OBYEK PENDIDIKAN “TAK LANGSUNG”
”Ummat Terbaik” (QS. Ali Imran Ayat 110)
Cahyaningrum (2021115348)
Kelas: B
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas limpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Objek Pendidikan
“tak langsung”; Ummat Terbaik” guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi 1
ini tanpa halangan berarti. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW., beserta para shahabat dan keluarga serta ummat
Beliau hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah ini dapat terlaksana bukan semata-mata hasil usaha
keras dari penulis saja, namun berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak
yang terlibat di dalamnya.Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih.Terutama kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu, dan
khususnya kepada kedua orang tua.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, dengan
adanya kritik dan saran diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi penulis
untuk perbaikan kedepannya.Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan studi keilmuan, baik bagi audience maupun diri penulis
pribadi.
Amin..
Pekalongan, 11 Oktober 2016
Cahyaningrum
(2021115348)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT bahwa umat Muhammad s.a.w., yakni kaum
muslimin, sebagai umat yang terbaik di antara umat manusia di muka bumi, karena
kalian adalah orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kalian adalah
orang-orang yang beriman secara benar.Pada masa sebelumnya, mereka adalah
orang-orang yang saling bermusuhan.Kemudian hati mereka di dirukunkan.Karena
mereka berpegang teguh pada tali (agama) Allah, melakukan amar ma’ruf nahi
munkar.
Keadaan ummat Muhammad masih tetap dalam keadaan yang
baik sampai mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar.Sekali-kali mereka
tidak meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar melainkan karena kediktatoran dari
para raja dan amir Bani Umayah, termasuk antek-anteknya.
B. Judul Makalah
Dalam
kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang Objek Pendidikan “Tak
Langsung”, yang dalam hal ini berkonsentrasi pada judul Ummat Terbaik. Sesuai
dengan tugas yang penulis terima.
C. Nash dan Terjemahan
1.
Q.S Ali Imran
3: 110
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ
آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : “kamu adalah sebaik-baik umat yang telah dikeluarkan
antara manusia; (karena) kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang
perbuatan yang mungkar serta percaya kepada Allah. Dan kalau sekirannya
berimanlah ahlul kitab sesungguhnya itulah yang baik bagi mereka, (tetapi)
antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S Al-Imran 3:110)
2.
Arti Mufrodat
كنتم -
kuntum : kalian dijadikan dan diciptakan
اخرجت -
ukhrijat :ummat
yang ditampakkan sehingga membeda dan mengetahui
D. Arti Penting
Pembahasan kali ini penting untuk dikaji,
sebab Sebaik-baik manusia yang pandai diantara mereka dan paling bertakwa
diantara mereka, dan menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, dan mencegah mereka dari
perbuatan yang munkar, menyambung tali silaturahim.Ada tiga sifat yang dimiliki oleh umat pengemban
risalah Muhammad saw ini yang menyertai predikat anugerah Allah SWT sebagai
umat yang terbaik, yakni: (1). Menyuruh kepada yang ma’ruf, (2). Mencegah dari
yang munkar, (3). Beriman kepada Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Umat Islam adalah umat
terbaik.Predikat tersebut tidak begitu saja didapat.Ada sejumlah sifat yang
harus mereka miliki untuk meraihnya.Apabila sifat-sifat itu ditinggalkan, predikat
itu pun lepas dari mereka.Maka sudah sepatutnya, kaum Muslim memahami dan melak-sanakan
sifat-sifat yang mengan-tarkan mereka menjadi khayru ummah itu.
Sifat Umat Terbaik
Allah SWT berfirman: Kuntum
khayra ummah ukhrijat li al-nâs (kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia). Menurut sebagian mufassir, orang yang dimaksudkan
ayat ini adalah para sahabat Nabi SAW.Bahwa mereka termasuk dalam cakupan ayat
ini, memang tidak salah.Namun bukan berarti hanya dibatasi hanya untuk mereka.Sebagaimana
dijelaskan Ibnu Katsir, ayat bersifat umum untuk seluruh umat. Pendapat yang
sama juga dikemukakan Fakhruddin al-Razi.
Kesimpulan tersebut lebih bisa
diterima.Pasalnya, para sahabat Nabi SAW mendapat predikat sebagai khayra
ummah (sebaik-baik umat) bukan tanpa sebab.Predikat itu dilekatkan
kepada mereka lantaran memiliki sifat sebagaimana digambarkan dalam frasa
sesudahnya. Jika demikian halnya, maka siapa pun dapat meraih predikat tersebut
asalkan memiliki sifat yang sama.
Jika ada orang yang mengerjakan
shalat, zakat, puasa, dan perkara ma'ruf lainnya, bisa dikatakan sebagai orang
yang baik.Demikian juga orang yang menjauhi zina, riba, judi, dan perkara
mungkar lainnya. Akan lebih baik lagi jika dia juga mengajak orang lain
melakukan hal yang sama. Saat itu dia bukan hanya menjadi orang baik, namun
menjadi sebaik-baik orang (khayru al-nâs).Jika dilakukan oleh umat, maka umat
itu pun berhak menyandang status khairu ummah.
Aktivitas amar ma'ruf nahi munkar
ini tidak hanya bermanfaat bagi umat tersebut, namun juga bagi seluruh manusia
yang diajaknya. Itulah di antara rahasia disebutkannya: ukhrijat li
al-nâs (yang dilahirkan untuk manusia). Artinya, umat terbaik itu
ditujukan untuk seluruh manusia.
Kedua: wa tu'minûna
bil-Lâh (dan beriman kepada Allah). Mereka juga meyakini aqidah
Islam.Sebagaimana dipaparkan al-Alusi dan al-Baidhawi, maksud beriman kepada
Allah adalah beriman kepada semua perkara yang diwajibkan untuk diimani.Apabila
mereka mengimani semua perkara itu, maka keimanannya dapat dianggap.Sebaliknya,
jika ada salah satu yang tidak diimani, maka tidak layak disebut telah beriman
kepada Allah SWT.
Itulah dua sifat yang harus
dimiliki umat ini untuk meraih predikat khayru ummah.Pertama, menerapkan
syariah dan mendakwahkannya kepada seluruh manusia; dan kedua beraqidah Islam
dengan keimanan yang benar dan total.
Posisi Ahli Kitab
Predikat khayru ummah itu berlaku
umum, juga dikukuhkan dengan frasa selanjutnya: walaw âmana Ahl
al-Kitâb lakâna khayr[an] lahum (sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka). Ahli Kitab adalah Yahudi dan Nasrani.
Ditegaskan dalam frasa ini, apabila ahli kitab juga mau beriman, mereka pun
akan mendapat kebaikan; di dunia maupun di akhirat. Beriman yang dimaksud
tentulah mengimani semua perkara yang wajib diimani.
Sempurna dengan Daulah
Patut ditegaskan, aktivitas amar
makruf nahi munkar itu bisa benar-benar sempurna apabila sudah ada daulah-daulah.
Ketika daulah belum tegak, aktivitas dakwah kepada syariah itu memang sudah
bisa dilaksanakan.Akan tetapi, aktivitas itu hanya sebatas pada seruan.Tidak
memiliki daya paksa kepada manusia agar mau melaksanakan yang makruf dan
meninggalkan yang munkar.Berbeda halnya jika sudah ada daulah.
Memerintahkan manusia untuk mebayar zakat.
Demikianlah Apabila umat Islam
ingin meraih predikatnya sebagai khayru ummah, tidak ada pilihan lain kecuali
harus berjuang menegakkan daulah khilafah yang menerapkan syariah dan menyebarkannya
ke seluruh dunia[1].
B. Tafsir Ayat
1.
Tafsir
Al-Maraghi
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kalian adalah umat
yang paling baik di alam wujud sekarang, karena kalian adalah orang-orang yang
melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kalian adalah orang-orang yang beriman
secara benar, yang bekasnya tampak pada jiwa kalian, sehingga terhindarlah
kalian dari kejahatan, dan kalian mengarah pada kebaikan, padahal sebelumnya
kalian adalah umat yang dilanda kejahatan dan kerusakan. Kalian tidak melakukan
amar ma’ruf nahi munkar.
Gambaran atas
sifat ini memang cocok dengan keadaan orang-orang yang mendapatkan khitab ayat
ini pada pemula. Mereka adalah Nabi saw. dan para sahabat yang bersama beliau
sewaktu Al-Qur’an diturunkan. Padda masa sebelumnya, mereka addalah orang-orang
yang saling bermusuhan.Kemudian hati mereka di rukunkan.Mereka berpegang pada
tali (agama) Allah, melakukan amar ma’ruf nahi munkar.Orang-orang yang lemah
diantara mereka tidak takut terhadap orang-orang yang kuat, dan yang kecilpun
tidak takut kepada yang besar. Sebab itu iman telah meresap kedalam kalbu dan
perasaan mereka, sehingga bisa ditundukkan untuk mencapai tujuan Nabi saw. di
segala keadaan dan kondisi.
Keimanan seperti
inilah yang dikatakan Allah dalam fiman-Nya :
انما المؤ منون الدين امنوا با الله ورسوله ثم لم ير تا بوا
وجاهدوابامولهم وانفسهم في سبيل الله اولىك هم الصدقون
“ sesungguhnya orang-orang yang beriman
hanyalah orang –orang yang beriman kepada Allah dan rosul-Nya kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
(Al-Hujarat, 49:15)
Dari penjelasan
terdahulu dapat kita ketahui bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah penyebab
keutamaan, seperti anda mengatakan “ Muhammad adalah orang yang dermawan, suka
memberi makan orang-orang dan memberi pakaian, serta sering memperhatikan
keadaan mereka”. Perkara ma’ruf yang
paling agung adalah agama yang haq, iman, tauhid, dan kenabian.Kemunkaran yang
paling diingkari adalah kafir terhadap Allah. Oleh karena itu kewajiban
berjihad di dalam agama ialah pembebanan bahaya yang paling besar guna menyampaikan
manfaat yang paling besar, dan
membebaskannya dari kejelekan yang paling besar. Jihad termasuk dalam kategori
ibadah yang teragung dan mulia[2].
2. Tafsir Al Azhar
Ayat ini menegaskan bahwa kamu (umat islam)
menjadi sebaik-baik umat yang dikeluarkan antara manusia di dunia ini jika kamu
memenuhi tiga syarat: amar Ma’ruf, nahi Munkar dan iman kepada Allah. Ketiga
syarat inilah yang menjadi sebab kamu disebut yang sebaik-baik umat.Kalau
ketiganya tidak ada maka kamu tidak disebut sebaik-baik umat.
Ketiga dasar yang membawa mutu kebaikan isi
pada hakekatnya adalah satu. Pertama Amar Ma’ruf, kedua Nahi Munkar dan ketiga
yakni beriman kepada Allah adalah dasarnya yang sejati. Apabila telah meyakini
atau menimani Allah maka akan timbul kebebasan jiwa, kemudian kebebasan kemuan
dan kebebasan dalam menyatakan pikiran.
Ayat ini merupakan satu, dan tidak
terpotong-potong sehingga dalam memahami atau membacanya tidak boleh
sepotong-potong.
1. Kamu adalah
sebaik-baik umat yang dikeluarkan Tuhan untuk seluruh manusia.
2. (Karena) kamu
menyuruh yang Ma’ruf.
3. Dan kamu melarang
perbuatan yang munkar.
4. Serta kamu
percaya kepada Allah.
Artinya yang mempersambungkan antara keempat
bagian kalimat itu, menyebabkan hubungannya erat satu dengan yang lain. Apabila
ketiganya itu ada, pastilah mereka mencapai kedudukan yang tinggi di antara
pergaulan manusia.
Suatu masyarakat yang mencapai martabat
setinggi-tingginya dalam dunia ini, jika mempunyai kebebasan. Dan inti sari
kebebasan ada tiga hal:
1. Kebebasan
kemauan (iradat).
2. Kebebasan
menyatakan pikiran.
3. Kebebasan jiwa
dari keraguan.
Apabila seseorang mempunyai kebebasan iradat, kemauan,
niscaya orang tersebut berani menjadi penyeru dan pelaksana perbuatan yang
Ma’ruf.
Dalam memahami ayat ini, hendaklah diambil
mafhumnya dari bawah:
1. Beriman kepada
Allah. Itulah awal permulaan kebebasan jiwa.
2. Berani melarang
yang munkar. Itulah akibat pertama beriman kepada Allah.
C. Aplikasi Dalam
Kehidupan
Allah
SWT. telah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar berpegang teguh pada
tali Allah, dan mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan
kepada mereka untuk merukunkan hati mereka pada ukhuwah islamiyah. Lalu Allah
memeperingatkan mereka jangan sampai seperti orang-orang yang ahli kitab yang
selalu menentang dan berbuat maksiat.Sekaligus Allah mengancam mereka bila
berbuat begitu dengan siksaan yang pedih[4].
setiap manusia mempunyai tanggung jawab dalam
hidupnya untuk saling menyerukan dalam kebenaran dan saling mengingatkan atau
memperingatkan dalam keburukan dan dilandasi dengan keimanan kepada Allah
karena pada hakekatnya manusia telah diciptakan Allah dengan begitu sempurna
dan kepada umat islam diberi keutamaan dari pada umat yang lain jika seseorang
itu mampu mengamalkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling
menegur jika ada keburukan. Namun, jika umat islam tidak melaksanakan itu maka
dia tidak termasuk dalam sebaik-baik umat karena yang termasuk sebaik-baik umat
adalah seseorang yang mampu mengamalkan Amar Ma’ruf, Nahi Munkar dan beriman
kepada Allah[5].
D. Aspek Tarbawi
1. Allah
memerintahkan agar hamba-hamba-Nya beriman dan berpegang teguh kepada tali
Allah.
2. Allah
memperingatkan mereka jangan sampai seperti orang-orang yang ahli kitab yang
selalu menentang dan berbuat maksiat.
3.
Kamu adalah sebaik-baik ummat
yang dikeluarkan oleh Allah untuk seluruh manusia yaitu : Kamu yang menyuruh
perbuatan yang ma’ruf, kamu yang melarang per uatan yang munkar, dan kamu yang
percaya kepada Allah
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab
dalam hidupnya untuk saling menyerukan dalam kebenaran dan saling mengingatkan
atau memperingatkan dalam keburukan dan dilandasi dengan keimanan kepada Allah
karena pada hakekatnya manusia telah diciptakan Allah dengan begitu sempurna
dan kepada umat islam diberi keutamaan dari pada umat yang lain jika seseorang
itu mampu mengamalkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling
menegur jika ada keburukan. Namun, jika umat islam tidak melaksanakan itu maka dia
tidak termasuk dalam sebaik-baik umat karena yang termasuk sebaik-baik umat
adalah seseorang yang mampu mengamalkan Amar Ma’ruf, Nahi Munkar dan beriman
kepada Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir
Al-Maraghi.Semarang, PT. Karya Toha Putra Semarang.
Amrullah ,Abdul Malik Karim. 2006.Tafsir
Al-Azhar.Jakarta, Pustaka Panjimas.
Nama : Cahyaningrum
TTL : Batang, 04 Februari 1997
Alamat: Wonosegoro
Kec. Bandar Kab. Batang
Riwayat pendidikan
-
TK : Nusa Indah Bandar
-
SD : SDN Wonosegoro 2
-
SMP : SMP N 1 Bandar
-
SMA : MA Darul Amanah
Sukorejo Kendal
[1]http://www.globalmuslim.web.id/2011/06/menjadi-umat-terbaik.htmldiakses pada
tgl 28 okt pukul 11.30.
[2] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi, (Semarang, PT. Karya Toha Putra Semarang 1993) hlm. 48-54
[3]
Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta,
Pustaka Panjimas 2006), hlm 63-70
[4]Ahmad
Mustafa Al-Maraghi, op.cit. hlm. 48
[5]http://long-visit.blogspot.co.id/2010/12/kajian-ayat-surat-al-imran-ayat-110.html diakses pada
tgl 28 okt pukul 11.30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar