SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI
“Nabi Rahmatan Lil Alamin”
Qur’an Surat Al-Anbiyaa’ Ayat 107
Khatikah 2021115129
Kelas C
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya segala puja dan puji hanya untuk Allah semata, karena atas perkenan-Nya jualah sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Ya Allah Ya Rabb, izinkanlah hamba-Mu yang lemah ini memanjatkan rasa terima kasih karena Engkau selalu menuntun jalan kami untuk terus memahami, memaknai, belajar, berkarya dan berbagi kepada sesame.
Hanya kalimat Tahmid yang terus meluncur diiringi taslim bagi Rasulullah saw. Salam dan salawat bagi rasulullah junjungan kita beserta keluarga dan para sahabatnya. Karya ini kami buat dan berharap semoga dapat menambah pengetahuan berpikir kita untuk kedepan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Bapak rektor STAIN Pekalongan ( Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag)
2. Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi I
3. Semua pihak yang menjadi sumber inspirasi karya ini yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.
seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak dan tiada mawar yang tak berduri, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bermanfaat kami butuhkan.Akhirnya, dengan memohon petunjuk Allah SWT, semoga kami selalu mendapat petunjuk kejalan yang benar sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi agama, nusa, bangsa dan Negara.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi muhammad menjadi bukti kebenaran. Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim dan dibesarkan dalam keadaan miskin. Dia juga tidak pandai membaca dan menulis serta hidup dalam lingkungan yang terbelakang. Namun demikian, tak satupun faktor negatif itu membawa dampak bagi dirinya. Bahkan sebaliknya, beliau dinilai oleh banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu dan dengan beraneka macam tolak ukur sebagai manusia terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan.
Tidak ada nabi yang mewariskan ajaran seperti Nabi Muhammad saw. petunjuknya terangkum dalam ratusan ribu hadis. Beragam literatur menuturkannya dalam balutan uraian yang menajubkan. Perkataan yang penuh kelembutan dan makna yang agung. Tidak ada yang dapat menandinginya. Nabi muhammad sebagai utusan Allah, yang diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Untuk memahami lebih lanjut mengenai nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam, berikut pemaparannya
B. Judul Makalah
Judul makalah ini adalah “ Subyek Pendidikan Majazi ( Nabi Rahmatan Lil Alamin”, sesuai tugas yang diterima oleh pemakalah.
C. Nash dan Arti al-Qur’an Surat Al-Anbiyaa’ Ayat 107
!$tBurš»oYù=y™ö‘r&žwÎ)ZptHôqy‘šúüÏJn=»yèù=Ïj9ÇÊÉÐÈ
“ Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta”.
D. Arti Penting Kajian Materi
Surat yang sedemikian ringkas ini mengandung pengertian bahwa nabi Muhammad saw adalah rahmat bagi seluruh alam, maka ayat ini menjelaskan intisari rahmat itu, yaitu rahmat aqidah, mengakui Tuhan hanya satu, tidak ada Tuhan yang lain. oleh kareana itu Qs. Al-Anbiyaa ayat 107 penting untuk di kaji, karena untuk mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah satu-atunya nabi yang diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta ini. Rahmat ini tidak terkecuali untuk kaum muslim maupun non muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Nabi Muhammad merupakan Rahmat bagi Seluruh Alam
Pada minggu kedua bulan Rabi’ul Awwal tahun gajah yang bertepatan dengan bulan april 580 M, di Mekkah lahirlah seorang anak manusia dalam keadaan yatim. Nama anak inilah yang hingga kini disebut-sebut oleh ratusan juta manusia disertai dengan decakan kekaguman, beliau adalah Muhammad saw. Dengan budi luhur, ilmu pengetahuan, sikap kesatria dan ketekunan, beliau menyebarluaskan rahmat dan kasih bagi seluruh alam.
Dengan rahmat tersebut, terpenuhilah hajat batin manusia menuju ketenangan, ketentraman, dan pengakuan atas wujud, hak, bakat, dan fitrahnya sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan besar akan perlindungan, bimbingan, pengawasannya serta saling pengertian dan perdamaian.
Rahmat tersebut bukan hanya dirasakan oleh pengikut-pengikutnya, bahkan bukan hanya manusia. Sebelum Eropa mengenal Organisasi Pecinta Binatang, Nabi Muhammad saw, telah mengajarkan : “ Apabila kalian mengendarai binatang, berikanlah haknya, dan janganlah menjadi setan-setan terhadapnya”.
Sebelum dunia mengenal istilah “kelestarian lingkungan”, Nabi Muhammad telah menganjurkan untuk hidup bersahabat dengan alam. Tidak dikenal istilah penundukan alam dalam ajarannya, karena istilah ini dapat mengantarkan manusia kepada sikap sewenang-wenang, penumpukan tanpa batas tanpa pertimbangan pada asas kebutuhan yang diperlukan. Istilah yang digunakan oleh beliau adalah “Tuhan memudahkan alam untuk dikelola manusia” (QS.14:32). Pengelolaan ini disertai dengan pesan untuk tidak merusaknya, bahkan mengantarkan setiap bagian dari alam ini untuk mencapai tujuan penciptaannya.
B. Tafsir QS. Al-Anbiyaa’ Ayat 107
1. Tafsir Al-Misbah
Redaksi pada Qs. Al-Anbiyaa’ ayat 107 sangat singkat, tetapi ia mengandung makna yang sangat luas. Hanya dengan lima kata yang terdiri dari dua puluh lima huruf- termasuk huruf penghubung yang terletak pada awalnya, ayat ini menyebut empat hal pokok. Diantaranya: 1). Rasul/utusan Allah dalam hal ini Nabi Muhammad saw,2).Yang mengutus beliau dalam hal ini Allah,3).Yang diutus kepada mereka (al-alamin),4).Risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yakni rahmat yang sifatnya sangat besar sebagaimana dipahami dari bentuk nakirah/indifinitif dari kata tersebut.
Rasulullah saw adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa ajaran, tetapi sosok dan kepribadian beliau adalah rahmat yang dianugerahkan Allah SWT. Kepada beliau. Ayat ini tidak menyatakan: “ Kami tidak mengutus engkau untuk membawa rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam.”
Ketika menafsirkan firman-Nya dalam Qs. Ali Imran ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ
“ maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka”.
Penulis antara lain mengemukakan bahwa penggalan ayat ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa Allah sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw: “ Aku dididik oleh Tuhan-Ku, maka sungguh baik hasil pendidikan-Nya”. Kepribadian beliau dibentuk sehingga bukan hanya pengetahuan yang Allah limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu al-Qur’an, tetapi kalbu beliau juga disinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan rahmat bagi seluruh alam.
Pembentukan kepribadian Nabi Muhammad saw. sehingga menjadikan sikap, ucapan, perbuatan, bahkan seluruh totalitas beliau adalah rahmat, bertujuan mempersamakan totalitas beliau dengan ajaran yang beliau sampaikan, karena ajaran beliau pun adalah rahmat menyeluruh dan dengan demikian, menyatu ajaran dan penyampai ajaran, menyatu risalah dan rosul.
Para pakar memahami kata ‘alam dalam arti kumpulan sejenis makhluk Allah yang hidup, baik hidup sempurna maupun terbatas. Jadi ada alam manusia, alam malaikat, jin, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu memperoleh rahmat dengan kehadiran Nabi Muhammad saw membawa ajaran islam.
2. Tafsir Al-Azhar
Untuk menafsirkan Qs. Al-Anbiyaa ayat 107, kita salin dari apa yang ditulis oleh Almarhum Syahid fi sabilillah Sayid Quthub dalam tafsir beliau “ Di bawah lindungan al-Qur’an”. Risalah Nabi Muhammad datang kepada kemanusiaan setelah dia sampai ke zaman kedewasaan akal. Kitab yang dibawa oleh Rasullah ini telah meletakkan dasar-dasar yang tetap bagi hidup kemanusiaan yang selalu berubah. Diberi kesempatan bagi manusia mempergunakan ijtihad menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan hukum yang tetap itu, atau mengembalikan yang cabang kepada yang pokok, dengan tidak usah ada benturan. Kedatangan Muhammad membawa syariat yang berisi rahmat itu, ialah sebab syariat itu tidak membeku; hukum tumbuh karena menilik illat, ada illat ada hukum.
Rahmat dari risalat Muhammad ini adalah keseimbangan di antara kesuburan rohani dan jasmani. Selain membawa rahmat untuk kaumnya, mengeluarkan mereka dari lingkungan sempit hidup berkabilah menjadi suatu bangsa besar yang berperadaban, dia pun rahmat bagi seluruh alam. Mulanya tentu dipandang orang ganjil dan tidak mungkin diterima, karena bertentangan dengan susunan yang berlaku waktu itu. Tetapi lama-lama manusia menerimanya dengan secara berangsur, diakui dan dijalankan.
3. Tafsir Al-Maraghi
Hal ini dapat dijelaskan, bahwa Rasulullah saw diutus dengan membawa ajaran yang mengandung kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Hanya saja, orang kafir tidak mau memanfaatkannya dan berpaling dari-Nya akibat kesiapan dan tabiatnya yang rusak, tidak menerima rahmat dan tidak mensyukuri nikmat ini, sehingga dia tidak merasakan kebahagiaan dalam urusan agama maupun dalam urusan dunia, sebagaimana firman-Nya:
اَلَمْ تَرَاِلَى الَّذِيْنَ بَدَّلُوْانِعْمَتَ اللهِ كُفْرًاوَّاَحَلُّوْاقَوْمَهُمْ دَارَالْبَوَارِجَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ
“tidaklah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya kelembah kebinasaan, yaitu neraka jahannam? Mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.”( Ibrahim ayat 28-29)
C. Aplikasi dalam Kehidupan
1. Menjaga dan melestarikan alam
2. Memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhannya
3. Tidak berlebihan dalam mengambil manfaat dari alam
4. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah
D. Aspek Tarbawi
1. Manusia dapat belajar dari alam
2. Alam akan memberontak atas apa yang telah dilakukan oleh manusia yang semena-mena terhadap alam
3. Semua kerusakan alam ditimbulkan oleh manusia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Qs. Al-Anbiyaa yang artinya “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Dapat ditarik kesimpulanbahwa rahmat yang dibawa oleh Rasulullah untuk , terpenuhilah hajat batin manusia menuju ketenangan, ketentraman, dan pengakuan atas wujud, hak, bakat, dan fitrahnya sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan besar akan perlindungan, bimbingan, pengawasannya serta saling pengertian dan perdamaian.
Rahmat tersebut bukan hanya dirasakan oleh pengikut-pengikutnya, bahkan bukan hanya manusia. Sebelum dunia mengenal istilah “kelestarian lingkungan”, Nabi Muhammad telah menganjurkan untuk hidup bersahabat dengan alam. Tidak dikenal istilah penundukan alam dalam ajarannya, karena istilah ini dapat mengantarkan manusia kepada sikap sewenang-wenang, penumpukan tanpa batas tanpa pertimbangan pada asas kebutuhan yang diperlukan. Istilah yang digunakan oleh beliau adalah “Tuhan memudahkan alam untuk dikelola manusia”.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan teman-teman semua dan bermanfaat disetiap saat. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyaknya kesalahan untuk dikoreksi dikritik dan mohon sarannya agar menjadi lebih baik lagi, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Maragi, Ahmad Mustafa, 1993, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang
Hamka, 1981, Tafsir Al-Azhar, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset
Shihab, M. Quraish, 2013, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah Kehidupan,Bandung: PT Mizan Pustaka
Shihab, M.Quraish, 2006, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati
BIODATA PENULIS
Nama : Khatikah
Tempat,tanggal lahir : Pekalongan, 26 juni 1996
Alamat : Desa Ngalian RT 03 RW 03, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan
Riwayat Pendidikan : MIS Ngalian
MTSs Hidayatul Athfal
MAS Simbang Kulon
Masih menempuh S1 di IAIN Pekalongan Jurusan Tarbiyah /PAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar