METODE
PENDIDIKAN UMUM
“METODE
ARGUMENTATIF”
QS.
Al-BAQARAH AYAT 258
Ririn Widayanti 2021115307
KELAS : D
JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi
robbil alamin, puji syukur saya
panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan beribu-ribu kenikmatan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Pendidikan Umum”
dengan tema ‘Metode Argumentatif’. Dan alhamdulillah pada kesempatan yang baik
ini kita dapat berkumpul, bermuajahah bersama guna memusyawarahkannya.
Sholawat dan salam selalu tercurah
kepada junjungan kita, sosok sempurna yang membawa peradaban besar pada agama
kita, yaitu nabi agung Muhammad SAW. Semoga
kita mendapat syafa’atnya besok di hari kiamat. Amin.
Saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua rekan yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat pada waktunya tanpa adanya rintangan yang begitu berarti. Saya menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi saya mengharap semoga makalah
ini dapat menambah wawasan untuk semua kalangan yang membaca. Dan guna
memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya, saya mengharap kritik dan
saran yang membangaun dari Anda semua.
Akhir kata, semoga kita mendapat
ilmu yang berkah dan di ridhoi oleh Allah swt. serta di beri cahaya kemudahan
dalam mencari ilmu. Amin.
Wassallamualaikum Wr. Wb.
Pekalongan,
Nopember 2016
Ririn
Widayanti
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Allah
dalam Qur’an –Nya telah banyak menceritakan kepada kita tentang berita para
rasul yang terdahulu. Dimana dengan berita-berita tersebut jelaslah segala
hakikat, bukti-bukti nyata yang beraneka ragam akan tegak membela tauhid. Allah
dalam ayat ini mengambarkan tentang kekasihNya, Ibrahim as., dimana ia mendebat
raja yang dzalim yaitu Namrud al-Babali yang meniadakan dan mengingkari adanya
Robb. Namrud telah terpedaya oleh kekuasaan nya dan tersesat hingga akhirnya ia
meniadakan Allah. Lalu ia mendebat Nabi Ibrahim, yang oleh Allah Ibrahim telah
diberi ilmu yang mana tidak pernah Allah kasih untuk orang orang yang dzalim.
B.
Judul
Metode
Pendidikan Umum “Metode Argumentatif” (Q.S Al-Baqoroh ayat 258)
C.
Nash
dan Tarjamah Q.S. Al-Baqarah ayat 258
أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ
الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
(٢٥٨)
258. Apakah
kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah)
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika
Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,"
orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka
terbitkanlah Dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
D.
Arti
Penting untuk Dikaji
Ayat
ini sangat perlu dikaji oleh semua kalangan orang islam karena didalamnya
terkandung pesan bahwa kita tidak boleh sombong terhadap apa yang kita punya.
Terlebih menganggap diri lebih ungul dari pada Tuhan. Karena sesungguhnya apa yang kita miliki
hanyalah titipan dari Allah swt semata. Dan dalam ayat ini pula kita dianjurkan
untuk senantiasa berfikir dan berargumen yang baik terhadap siapapun.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori dari buku
B. Tafsir
1. Tafsir Ibnu Katsir
Orang yang
mendebat nabi Ibrahim adalah raja Babilonia yang bernama Namrud bin Kan’an bin
Kausy bin Sam bin Nuh. Maksud firman Allah “Apakah kamu tidak memperhatikan
orang yang mendebat Ibrohim tentang Tuhannya.” Adalah ihwal keberadaan
Tuhannya. Hal itu karena Namrud menolak tuhan lain selain dirinya. Hal yang mendorong
ia bersikap demikian adalah kesombongan dan keinginan bertahta dalam
kerajaannya selama mungkin. Oleh karena itu Allah berfirman “karena Allah telah
memberikan kepada orang itu kerajaan”. Dia meminta Ibrahim mengemukakan sebuah
dalil yang menunjukkan keberadaan tehan yang disembahnya. Maka Ibrahim berkata
“Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan” yakni, Dialah yang mengadakan
semua perkara dari tidak ada, dan meniadakan setelah ada. Hal itu menunjukkan
pada pentingnya keberadaan pelaku terpilih, karena perkara-perkara itu tidak
ada dengan sendirinya. Ia mesti memerlukan pihak yang mengadakan, yaitu Robb
yang saya serukan untuk disembah secara tauhid, tanpa sekutu bagi-Nya. maka
Namrud berkata, “saya pun dapat menghidupkan menmematikan.” Dia menampilkan dua
orang yang mendapat hukuman mati. Namrud menyuruh membunuh yang satu dan
memaafkan yang satunya lagi agar tidak dibunuh. Inilah yang katakan oleh
Qatadah.
Yang
jelas, dan Allah Maha tahu, tindakan yang demikian bukanlah yang dimaksud
namrud, sebab ia bukan merupakan jawaban bagi pertannyaan Ibrahim. Namun yang
dimaksud Namrud adalah keinginan untuk dipanggil tuhan karena ingkar dan takabur, dan menduga bahwa
ia dapat melakukan hal itu, bahwa dialah yang dapat menghidupkan dan mematikan.
Oleh karena itu Ibrahim berkata “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari
timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Yakni, jika kamu dapat menghidupkan
dan mematikan, maka yang dapat menghidupkan dan mematikan itulah yang mengatur
segala yang ada,menciptakan wujudnya, menaklukkan planet-planet berikut
peredarannya dan matahari itu adalah sebagian kecil dari sejumlah makhluk.
Setiap hari matahari terbit dari dari timur. Jika kamu sebagai tuhan sama
seperti yang kamu katakan, maka terbitkanlah matahari dari barat.” Setelah
menyadari ketidakberdayaannya dan tumbangnya kesombongan dirinya, Namrud diam
membisu. Kemudian dilancarkanlah hujjah kepadanya, “dan Allah tidak akan
memberi petunjuk kepada orang-orang yang
dzalim”, artinya Allah tidak kan memberitahukan hujjah dan alasan kepadanya,
justru hujjah mereka dilumpuhkan, ditimpa kemurkaan, dan bagi mereka adzab yang
hebat.
Pendapat
para ahli logika yang mengatakan bahwa susungguhnya perpindahan Ibrahim dari
maqam pertama kepada maqam yang kedua merupakan perpindahan dari dalil satu kedalil lain yang lebih jelas tidaklah
tepat. Justru, maqam pertama itu sebagai premis bagi maqam kedua, dan
disebabkan tidak validnya pernyataan Namrud yang pertama dan kedua. Kepunyyaan
Allah lah segalu puji dan karunia.
Walaupun
Namrud sudah tidak berkutik, dia tetap saja ingkar dan tidak iman kepada Allah
yang menghidupkan dan mematikan. Oleh
karenanya, Allah mengirim siksaan nyamuk kepada dirinya dan kaumnya sehingga
mereka tidak dapat melihat matahari. Allah mengutus nyamuk itu untuk melahap
daging dan menyedot darah mereka serta menyisakannya sebagian tulang yang
rapuh. Salah satu nyamuk itu masuk ke lubang hidung Namrud. Lalu Namrud
memukuli kepalanya dengan linggis selama beberapa waktu hingga Allah
membinasakannya.[1]
2. Tafsir Jalalain
... (Tidakkah kamu perhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya.)
-.... (disebabkan dia diberi Allah
kerajaan) maksudnya raja Namrud, yang karena telah berkuasa hendak
menyangkal karunia Allah kepadanya.-... (yakni-ketika) menjadi baddal dari hajja - .... (Ibrahim
berkata)
Ketika Namrud menanyakan kepadanya:
“siapakah Tuhanmu yang kamu seru kami
kepada-Nya itu?”-... (Tuhanku
ialah yang menghidupkan dan mematikan”) maksudnya menciptakan kehidupan dan
kematian didalam tubuh.-... (katanya) kata Namrud. -... (sayalah yang menghidupkan dan yang mematikan). Yakni dengan
membeuhun dan memaafkan, lalu dipanggilnyalah dua orang laki-laki, yang seorang
dibunuhnya sedang yang seorang lagi dibiarkannya. Maka tatkala dilihatnya raja
itu seorang yan tolol, -... (Ibrahim
berkata) sambi meningkat kepada
alasan yang lebih jelas lagi: -(sesungguhnya
Allah menerbitkan matahari darei timur, maka terbitkanlah) olehmu-... (dari barat. Karena itu binggung dan
terdiamlah orang kafir itu.) tidak dapat memberikan jawaban atau dalih
lagi-... (dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang aniaya) karena kekafirannya, yakni
petunjuk kejalan hidayah. [2]
3. Tafsir Al-Misbah
seorang penguasa yang konon bernama Namrud terpedaya
oleh kekuasaannya. Kekuasaan yang dimilikinya
menjadikannya merasa wajar menjadi tuhan atau menyaingi tuhan. Memang,
kekuasaan sering kalimenjadikan orang lupa diri dan melupakan tuhan. Maka ia
mendebat Nabi Ibrohim tentang Tuhan. Tidak dijelaskan dalam ayat ini, bagaimana
awal perdebatan. Yang dijelaskan adalah sekelumit dari perdebatan itu.
Kata Hajja
menunjukkan adanya dua pihak yang saling berdebat. Memang perdebatan itu tidak
dapat terjadi sepihak. Tetapi karena yang memulai perdebatan itu adalah sang
penguasa itu, maka ayat ini mengisyaratkan bahwa ia yang mendebat Ibrahim as.
Agaknya ia bermaksud membuktikan “kekeliruan” Nabi Ibrahim menyembah Allah.
Maka untuk tujuan itu-bukan untuk mengetahui- dia bertanya “Siapa Tuhanmu, apa
kemampuanNya? Maka Ibrahim menjawab, “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan
mematikan.” Yakni Dia yang mewujudkan sesuatu lalu menganugerahkan ruh kepada
nya sehingga ia mampu bergerak, merasa, tahu, dan tumbuh. Dia juga yang
mencabut potensi it. Penguasa itu berkata, “saya juga dapat menghidupkan dan
mematikan.” Tentu saja yang dimaksud ialah membatalkan hukuman mati atas
seseorang sehingga hidupnya dapat berlanjut dan membunuhnya sehingga ia mati.
Sungguh berbeda apa yang dimaksud oleh Nabi Ibrahim
dengan jawaban atau kemampuan orang itu. Manusia betapapun kemampuannya, ia
tidak dapat memberi hidup. Disisi lain, sungguh berbeda hakikat mematikan
dengan hakikat membunuh. Tidak seorang pun dapat menangkal kematian bila tiba,
tetapi Allah dapat menghalangi kematian orang yang akan dibunuh, bila Allah
belum menghendaki kematiannya. Jawaban sang penguasa tidak pada tempatnya. Ia
memang tidak bermaksud mengetahui, karena itu, tidak ada gunanya menlanjutrkan
diskusi tentang kekuasaan memberi hidup dan mencabutnya. Dari sini, Allah
mengilhami nabi Ibrahim ucapan yang tidak dapat dipermainkan atau
diselewwngkan, dan pada saat yang sama, ucapan tersebut berkaitan dengan
jawaban penguasa itu, serta tujuan yang ingin dibuktikan oleh nabi Ibrahim as.
Beliau berkata,”kalau engkau merasa menyamai Tuhan dalam kemampuanmu dan merasa
wajar dipertuhankan, maka sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur,
maka terbitkanlah dia dari barat.”
Disini, sang penguasa tidak dapat menjawab, karena
memang dia tidak memiliki kemampuan itu. Lalu
heran terdiamlah orang kafir itu, begitulah
terjemah diatas dari kata buhitta. Kata ini oleh sementara pakar diartikan
sebagai “keberadaan sesuatu dengan keadaan dan bentuknya, tidak mengalami
perubahan disebabkan oleh sesuatu yang menguasai jiwanya.” Asy-Sya’rawi
mengemukakan tiga fase yang dilalui seseorang sebelum sampai kepada paham yang
dilukiskan oleh kata buhutta. Fase pertama adalah tercengang dan heran; fase
kedua adalah binggung bagaimana mengahadapinya; dan pada fase ketiga kegagalan
menghadapinya sehingga mau atau tidak mau terpaksa mengakui kegagalan.
Dengan ucapan ini nabi Ibrahim as. Membuktikan bahwa
penguasa itu, jangankan menghidupkan, yakni mewujudkan sesuatu lalu
menganugerahkan ruh kepadanya sehingga ia mampu bergerak, merasa, tahu dan
tumbuh. Jangankan demikian mengalihkan sesuatu yang telah wujudpun dari arah
yang ditetapkan Allah ke arah lain, penguasa itu tak mampu. Ia tidak diminta
menciptakan matahari, ia hanya diminta untuk mengalihkan arah terbitnya matahari yang selama ini dari timu ke barat
menjadi dari barat ke timur.[3]
C.
Aplikasi
dalam kehidupan
Bahwasanya kita
sebagai makhluk yang terlahir sempurna dengan akal fikiran, nafsu, rasa dan
lain sebagainya. Seyogyanya kita selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki
bukan malah menyombongkan diri dan senantiasa bersikap tawadlu’. Senantiasa
berargumen yang baik.
D.
Aspek
Tarbawi
Dari surat
al-baqarah ayat 258 ini pelajaran yang dapat dipetik ialah:
1.
Meyakini
bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, tiada tuhan selain Allah
2.
Seberapa
banyak harta yang dimiliki tidak menjadikan kita lalai dan sombong.
3.
Senantiasa
merendah diri dihadapan Allah
4.
Senantiasa
berargumen yang baik
5.
Senantiasa
berjalan diarah kebaikan,
BAB III
KESIMPULAN
Biodata
Penulis
Nama : Ririn Widayanti
Alamat : Gelaran, Kutoanyar, Kedu, kab.
Temanggung, Jawa Tengah
TTL : Temanggung, 20 Agustus 1996
Riwayat
Pendidikan:
-RA. Al-Huda Kutoanyar
-MI Al-Huda Kutoanyar
-MTs Negeri Kedu
-MA Negeri Temanggung
-IAIN Pekalongan (masih
dalam proses)
[1] Ibnu Katsir, Terjemahan Tafsir
Ibnu Katsir, cet.VIII (Jakarta:Gema Insani, 2005), hlm.431-432
[2] Imam Jalaluddin As-Syuyuti, Terjemahan
Tafsir Jalalain, cet.VII (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),
hlm.142-143
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, cet I (Bandung:Lentera
Hati,2000), hlm.519-521
Tidak ada komentar:
Posting Komentar