Laman

new post

zzz

Minggu, 20 November 2016

tt1 D 11e Metode Filosofis (QS. AL-MULK AYAT 1-2)

METODE PENDIDIKAN "UMUM"
Metode Filosofis
(QS. AL-MULK AYAT 1-2)

Ramadhan Al Husaeni
( 2021115347 )
Kelas : D
  
JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Metode Pendidikan Umum QS. Al-Mulk ayat 1-2 metode filosofis” ini dapat diselesaikan dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Agung Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan uswah kehidupan, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amin.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak MuhammadHufron,MSI selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I yang telah memberikan tugas ini serta memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, walau ada beberapa hambatan yang penulis alami dalam penyusunan makalah ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat teratasi.
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca dapat memakluminya. Akhirnya kata dengan kerendahan hati, kritik dan saran sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Pekalongan, 3 september 2016
Penulis

Ramadhan Al Husaeni





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Al-qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril secara berangsur-angsur dan Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang  sangatlah sempurna dimana didalamnya banyak mengandung ajaran serta ilmu-ilmu yang sangatlah kompleks.
Dan diantara objek kajian keilmuan yang terdapat dalam Al-Qu’an yakni adalah meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, karena kitab suci Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya mengingatkan kepada manusia agar menggunakan indera dan intelektual kita untuk memperhatikan, merenungkan dan memikirkan tentang ciptaan Allah SWT agar kita mendapatkan ilmu yang benar yang dapat membawa kita semakin dekat dengan Allah SWT.
Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas beberapa ayat yang berkenaan dengan materi pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan diantara ayat-ayat tersebut adalah SuratAl-Mulk 1-4.

B.  Judul
Metode pendidikan umum QS. Al-Mulk ayat 1-2 “metode filosofis”

C.  Nash
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1)
 الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلَا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُوْرُ  (2)
D.  Arti
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Mha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 1-2)

E.  Arti penting dikaji
Dalam pembahasan kali ini, mengapa ayat ini penting dikaji karena ayat ini bertujuan menciptakan pandangan bagi masyarakat muslim tentang wujud dan hubungan dengan tuhan pencipta wujud yang menyeluruh, dan posisi alam semesta dan segala isinya untuk di pelajari supaya manusia dapat mengambil manfaatnya, dan supaya manusia mengetahui segala apa yang ada di muka bumi ini adalah ciptaan dan kekuasan-Nya, sehingga manusia itu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Teori
1.       Pengertian Metode
Menurut bahasa, istilah metode sering diartikan “cara”. Kata metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian, metode dapat berarti cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Langgulung mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jalan untuk mencapai tujuan ini ditempatkan pada posisinya sebagai cara menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembang ilmu, atau tersistematisasinya suatu pemikiran. Dengan pengertian ini, metode lebih memperhatikan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu gagasan, sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan. Dengan metode serupa ini, ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.
Dalam bahasa Arab, metode ini dikenal dengan istilah thariqah, yang berarti langkah-langkah strategis mempersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Selain kata thariqah, juga sering diungkapkan dengan istilah al-manhaj dan al-washilah, yang berarti sistem dan perantara atau mediator, tetapi dua kata terakhir ini tidak terlalu banyak digunakan. Dengan demikian, kata yang sering digunakan adalah thoriqah.[1]
2.       Pengertian Filosofi
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu philosophia (philore: cinta, senang, suka dan sophia: kebaikan atau kebenaran). Menurut asal katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang berfilsafat adalah orang yang senang dengan kebenaran. Orang yang asli dalam berfilsafat disebut philosopher, Dan dalam bahasa Arab dikenal sebagai failasuf, dan dalam bahasa Indonesia dikenal filsuf. Dengan demikian filsuf adalah orang yang cinta akan kebenaran, berusaha untuk mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Filsuf juga mencari hakekat sesuatu, berusaha menghubungkan antara sebab dan akibat manusia. Berfikir secara filsafat berarti berfikir secara menyeluruh, sistematik, logis dan radikal.[2]
Dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy, yang juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar kata ini yaitu kata philos dan sophos.Philos maknanya gemar atau cinta, dan sophos artinya kebijakan atau arif (wise). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani kuno, filsafat berarti cinta kearifan. Namun cakupan pengertian shopia ternyata luas sekali, sophia tidak hanya berarti kearifan, tetapi meliputi kebenaran, pengetahuan yang luas, kebijaksanaan intelektual, pertimbangan sehat, keluasan pikiran, kelapangan dalam memahai sesuatu, berpikir secara bebas, berfikir secara mendalam dan berfikir secara sungguh-sungguh.[3]
B.      Tafsir
1.     Tafsir Al-Azhar
“Maha suci Dia, yang didalam tanganNya sekalian kerajaan.” (pangkal ayat 1). Apabila kita baca pangkal ayat yang pertama ini dengan khusyu’ dan memahami kandungannya secara mendalam, akan terasalah betapa Tuhan memberi ingatan kepada manusia dalam perebutan kekuasaan dan kemegahan dalam dunia ini bahwasannya kerajaan yang sebenarnya kerajaan, kekuasaan yang sebenarnya kekuasaan hanya ada dalam tangan Allah.
            “Dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan.” (ujung ayat 1). Sebagai mana Tuhan yang Maha Kuasa, pembahagi kekuasaan kepada sekalian raja dan penguasa di dunia diseluruh alam  ini, baik dibumi maupun dilangit, Allahlah Yang Maha Menentukan segala sesuatu. Segala sesuatu adalah meliputi segala sesuatu, baik yang sangat besar maupun yang sangat kecil.
            ‘Alaa kulli syai-in qodiir; Atas tiap-tiap sesuatu sangat menentukan. Denganmenggali rahasia alam, sehingga mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar dan diselidiki dari yang kecil sampai kepada yang besar, diwaktu mendapat itulah kita akan lebih faham apa arti yang sebenarnya dari pada arti takdir. Tegaslah bahwa segala sesuatu itu ada ketentuannya.
            “Dia yang menciptakan maut dan hayat.” (pangkal ayat 2). Teranglah bahwa Allahlah yang menciptakan mati dan hidup.
            Kalau kita renungkan susunan ayat sejak dari ayat yang pertama terus kepada ayat kelima berturut-turut, nyatalah bahwa tujuannya ialah memberi peringatan kepada manusia bahwa hidup ini tidaklah berhenti sehingga didunia ini saja. Ini adalah peringatan kepada manusia agar mereka insaf akan mati disamping dia terpesona oleh hidup.            
Tegasnya disini dijelaskan bahwa yang dikehendaki Allah dari kita ialah Ahsanu ‘amalan, amalan yang terlebih baik biarpun sedikit, bukan amalan yang banyak tetapi tidak bermutu. Maka janganlah beramal hanya karena mengharapkan banyak bilangan atau kuantitas, tetapi beramallah yang bermutu tinggi walaupun sedikit atau berkualitas. “Dan Dia adalah Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun.” (pangkal ayat 2).
            Dengan menonjolkan terlebih dahulu sifat Allah yang bernama al-‘Aziz, Yang Maha Perkasa dijelaskan bahwa Allah tidak boleh dipermain-mainkan. Dihadapan Allah tidak boleh beramal yang separuh hati, tidak boleh beramal yang ragu-ragu. Melainkan kerjakan dengan bersungguh-sungguh, hati-hati dan penuh disiplin. Karena kalau tidak demikian, Tuhan akan murka. Tetapi Tuhan pun mempunyai sifat al-Ghafur, Maha Pengampun atas hambaNya yang tidak dengan sengaja hendak melanggar hukum Tuhannya dan selalu berniat hendak berbuat amalan yang lebih baik, tetapi tidak mempunyai tenaga yang cukup buat mencapai yang lebih baik itu.
2.     Tafsir Al-Mishbah
   Ayat-ayat diatas menyatakan: Maha Melimpah Kebajikan lagi Maha mantap dan langgeng wujud Allah DiaYang ditangan-Nya sendiri segala kerajaan, kekuasaan dan pengendalian segalaurusan, dan Dia sendiri-tidak ada selain-Nya yang atas segala sesuatu tanpa kecuali Maha Kuasa.
Kata (تبارك)tabaraka terambil dari kata (برك)baraka yang antara lainnya mantap, langgeng. Itu juga berarti kebajikan yang banyak dan bersinambung. Dari kata tersebut lahirlah kata berkah. Sementara ulama mengartikannya maha suci.
Kata(بيده)biyadihi terambil dari kata(يد)yad yang berarti tangan yang bila dinisbatkan kepada Allah, maka ia bermakna kekuasaan atau nikmat.
Firman-Nya menutup ayat pertama dengan(وهوعلى كل شيء قدير)wa huwa ‘ala kulli syai’in qodir/dia atas segala sesuatu maha kuasa mempertegas pernyataan sebelumnya sekaligus memasukkan apa yang boleh jadi diduga belum termasuk didalamnya.
Kata(الموت)al-maut/mat biasa diperhadapkan dengan  (الحياة)al-hayat. Hidup diartikan oleh sementara ulama sebagai sesuatu yang menjadikan wujud merasa, atau tahu dan bergerak. Dan penyebutan kata mati dan hidup dari sekian banyak kodrat dan kuasa agaknya disebabkan karena kedua hal ini merupakan bukti yang paling jelas tentang kuasa-Nya dalam konteks manusia. Hidup tidak dapat diwujudkan oleh selain-Nya dan mati tidak dapat ditampik oleh siapa pun.Keduanya tidak dapat dilakukan.
Ibnu ‘Asyur memahami agar ayat diatas dalam arti menciptakan kematian dan kehidupan agar kamu hidup lalu menguji kamu siapakah yang terbaik amalnya lalu kamu mati maka kamu diberi balasan sesuai dengan hasil ujian tersebut. Ulama ini menambahkan: “karena tujuan yang terpenting dari penggalan ayat ini adalah pembalasantersebut”. Maka ayat diatasmendahulukan kata (الموت)al-maut/mati.
Firman-Nya (ايكم احسن عمل)ayyukum ahsanu ‘amal(an)s/iapa yang lebihbaik amalnya tentu saja mengandung pengertian bahwa Allah mengetahui siapa yang baik amalnya, karena tidak dapat diketahui siapa yang baik, bila tidak mengetahui secara menyeluruh semua yang baik dan tidak dapat diketahui siapa yang buruk bila tidak diketahui siapa yang buruk amalnya. Penyebutan(العزيز)perkasa terkesan ditunjukan kepada para pembangkangyang wajar dijatuhi hukuman, dan (الغفور)al-ghofur/maha pengampun kepada yang menyadari kesalahannya dan melangkah mendekatkan diri kepada Allah swt.[4]

3.     Tafsir Al-Lubab
Ayat pertama menyatakan: Maha Melimpah kebajikan lagi, Maha Mantap dan langgeng wujud Allah SWT. Dia yang dalam genggaman tangan-Nya sendiri segala kerajaan, kekuasaan, dan pengendalian segala urusan. Dia sendiri, tidak ada selainNya. Yang Maha Kuasa atas segala urusan. Salah satu bukti kekuasaan-Nya adalah Dia, menurut ayat 2, yang menjadikan mati dan hidup, untuk memperlakukan manusia dengan perlakuan penguji guna mengetahui di alam nyata setelah sebelumnya Dia telah ketahui di alam ghaib, siapa yang lebih baik amalnya, Dia Maha Perkasa, tidak satu pun yang dapat membendung kehendak-Nya, lagi Maha Pengampun terhadap siapa pun yang memohon ampun kepada-Nya.[5]







C.      Aplikasi Dalam Kehidupan
Dari QS. Al-Mulk ayat 1 dan 2, pengaplikasian dalam kehidupan yang dapat kita terapkan adalah sebagai berikut:
1.     Senantiasa melakukan ketaatan dan insaf akan mati disamping dia terpesona oleh hidup.
2.     Mengimani maut dan hayat, walaupun keduanya tidak nampak bagi kita (perkara ghoib).
3.     Kita harus selalu menjaga dan memperhatikan isi alam semesta ini.
4.     Senantiasa beramal dengan sepenuh hati dan bersungguh-sungguh, dan berlomba-lomba dalam kebaikan didunia maupun diakhirat.
D.      Aspek Tarbawi
1.     Dari ayattersebut, nyatalah bahwa tujuannya ialah memberi peringatan kepada manusia bahwa hidup ini tidaklah berhentisehingga didunia ini saja. Ini adalah peringatan kepada manusia agar mereka insaf akan mati disamping dia terpesona oleh hidup.
2.     Mati dan hidup adalah kehendak Allah
3.     Allah yang menciptakan alam ini dari pada awal tiada apa-apa kepada yang ada dan menjaga alam ini dengan penuh kesempurnaan
4.     Perintah Allah untuk memperhatikan isi alam semesta
5.     Dihadapan Allah tidak boleh beramal yang separuh hati, tidak boleh beramal yang ragu-ragu. Melainkan kerjakan dengan bersungguh-sungguh, hati-hati dan penuh disiplin Melimpahkan keberkahan dari sisi Allah.









BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan yang terkandung di dalam Al Quran Surat Al-Mulk ayat 1-4 menjelaskan tentang posisi alam semesta dan segala isinya untuk di pelajari supaya manusia dapat mengambil manfaatnya. Ayat pertama menyatakan: Maha Melimpah kebajikan lagi, Maha Mantap dan langgeng wujud Allah SWT. Dia yang dalam genggaman tangan-Nya sendiri segala kerajaan, kekuasaan, dan pengendalian segala urusan. Dia sendiri, tidak ada selainNya. Yang Maha Kuasa atas segala urusan. Salah satu bukti kekuasaan-Nya adalah Dia, menurut ayat 2, yang menjadikan mati dan hidup, untuk memperlakukan manusia dengan perlakuan penguji guna mengetahui di alam nyata setelah sebelumnya Dia telah ketahui di alam ghaib, siapa yang lebih baik amalnya, Dia Maha Perkasa, tidak satu pun yang dapat membendung kehendak-Nya, lagi Maha Pengampun terhadap siapa pun yang memohon ampun kepada-Nya.












DAFTAR  PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2011. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Hamka. 2003. Tafsir Al-Azhar Juz XXIX, Jakarta:Pustaka Panjimas.

Gunawan,  Heri. 2014.  pendidikan islam, kajian teoritis dan pemikiran tokoh, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, Jakarta: Prenadamedia Group.

Shibab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah, pesan, kesan dan keselarasan al-quran, Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, Quraish. 2012. Al-Lubab Makna, Tujuan, Dan Pelajaran Dari Surah-Surah Al Quran, Tangerang: Lentera Hati.






PROFIL PRIBADI


Nama                          : Ramadhan Al Husaeni
TTL                             : Pemalang 1 Pebruari 1996
Alamat                                    : Desa Sikayu Comal Pemalang
Riwayat Pendidikan   :SD Negeri 01 Sikayu   (Lulus Tahun 2009)
SMP Negeri 1 Comal   (Lulus Tahun 2011)
MA Darunnajat Bumiayu (Lulus Tahun 2015)
IAIN Pekalongan (Sedang Berlangsung)













[1] Heri Gunawan, pendidikan islam, kajian teoritis dan pemikiran tokoh, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014)hlm.225-256
[2]Zaenal Arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2011)hlm.47-48
[3]Muktar Latif, Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, (jakarta:Prenadamedia Group, 2014)hlm.19
[4]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah vol.14, (Jakarta:Lentera Hati, 2006)hlm.341-344
[5]M. Quraish Shihab, Al-Lubab: makna, Tujuan, dan Pembelajaran dari Surah-surah Al-Quran, (Tangerang: Lentera Hati)hlm.332-333

Tidak ada komentar:

Posting Komentar