anaknya itu dengan seekor binatang sembelihan yang besar. Sesudah itu Allah memberi kabar gembira kepada Ibrahim tentang bakal lahirnya Ishak sebagai salah seorang nabi yang tergolong orang-orang sholeh.
Dan tatkala Ismail menjadi besar, tumbuh dan dapat pergi bersama ayahnya berusaha melakukan pekerjaan-pekerjaan dan memenuhi keperluan-keperluan hidupnya, dan kemudian Ibrahim berkata kepada Ismail jikalau dia telah mendapatkan mimpi, yang dalam mimpi tersebut berisi bahwa Ibrahim menyembelih Ismail. Maka Ibrahim meminta pendapat Ismail. Dalam mimpinya yang diceritakan kepada anaknya itu adalah cobaan Allah. Sehingga, ia hendak meneguhkan hatinya kalau-kalau dia gusar dan hendak menentramkan jiwanya untuk menunaikan penyembelihan, disamping dia menginginkan pahala Allah dengan tunduk kepada perintah-Nya.
Dan kemudian Allah menerangkan bahwa Ismail itu mendengar dan patuh serta tunduk kepada apa yang diperintahkan kepada ayahnya, hal itu tersirat pada ayat tersebut yang berbunyi:
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَر
Ismail berkata, “hai ayahku, enkau telah menyeru kepada anak yang mendengar, dan engaku telah memimnta kepada anak yang mengabulkan dan engkau telah berhadapan dengan anak yang rela dengan cobaan dan putusan Allah. Maka, bapak tinggal melaksanakan saja yang diperintahkan, sedang aku hanyalah akan patuh dan tunduk kepada perintah, dan aku serahkan kepadaAllah pahalanya, karena Dialah cukup bagiku dan sebaik-baik tempat berserah diri.
Setelah Ibrahim berbicara kepada anaknya dengan ucapan “Ya Bunayya” sebagai ungkapan kasih sayang, maka dijawab anaknya dengan menggunakan “Ya Abaty”, sebagai ungkapan tunduk dan hormat, dan menyerahkan urusan kepada ayahnya, sebagaimana yang dia rundingkan dengannya. Dan kewajibannya hanyalah melaksanakan apa yang dipandang baik oleh ayahnya.
Kemudian penegasan tentang kepatuhan nabi Ibrahim kepada perintah dengan mengatakan
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Aku akan sabar menerima putusan dan sanggup menanggung penderitaan tanpa gusar dan tetap gentar dengan apa yang telah ditakdirkan dan diputuskan. Dan memang benar-benar Ismail menepati apa yang dijanjikan dan melaksanakan dengan baik kepatuhan dalam menunaikan apa yang diperintahkan kepadanya.
2. Tafsir Al Azhar
Pada pangkal ayat 102, anak yang sudah dapat berjalan bersama ayahnya ialah diantara usia 10 sampai dengan 15 tahun. Keadaaan ini ditonjolkan dalam ayat ini, untuk menonjolkan betapa tertumpahnya kasih ibrahim kepada anak itu. Di kala anak sedang berusia 10 sampai 15 tahun. Memanglah seorang ayah bangga sekali jika dapat berjalan bersama anaknya itu.
Pada ujung ayat 102 ini, alangkah mengharukan jawaban si anak.benar-benar terkabul doa ayahnya memohon diberi keturunan yang terhitung orang yang sholih. Benar-benar Tepat apa yang dikatakkan oleh Tuhan tentng dirinya, yaitu seorang anak yang sangat penyabar. Dia percaya bahwa mimpi ayahnya adalah wahyu dari Allah, bukan mimpi sembarang mimpi. Sebab itu dianjurkannya ayahnya melaksanakan apa yang diperintahkan. Bukanlah dia berkata agar ayahnya memperbuat apa yang bertemu dalam mimpi.
3. Tafsir Al Lubab
Tatkala Nabi Ismail telah telah mencapai usia yang menjadikan ia berusaha bersama nabi Ibrahim as. Sang ayah menyampaikan kepadanya bahwa ia bermimpi menyembelihnya. Ia memina anaknya untuk berfikir tentang mimpi yang merupakan perintah Allah swt itu sang anak menjawab dengan penuh hormat bahwa laksanakanlah apa saja yang diperintahkan kepadamu, termasuk perintah menyembelihku. Engkau akan mendapatiku insya Allah termasuk kelompok para penyabar.
4. Tafsir Al Misbah
Ayat sebelumnya menguraikan janji Allah kepada Nabi Ibrahim as. tentang perolehan anak. Demikianlah hingga tiba saatnya anak tersebut lahir dan tumbuh berkembang, maka tatkala ia yakni sang anak itu telah mencapai usia yang menjadikan ia mampu berusaha bersamanya yakni bersama Nabi Ibrahim, ia yakni Nabi Ibrahim berkata sambil memanggil nama anaknya dengan panggilan mesra “Hai anakku, sesunngguhnya aku mekihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu dan engkau tentu tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu Ilahi. Jika demikian itu halnya, maka pikirkanlah apa pendapatmu tentang mimpi yang apa merupakan perintah Allah itu!”. Ia yakni sang anak menjawab dengan penuh hormat: “Hai bapakku, laksanakanlah apa saja yang sedang dan akan diperintahkan kepadamu termasuk perintah menyembelihku”, engakau akan mendapatiku insya Allah termasuk kelompok para penyabar.
Nabi Ibrahim as. menyampaikan mimpi itu kepada anaknya ini agaknya karena beliau memahami bahwa perintah tersebut tidak dinyatakan sebagai harus memaksakannya kepada sang anak. Yang perlu adalah bahwa ia berkehendak melakukannya. Bila ternyata sang anak membangkang, maka itu adalah urusan ia dengan Allah. Ia ketika itu akan dinilai durhaka, tidak ubahnya dengan anak Nabi Nuh as. yang membangkang nasihat orang tuanya.
C. Aplikasi Dalam Kehidupan
Konsep pendidikan Islam ialah ide atau gagasan untuk merealisasi manusia muslim sesuai dengan pesan-pesan ilahi dalam segala aspek kehidupan untuk mencari keridhaannya. Dalam hal ini tergambar dalam aktualisasi pendidikan Ibrahim dalam Surah As-Shaffat 100-107, di mulai dengan penyerahan diri secara totalitas kepada Allah yang disertai dengan doa. Pendidikan yang berlandaskan metode dialogis, Ibrahim memberitahukan Ismail tentang mimpinya agar dapat dipahami oleh Ismail yang masih remaja. Cara berdialog ini melatih untuk berargumentasi, ketangguhan dan keteguhan untuk patuh kepada Allah dan orang tuanya. Begitu juga istrinya yang dengan rela memenuhi perintah Allah biarpun putra satu-satunya yang sudah bertahun-tahun didambakan harus siap dikorbankan. Ini merupakan keberhasilan Ibrahim dengan kecerdasan akal tetapi lebih mendahulukan wahyu sebagai seorang suami dan bapak dalam mendidik mereka. Sikap kepatuhan ini dapat dipahami sebagai kunci keberhasilan pendidikan. Proses dialog ini mengandung makna filosofis yang begitu dalam pemahamannya akan nilai dan kesadaran kedua pihak yang terlibat. Apabila dikaitkan dengan dengan kurun waktu terjadi peristiwa kira-kira sekitar 2000 tahun SM yang lalu dan dihubungkan dengan era kekinian, sungguh kejadian tersebut sangat konstektual dalam penerapan sampai sekarang.
D. Aspek Tarbawi
· Mimpi para nabi adalah salah satu ciri Tuhan memberi informasi kepada nabi, selain dua cara lainnya, yaitu : mengutus malikat menyampaikan informasi atau Allah langsung berkomunikasi kepada yang dikehendakinya dengan cara yang tidak dapat kita ketahui.
· Nabi Ibrahim as. menyampaikan mimpi itu kepada anaknya, karena agaknya beliau memahami bahwa perintah tersebut tidak dinyatakan sebagai harus memaksakannya kepada sang anak. Namun karena ketaatan sang anak kepada Allah swt dan kepada ayahnya, maka ia menyatakan kesediaannya.
· Seseorang hendaknya mengaitkan aktifitasnya dengan Allah swt. baik ketika melakukan maupun ketika meninggalkan aktifitas itu. Camkanlah ucapan sang anak: Engkau akan mendapatiku insya Allah termasuk kelompok para penyabar.
yakni mengaitkan kesabarannya dengan kehendak Allah swt.
· Kisah penyembelihan itu antara lain, bermaksud menunjukkan keutamaan Nabi Ibrahin as., sehingga dari tinjauan ini, sama saja apakah yang disembelih ismail atau ishaq. Karena keduanya adalah putra dan hasil didikan beliau.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pengertian metode dialogis adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai tanya jawab satu topik, dan dengan sengaja diarahkan pada satu tujuan yang di kehendaki.
Keberhasilan metode dialogis terletak pada: Permasalahan yang disajikan sangat dinamis sehingga tidak membosankan, menarik untuk diketahui maksud dan kesimpulannya, metode ini dapat membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang yang akan melahirkan dampak pedagogis yang turut membantu kukuhnya ide tersebut dalam jiwa pendengar/ pembaca, serta mengarahkan kepada tujuan akhir pendidikan, bila metode ini dilakukan dengan baik memenuhi etika islam (akhlak).
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Hamka. 2005. Tafsir Al Azhar Juz 23. Jakarta: Putaka Panji Mas.
Shihab, Quraish. 2004. Tafsir Al Misbah Cet.2. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Quraish. 2012. Al Lubab Cet 1. Tanggerang: Letera Hati.
PROFIL PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar