METODE PENDIDIKAN “UMUM”
METODE ARGUMENTATIF
(Q.S Al-Baqarah : 258)
Afrizal Hanan (2021115283)
Kelas C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga dalam
beberapa hari ini saya bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“Metode Pendidikan Umum: Metode Argumentatif” ini dengan baik. Sholawat
serta salam telah tercurahkan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang
telah kita nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah.
Dan juga saya
berterima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah
Tafsir Tarbawi I yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini mungkin tidak bisa sempurna seperti yang
telah di inginkan oleh dosen karena kesempurnaan itu hanya milik Allah swt.
Untuk itu penulis mengharap kepada bapak dosen dan teman-teman kelas C untuk
memberi kritik dan saran agar bisa memperbaiki makalah yang telah dibuat
penulis supaya pembaca dapat lebih memahami dan mempelajari isi dari makalah
tersebut.
Semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan memberikan wawasan yang luas sebagai ilmu tambahan
pengetahuan bagi pembaca pada umumnya. Sekian dari penulis apabila terdapat
kesalahan dalan makalah ini mohon untuk bisa di kritik agar bisa menjadikan
motivasi dimasa yang akan datang. Terima kasih.
Pekalongan, 25 November 2016
Afrizal Hanan
NIM 2021115283
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk membina dan membentuk perilaku atau
akhlak peserta didika dengan cara mmeningkatkan keimanan, pemahaman, serta
pengalaman peserta didik terhadap ajaran agama Islam. Sehingga setelah
menyelesaikan pendidikan, peserta didik mampu menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan bermasyarakat,
bangsa dan negara.
Dalam melaksanakan pendidikan, dibutuhkan
sebuah metode pembelajaran untuk menunjang kelancaran pendidikan. Metode
pembelajaran merupakan cara atau teknik pengkajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru saat pengkajian bahan pelajaran. Salah satu dari metode
pembelajaran adalah Metode Argumentatif. Metode ini memberikan peluang sebesar-besarnya
kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian
dipadukan dengan pendapat siswa lain.
B.
Judul
Metode Pendidikan “UMUM” : Metode Argumentatif
C.
Nash
Q.S Al-Baqarah : 258
أَلَمۡ
تَرَ إِلَى ٱلَّذِي حَآجَّ إِبۡرَٰهِۧمَ فِي رَبِّهِۦٓ أَنۡ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلۡمُلۡكَ
إِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِۧمُ رَبِّيَ ٱلَّذِي يُحۡيِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحۡيِۦ
وَأُمِيتُۖ قَالَ إِبۡرَٰهِۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأۡتِي بِٱلشَّمۡسِ مِنَ ٱلۡمَشۡرِقِ
فَأۡتِ بِهَا مِنَ ٱلۡمَغۡرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِي كَفَرَۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ
ٱلظَّٰلِمِينَ ٢٥٨
258. Apakah
kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah)
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika
Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,"
orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan".Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
D.
Arti Penting
Seorang penguasa – yang konon bernama Namrud – terpedaya oleH kekuasannya.
Kekuasaan yang dimilkinya menjadikan dia merasa wajar menjadi Tuhan, atau
menyaingi Allah. Memang, kekuasaan seringkali cenderung menjadikan orang lupa
diri dari Tuhan-Nya. Maka ia mendebat Nabi Ibrahim as. tentang Allah. Tidak
dijelaskan oleh ayat ini, bagaimana awal perdebatan, yang dijelaskan adalah
sekelumit dari perdebatan itu.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Secara etimologi, kata “metode” berasal dari bahasa Yunani, kata
metode berasal dari dua suku kata meta dan hodos. Meta
berarti melalui dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
Secara terminologi, Metode adalah
seperangkat jalan atau cara yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran
agar peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan kompetensi tertentu.[2]
Salah satu dari berbagai macam metode
pendidikan adalah Metode Argumenttif. Metode Argumentatif adalah suatu cara
penyajian/penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada
para siswa/kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
Metode
Argumentatif/Diskusi tepat digunakan karena:
1.
Untuk menumbuhkan sikap transparan dan toleran bagi peserta didik,
karena ia terbiasa mendengarkan pendapat orang lain sekalipun pendapat tersebut
berbeda pendapat dengan pendapatnya.
2.
Untuk mencari berbagai masukan dalam memutuskan sebuah/beberapa
permasalahan secara bersama.
3.
Untuk membiasakan peserta didik berfikir secara logis dan
sistematis.[3]
B.
Tafsir
1.
Tafsir Ibnu Katsir
Orang
yang mendebat Nabi Ibrahim as. ialah raja Namrudz bin Kan’an. Raja Babilon,
pernah menguasai dunia dari barat sampai ke ujung timur.
Mujahid
berkata: “Raja yang pernah menguasai dunia empat, dua mu’min yaitu Sulaiman dan
Zulqarnain dan dua kafir yaitu Namrudz dan Bukhtunassar (Bogatnesar).[4]
Dalam
ayat ini Allah menganjurkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada kita semua
supaya memperhatikan suatu kejadian yang terjadi dari seorang raja besar di
masa Nabi Ibrahim, ia tidak percaya adanya Tuhan Allah, maka Nabi Ibrahim yang
dengan menunjukkan kekuasaan Tuhan Allah yang menghidupkan semua makhluk dan
mematikan mereka, sebagai bukti yang sangat nyata, tetapi raja yang sombong
dengan kerajaan dan kekuasaanya itu tidak dapat menerima keterangan Ibrahim,
bahkan ia berkata; “Aku juga dapat menghidupkan dan mematikan, yaitu jika
dihadapkan kepadaku dua pesakitan (narapidana) yang harus dihukum mati, lalu
saya perintahkan supaya dibunuh dan yang
lain saya lepaskan.” sebenarnya jawaban raja itu lain dengan tujuan Ibrahim
dalam arti menghidupkan dan mematikan, tetapi dasar raja degil, maka langsung
oleh Ibrahim dijelaskan lain dalil (bukti) kekuasaan Allah, yaitu; Allah
menerbitkan matahari dari sebelah barat, jika anda merasa berkuasa, maka
cobalah.” Disini raja itu menjadi bingung terdiam tidak dapat berbuat apa-apa,
benar-benar merasakan tidak dapat membantah bukti dan alasan yang dibawa oleh
nabi Ibrahim as. Demikianlah Allah takkan memberi petunjuk bagi kaum yang
dzalim.
Assuddi
menyebut bahwa perdebatan yang terjadi antara Ibrahim dengan raja Namrudz ini
terjadi sesudah keluarnya Ibrahim dari api, sebab tidak pernah bertemu kedua
orang ini kecuali ketika itu, maka terjadilah perdebatan itu.
Zaid bin Aslam berkata; “Namrudz
mengatur pembagian makanan bagi rakyatnya, dan orang-orang yang datang untuk membeli makanan ke sana,
maka Ibrahim ikkut antri untuk membeli bahan makanan. Maka terjadilah
perdebatan ini, sehingga nabi Ibrahim tidak diberi bagian dan harus pulang ke
rumah dengan karung yang kosong. Maka nabi Ibrahim berusaha mengisi kedua
karungnya dengan tanah, sambil berkata; “Untuk menghibur keluargaku, dan ketika
sampai di rumah segera diletakkan kedua karung itu di muka rumah, lalu ia masuk dan tidur. Kemudian bangunlah
istrinya, Sarah, dan segera pergi ke tempat karung itu, dilihatnya karung penuh
makanan, maka ia pun memasak makanan yang diambil dari dalam karung itu.[5]
Ketika nabi Ibrahim bangun ia mendapatkan makanan yang sudah masak dan ia pun
bertanya : “Dari mana kalian mendapatkan makanan ini?” jawab istrinya: “Dari
tepung yang anda bawa itu.” Ibrahim mengerti bahwa itu semata-mata rizki
pemnberian Allah azza wajalla.
Zaid bin Aslam berkata; “Kemudian Allah
mengutus seorang Malaikat kepada raja Namrudz dan menyuruhnya beriman kepada
Allah, tetapi raja Namrudz menolaknya, hingga kedua dan ketiga kalinya. Maka
disuruhnya mengumpulkan semua tentaranya pada keesokan harinya ketika matahari
terbit. Kemudian Allah m menuengirimkan nyamuk sebanyak-banyaknya sehingga
menutupi cahaya matahari dan menyuruh nyamuk-nyamuk itu menyerang tentara
Namrudz, sekaligus memakan darah dan dagingnya, sehingga habis hingga tinggal
tulang belulangnya belaka. Sedang terhadap raja Namrudz dimasukinya hidungnya
oleh seekor nyamuk dan tinggal di dalam hidungnya selama empat ratus tahun
tersiksa oleh nyamuk itu, sehingga jika sakit kepalanya oleh gangguan nyamuk
terpaksa dipukuli dengan pentung selama itu hingga mati karenanya.
2.
Tafsir Al-Maraghi
Dalam ayat ini
dikemukakan suatu contoh sebagai mitsal yang mendukung kebenaran dari
masalah ini, dan sebagai bukti keshahihannya. Selanjutnya, dijelaskan kisah
Ibrahim as., bahwa Allah memberi taufik dan menolong Ibrahim dengan bantuan
Allah. Ketika itu, Nabi Ibrahim menegakkan hujjah untuk melenyapkan
hal-hal yang syubhat yang merupakan hujjah musuh. Sehingga, beliau
berhasil memenangkan hujjah atas musuhnya itu. Namun, pihak musuh yang
mengemukakan hujjah kepada beliau itu tetap “buta”, tidak mau melihat nur
kebenaran. Lalu, dirinya semakin tenggelam ke dalam keraguan yang makin
bertambah, dan makin terjerumus ke dalam jurang kehancuran karena terseret
pengaruh kekuasaan thaghut.
3.
Tafsir Al-Azhar
“Atau tidakkah
engkau fikirkan dari hal orang yang membantah Ibrahim tentang Tuhannya?
(pangkal ayat 258) Pangkal ayat ini mengajak kepada Rasul khususnya dan ummat
beriman umumnya untuk memikirkan kisah ini. Orang itu ialah raja Namrudz
sendiri. “Lantaran Allah telah memberikan kerajaan kepadanya.” Suatu pengajaran
ilmu jiwa yang mendalam dari al-Qur’an, yaitu
seorang manusia, oleh karena diberi Allah kekuasaan dan kerajaan,
sombong, lupa diri, lupa segala, merasa awak sangat berkuasa, sebab itu
perkataan yang keluarpun tidak ada batasnya lagi, sebab merasa tidak ada juga
orang yang berani membantah: “Tatkala Ibrahim berkata: Tuhankulah yang
menghidupkan dan mematikan.” Di hadapan raja itu Ibrahim telah menerangkan
siapa Tuhan, bahwa Tuhan Allah lah yang mematikan dan menghidupkan. Tetapi
karena memang dasar jiwa orang berkuasa tidak berbatas itu sombong dengan
kekuasaannya, boleh difikirkannya dengan panjang apa maksud Ibrahim mengatakan
demikian, langsung saja beliau sambut: “Dia berkata; Akulah yang menghidupkan
dan mematikan.” Nyawa dari seluruh rakyat negeriku ada di tanganku.
Ibrahim pun
meneruskan perkataannya: “Berkata
Ibrahim: Maka sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari timur, maka
cobalah datangkan matahari dari barat.” Dengan sambungan kata yang demikian
Ibrahim telah membawa raja berfikir yang lebih luas. Sekarang baru dia mengerti
apa maksud Ibrahim: “Maka terdiamlah orang yang kafir itu.” Dia tidak dapat
menjawab lagi. Dasar berfikirnya salah, sebab itu dia terdiam. “Dan Allah
tidaklah akan memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (ujung ayat 258)[6]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
Dalam menjalani
kehidupan di dunia pendidikan seringkali kita mempunyai perbedaan argumen dalam
menyikapi suatu permasalahan. Perbedaan tersebut jangan sampai membuat putusnya
tali persaudaraan antar sesama manusia. Maka hendaknya, kita harus menghargai
pendapat orang lain, dan tidak keras kepala dengan tidak menerima kebenaran
ketika keenaran itu mulai tampak. Sebab, kembali pada kebenaran adalah lebih
baik daripada terus-menerus dalam kebatilan.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Tidak diperbolehkan menjadi orang
yang sombong dan menang sendiri.
2.
Dalam berargumentasi, haruslah
menggunakan sumber/dalil yang benar.
3.
Tidak menjadikan kekuasaan sebagai
alat untuk menzalimi orang lain.
4.
Senantiasa menyampaikan kebenaran
yang ada di dalam Al-Qur’an.
5.
Bersikap hati-hati, baik perbuatan maupun
lisan.
Daftar Pustaka
Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.
Jakarta: Ciputat Pers
Al Maraghi, Ahmad Mustofa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Karya
Toha Putra
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. 1983. Jakarta: Pustaka Panjimas
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah : pesan, kesan dan
keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
Katsir, Ibnu. 1987. Terjemah singkat tafsir Ibnu Katsier. Surabaya:
Bina Ilmu.
Biodata Penulis
Nama :
Afrizal Hanan
NIM :
2021115283
TTL :
Pekalongan, 09 Mei 1997
Alamat :
Setono, Gg. 5B. Pekalongan Timur, Kota Pekalongan
Riwayat Pendidikan :
1.
TK Aisyiyah Bustanul Athfal Setono
Pekalongan
2.
SD Islam 01 Setono Pekalongan
3.
SMP Muhammadiyah Pekalongan
4.
SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan
5.
IAIN Pekalongan (masih)
[1] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 556
[2] http://www.academia.edu/18246898/METODE_PENDIDIKAN_DALAM_PERSPEKTIF_AL-QURAN. diakses pada
tanggal 19 November 2016 pukul 21.29 WIB
[3] Arief Armai, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.
146-147
[4] Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsir (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1987), hlm.469
[6] Hamka, Tafsir
Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983) hlm. 30-31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar