OBYEK PENDIDIKAN “TAK LANGSUNG”
Menyeru Pada Kebenaran
Q.S. An-Nahl ayat 36
Andriono Abdullah (2021115349)
Kelas B
TARBIYAH/PAI
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016
Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah
dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Pekalongan, 12 November 2016
Andriono Abdullah
Pekalongan, 12 November 2016
Andriono Abdullah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Segala
puji bagi Allah SWT., Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
mudah-mudahan senantiasa Allah SWT. karuniakan kepada sang Baginda Rasulullah
SAW., sang revolusioner dunia dari ratusan abad yang lalu hingga sekarang, juga
atas segenap keluarga, para sahabat, para tabi’in serta pengikut beliau hingga
akhir zaman.
Sejak
diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rasul, sejak itulah kenabian dam kerasulan
berakhir. Kenbian dan kerasulan memang sudah berakhir, namun risalah yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah risalah sepanjang masa hingga datangnya
Hari Kiamat kelak.
Allah
SWT. telah mengutus rasul-Nya SAW setelah manusia berpaling dari ajaran risalah
samawiyah sebelumnya. Dan menghilang, atau hampir menghilang pengaruhnya dalam
meluruskan kehidupan manusia. Maka datanglah dakwahnya yang abadi sebagai
pembaharuan dakwah tauhid yang didakwahkan oleh semua rasul. Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa risalahnya adalah penyempurna bagi risalah-risalah langit
yang sebelumnya.
B.
Judul
“Objek
Pendidikan Tak Langsung” Menyeru Pada
Kebenaran.
C.
Nash dan Terjemahan
QS. An-Nahl : 36
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ
الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الْمُكَذِّبِينَ
Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul).”[1]
- Arti
Penting Untuk Dikaji
Ayat ini penting sekali untuk dikaji,
karena di dalam ayat ini terkandung makna bahwasanya kita harus mengimani para
rasul yang telah di utus Allah untuk tiap-tiap umatnya tetapi dengan tujuan
yang sama, yaitu untuk menyerukan kebenaran atau ketauhidan serta ke Esa-an
Allah SWT. sebagai satu-satunya dzat yang pantas untuk di sembah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW,
dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini
menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima
baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang.
Kata (الْطَّـغُوتَ)
thaghut terambil dari kata (طغى)
thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam
arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat
buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup
segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada
Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap manusia.[2]
Allah mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik
umat yang memperoleh dan mendapat petunjuk dari Allah Swt. ataupun ummat yang
membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan
menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian
kalinya.
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini
yaitu:
1. Perintah
untuk tidak beribadah selain kepada Allah dan tidak mengingkarinya/kafir.
2. Perintah
untuk menjauhi syaitan dan sekutunya.
3. Dapat mengambil pelajaran pada setiap kesalahan
yang pernah diperbuat oleh ummat terdahulu dan tidak mengulanginya kembali.[3]
B.
Tafsir Ayat
1. Tafsir
Jalalayn
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat) seperti Aku mengutus kamu kepada mereka (untuk)
artinya untuk menyerukan ('Sembahlah Allah) esakanlah Dia (dan jauhilah
thaghut,') berhala-berhala itu janganlah kalian sembah (maka di antara umat itu
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah) lalu ia beriman (dan ada pula
di antaranya orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan (kesesatan baginya)
menurut ilmu Allah, sehingga ia tidak beriman. (Maka berjalanlah kalian) hai
orang-orang kafir Mekah (di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan) rasul-rasul mereka, yakni kebinasaan yang akan mereka
alami nanti.[4]
2.
Tafsir Al- Misbah
Telah
Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang mengatakan kepada umatnya,
"Sembahlah Allah semata dan jauhilah seluruh tiran yang merusak."
Rasul tersebut telah menyampaikan risalah dan membimbing mereka. Lalu
segolongan dari mereka ada yang sudi mendengar bimbingan itu dan menerimanya.
Maka Allah memberinya petunjuk berupa kesiapan yang baik untuk mengikuti jalan
yang lurus. Sementara segolongan lain dari mereka berpaling dari kebenaran
sehingga berjalan pada jalan yang tidak benar. Maka Allah pun menurunkan
siksa-Nya kepada golongan tersebut. Jika kalian meragukan hal ini, hai
orang-orang musyrik Mekah, maka berjalanlah di muka bumi yang dekat dari
kalian. Lihat dan perhatikanlah bagaimana azab Allah menimpa orang-orang yang
mendustakan para rasul seperti kaum 'Ad, Tsamûd dan kaum Nabi Lûth, dan
bagaimana kesudahan nasib mereka yang binasa dan merugi.[5]
3.
Tafsir Ibnu katsir
“Maka
senantiasa Allah mengutus Rasul-rasul kepada manusia, menyeru manusia supaya
menyembah Allah Yang Esa dan menjauhkan diri dari Thaghut, sejak
terjadinya manusia mempersekutukan yang lain dengan Allah pada kaum Nuh, yang
diutus kepada mereka Nuh. Maka Nuh itulah Rasul yang mula-mula sekali diutus
oleh Allah ke muka bumi ini, sampai ditutup dengan kedatangan Muhammad saw.
Yang dakwahnya melingkupi manusia dan jin di timur dan di barat, dan samasekali
itu adalah menurt satu pokok firman Allah, yaitu membawa wahyu pada tidak ada
tuhan melainkan Allah dan hendaklah kepada Allah saja beribadah.”
Kata
Ibnu Katsir seterusnya: “tidak ada Allah Ta’ala menghendaki bahwa mereka
menyembah kepada Dia, bahkan dia telah melarang mereka berbuat demikian dengan
perantaraan lidah Rasul-rasulNya. Adapun kehendak Allah didalam mewujudkan
sesuatu yang mereka ambil alasan mengatakan takdir, tidaklah hal itu dapat
dijadikan hujjah, karena Tuhan Allah memang menciptakan neraka, dan penduduknya
ialah syaitan-syaitan dan kafir, tetapi tidaklah Allah ridha hambaNya menjadi
kafir. Dalam hal ini Tuhan mempunyai alasan yang cukup dan kebijaksanaan yang
sempurna.”
Allah
tidak memerintahkan manusia dengan suatu perintah yang jelas-jelas dia ketahui
akan menghalangi seorang makhluk dari Qudrah-Nya itu atau mendorong mereka
secara paksa untuk menyalahi-Nya. Dan tanda ketidak ridhaan-Nya akan
penentangan terhadap perintah-Nya adalah seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang mendustakan-Nya.
“maka
diantara mereka da orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka
ada yang tetap diatasnya kesesatan. Maka berjalanlah dibumi dan pandanglah,
bagaimana kesudahannya orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Sesungguhnya
Iradah Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana menginginkan penciptaan manusia dengan
segala kesiapannya untuk menerima petunjuk atau kesesatan. Dia membiarkan
mereka bebas dalam memilih salah satu dari dua jalan diatas, membekali mereka
akal pikiran agar ia bisa menentukan dengan akalnya itu salah satu diantara dua
pilihannya. Namun, hal itu setelah Allah memperlihat ayat-ayat petunjuk-Nya
dijagat raya sana yang bisa dijangkau oleh mata, telinga, hati, dan akal
manusia-kapan saja pekat malam dan gemilau nya cahaya sian berputar.
Kemudian
rahmat Allah berkehendak kepada hamba-hamba-Nya agar tidak membiarkan mereka
mengandalkan akalnya semata. Maka, dia meletakkan bagi akal itu barometer yang
kuat (mizan tsabit) pada syari’at-syari’at-Nya yang dibawa oleh para
rasul-rasul-Nya akal akan merujuk ke barometer tersebut setiap kali terasa
samar pada urusan manusia ditengah jalan, agar dapt memastikan kebenaran pilihannya
atau kekeliruannya melalui mizan tsabit dan tidak akan sirna oleh manisnya
tarikan-tarikan hawa nafsu.
Allah
juga tidak menjadikan para rasul-Nya itu sebagai hamba-hamba yang keras, yang
mematahkan batang-batang leher manusia agar mereka beriman, tidak sama sekali.
Akan tetapi, para rasul itu dijadikan-Nya hanya sebagai penyampai (Mubaligh),
misi-Nya tidak lebih dari itu. Mereka mengajak manusia untuk beribadah hanya
kepada-Nya dan menjauhi setiap selain-Nya seperti berhala-berhala, hawa nafsu,
syahwat, dan kekuasaan.[6]
- Aplikasi dalam Kehidupan sehari-hari
1. Kita wajib meyakini bahwa dzat yang patut di sembah
adalah Allah swt. .
2. Meyakini bahwa risalah yang di ajarkan Rasulullah sebagai
penyempurna bagi risalah-risalah nabi sebelumnya.
3. Hendaknya kita menjauhi thaghut, karena itu merupakan bentuk syirik terhadap
Allah swt. .
- Aspek Tarbawi
1.
Menyatukan
iktikad dan keyakinan umatnya bahwasannya Allah SWT adalah Zat maha kuasa
2.
Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya
3.
Meluruskan pemikiran dan aqidah yang
menyimpang.
4.
Menyampaikan Ajaran Tauhid
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Ayat ini menyatakan allah telah
mengutus nabi Muhammad diantara umatnya ada yang menerima dengan baik ajarannya
dan adapula yang membangkang. Hal ini juga dialami oleh rasul-rasul sebelumnya.
Mereka menyampaikan agar umatnya tunduk dan patuh dengan penuh pengagungan
kepada tuhan yang maha esa.
Risalah berasal dari bahasa arab
yaitu arsala, yursilu, risalah yang artinya Utus. Dalam konteks ini, yang
mengutus adalah Allah SWT dan utusannya adalah Nabi Muhammad. Beliau ditugaskan
untuk menyebarkan ajaran yang hanya menyembah satu Tuhan, yaitu Allah. Bentuk
ajarannya adalah Islam yang selalu diartikan dengan selamat, karena berasal
dari kata salamah.
Allah mengutus pada setiap umat
seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul berbeda-beda, namun
Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa diantara tugas
tersebut adalah:
o Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
o Menegakkan hujjah atas manusia.
o Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
o Membawa Kebenaran, Berita gembira, dan peringatan pada
umatnya
o Membimbing umatnya menuju jalan yang benar agar mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
o Memberikan batasan bagi umatnya mana hal-hal yang dilarang
dan yang diperintah oleh Allah SWT
o Mengajarkan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan Allah SWT.
o Muhammad
Rasul Terakhir
“ Muhammad itu sekali-kali bukanlah
bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi Dia adalah Rasulullah dan
penutup nabi-nabi. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Q.S. An-Nahl 16;36.
Moh Quraish Shihab. 2002. Tafsir
Al-Misbah. Vol:03. Jakarta : Pustaka
Lentara hati.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Quran Bayan. Jakarta: Quran Bayan
M. Quraish Shihab. 2006. Tafsir
Al-Mishbah. jilid ke XIV, Cet ke-V. Pisangan, Ciputat, Tangerang : Lentera Hati.
Tafsir Ibnu Katsir jilid 4. 2005. Jakarta : Gema Insani
PROFIL
PENULIS
|
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,
jilid ke XIV, Cet ke-VI, Pisangan, Ciputat, Tangerang: Lentera Hati, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar