VARIASI MENGAJAR
Kelas: PAI (H)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kamipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Variasi
Mengajar”. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, yaitu Nabi besar Nabi Muhammad
saw, keluarganya dan sahabatnya.
Penyusunan
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Strategi Belajar Mengajar. Makalah ini
bertujuan untuk menumbuhkan
wawasan berpikir yang lebih luas, khususnya tentang variasi mengajar.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak didapati
kesalahan dan kekurangan yang mendasar, baik dalam pengetikan maupun isinya.
Namun kami telah berupaya menyajikan makalah ini degan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaan penulisan berikutnya. Harapan kami, semoga makalah yang kami buat
ini bisa menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pembaca pada umumnya.
Pekalongan, November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB Ι PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Metode
Pemecahan Masalah..........................................................2
D. Sistematika
Pemecahan Masalah.................................................. 2
BAB ΙΙ PEMBAHASAN
A.
Pengertian Variasi Mengajar.......................................................
3
B.
Prinsip-prinsip Variasi Mengajar................................................. 4
C.
Komponen-komponen Variasi Mengajar...................................... 5
D.
Variasi Mengajar pada model-model Belajar............................. 10
E.
Tujuan dan Manfaat Variasi Mengajar....................................... 11
BAB ΙΙΙ PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................. 14
B.
Saran-Saran................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................15
PROFIL
PENULIS.....................................................................
.................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pada dasarnya
semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang
membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang
terus-menerus akan menimbulakan kebosanan. Orang akan lebih suka bila hidup itu
diisi dengan penuh variasi dalam arti kata positif. Makan makanan yang
bervariasi akan merangsang untuk makan. Mendengarkan lagu-lagu baru lebih
menyenangkan dari pada lagu-lagu yang tiap hari didengar. Rekreasi pada
dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan ditempat asalnya. Mengatur alat
rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang dirumah dari pada
pergi. Demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses
belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa,
perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak
tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.
Keterampilan
mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek,
yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Apabila
ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara
integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan
kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas
penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan
campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain.[1]
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk
terfokusnya kajian masalah ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengertian variasi mengajar?
2.
Bagaimana
prinsip-prinsip variasi mengajar?
3.
Bagaimana komponen-komponen variasi mengajar?
4.
Bagaimana variasi mengajar pada model-model belajar?
5.
Bagaimana tujuan
dan manfaat variasi mengajar?
C.
Metode Pemecahan Masalah
Metode
pemecahan masalah yang kami lakukan menggunakan metode kajian pustaka yaitu
menggunakan beberapa referensi buku yang merujuk pada permasalahan yang kita
bahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah
yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber. Dan penyintesisan serta pengorganisasian
jawaban dari masalah yang dibahas.
D.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis menjadi 3
bagian, meliputi: Bab Ι, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang
masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan
masalah; Bab ΙΙ, adalah pembahasan; Bab ΙΙΙ, bagian penutup yang terdiri dari
simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Variasi Mengajar
Istilah variasi
dalam kamus popular diartikan sebagai “selingan” atau pergantian. Sedangkan
Winataputra dalam Pupuh Fathurrohman mengartikan “variasi” sebagai keanekaan
yang membuat sesuatu tidak monoton. Dalam hal ini, variasi dapat berwujud perubahan-perubahan
atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/ dibuat untuk memberikan kesan
yang unik. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, variasi merupakan
keanekaragaman dalam penyajian kegiatan pembelajaran.[2]
Variasi dapat
diartikan selang-seling atau bermacam-macam. Menurut Uzer
Usman, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi
belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta
penuh partisipasi. Variasi mengajar adalah mengajar yang tidak monoton, bisa
dari gaya mengajar, metode, media, materi, dan juga interaksinya.[3]
Menurut Soetomo
(1993), mengadakan variasi dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai
perubahan cara / gaya penyampaian yang satu kepada cara/ gaya penyampaian yang
lain, dengan tujuan menghilangkan kebosanan/ kejenuhan siswa saat belajar,
sehingga menjadi aktif berpartisipasi dalam belajarnya. Hal ini senada
dikemukakan oleh Hamid Darmadi (2010), bahwa variasi dalam kegiatan
pembelajaran merujuk pada tindakan dan perbuatan guru yang disengaja ataupun
secara spontan, dengan amksud meningkatkan perhatian siswa selama pelajaran
berlangsung.[4]
Kejenuhan siswa dalam memperoleh pelajaran dapat di amati selama
proses belajar mengajar berlagsung seperti kurang perhatian, mengantuk,
mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau ke kamar kecil,
hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya,
pengajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi belajar
mengajar berjalan normal.[5]
B.
Prinsip-prinsip Variasi Mengajar
Dalam proses belajar
mengajar masalah kegiatan siswa adalah yang
menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah
suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa
dan dapat menggairahkan belajar siswa.
Agar kegiatan pengajaran
dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan
lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan
cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa
prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus
dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip
penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut:
1.
Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan,
selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2.
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen
proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses belajar tidak terganggu.
3.
Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan
oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.
Biasanya bentuk
umpan balik ada dua:
a.
Umpan balik
tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa.
b.
Umpan balik
informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.[6]
C.
Komponen-komponen Variasi Mengajar
1.
Variasi Gaya Mengajar
Variasi ini pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan
anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa,
variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat,
dan semuanya memiliki relevansi dengan ahsil belajar. Perilaku guru seperti itu
dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi
antara guru dan anak didik, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi
stimulasi. Variasi dalam gaya menagjar ini adalah sebagai berikut:
a.
Variasi Suara
Suara guru
dapat bervariasi dalam intonasi, nada volume, dan kecepatan. Guru dapat
mendramatisasi suatu peristiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting,
berbicara secara pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam
dengan anak didik yang kurang perhatian, dan sebagainya.[7]
b.
Penekanan (Focusing)
Untuk
memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek
kunci, guru dapat menggunakan “penekanan secara verbal”, misalnya, “Perhatikan
baik-baik. Nah ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar, dengarkan
baik-baik!” Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan
anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi tanda pada papan
tulis.
c.
Pemberian Waktu (Pausing)
Untuk menarik
perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menajdi
sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian
pelajaran ke bagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu
dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya
menajdi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan.
Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar
menajdi lengkap.
d.
Kontak Pandang
Bila guru
berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan
pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap anak didik untuk dapat
membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru
dapat membantu anak didik dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi,
dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian anak didik.
e.
Gerakan Anggota Badan (Gesturing)
Variasi dalam
mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam
komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong
dalam menyampaikan arti pembicaraan.[8]
f.
Pindah Posisi
Perpindahan
posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian anak didik,
dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari
muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik
dari belakang ke samping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri
kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi
ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekadar mondar-mandir. Guru yang kaku
adalah tidak menarik dan menjemukan, dan bila variasi dilakukan secara
berlebihan adalah mengganggu.
2.
Variasi Media dan Bahan Ajar
Tiap anak didik mempunyai kemampuan indra
yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga
kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih
suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi pengguna
media, kelemahan indra yang dimilki tiap anak didik misalnya, guru dapat
memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis,
dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat
memberi stimulasi terhadap indra anak didik.
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media
pandangan, media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam mengunakan media
bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu
komponen media, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra anak didik, membuat
perhatian anak didik menjadi lebih tinggi, memberi motivasi untuk belajar,
mendorong berpikir, dan meningkatkan kemampuan belajar. Guna memudahkan
pemahaman mengenai media pandang, media dengar, dan media taktil ini dapat
diikuti uraian berikut: [9]
a.
Variasi Media Pandang
Penggunaan
media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus
untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film,
film strip, TV, radio, recorder, gambar, grafik, model, demonstrasi, dan
lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki
keuntungan:
1.
Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang
kurang bermanfaat.
2.
Memiliki secara potensial perhatian anak didik pada tingkat yang
tinggi.
3.
Dapat membuat hasil belajar yang rill yang akan mendorong kegiatan
mandiri anak didik.
4.
Mengembangkan cara berpikir berkesinambungan, seperti halnya dalam
film.
5.
Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat yang lain.
6.
Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b.
Variasi Media Dengar
Pada umumnya
dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam
komunikasi. Variasi dalam penggunaan media dengan memerlukan sekali saling
bergantian atau kombinasi dengan media pandang dan media taktil. Sudah barang
tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah
pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama,
wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat
memiliki relevansi dengan pelajaran.
c.
Variasi Media Taktil
Komponen terakhir dari
keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan media yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau
bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan
atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil.
Contohnya dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit,
dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; megumpulkan
berbagai jenis mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi.[10]
3.
Variasi Interaktif
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki
rentangaan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
a.
Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b.
Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi di dominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada siswa.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru
berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga
antar anak didik dapat saling tukar
menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.
Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling
persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat anak didik, bertanya, ceramah,
memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya anak didik dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila
guru mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif
dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada
siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat
pada diskusi kelompok kecil, bekerja individual atau
kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja
di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau
dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.[11]
Adapun pola-pola interaksi guru–murid menurut Usman (2000), sebagai
alternatif variasi interaktif dapat diklasifikasikan setidaknya atas 5 (lima)
jenis, yaitu:
a)
Pola guru - anak didik
Komunikasi
sebagai aksi (satu arah).
b)
Pola guru - anak didik – guru
Ada balikan (feed
back) bagi guru, tidak ada interaksi anatar siswa (komunikasi sebagai
interaksi).
c)
Pola guru – anak didik – anak didik
Interaksi
optimal antara guru dan anak didik dan antara anak didik (komunikasi sebagai
transaksi).
d)
Pola guru – anak didik, anak didik – guru, anak didik –anak didik
Interaksi
optimal antara guru dan anak didik dan antara anak didik dengan anak didik (komunikasi
sebagai multi arah).
e)
Pola melingkar
Setiap anak didik mendapatkan giliran untuk mengemukakan sambutan
atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik
belum mendapat giliran.
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar terjadi
dalam berbagai pola komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai
transaksi yang dianggap sesuai untuk mengaktifkan potensi siswa bisa jadi
sangat tergantung situasi dan kebutuhan yang dikembangkan oleh guru, atau bisa
jadi merupakan gabungan dari banyak pola interaksi di atas.[12]
D.
Variasi
Mengajar pada Model-model Belajar
Dalam
melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami
gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat
dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar ada tiga macam, yaitu :
1.
Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif
adalah dengan menggunakan “gambaran keseluruhan” (melakukan tinjauan umum),
yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri pelajar visual
:
· Teratur, memperhatikan segala sesuatu
· Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk
meningkatkan memorinya
Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk
lebih kreatif dalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan
gambar, warna, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori
siswa terhadap bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa
ini adalah kontak pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.
2.
Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif
adalah dengan mendengar. Adapun ciri-ciri siswa auditorial adalah :
· Perhatiannya mudah terpecah
· Berbicara dengan pola berirama
· Belajar dengan cara mendengar
· Berdialog secara internal dan eksternal
Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut
untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan
meningkatkan perhatian siswa dalam belajar.
3.
Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif
adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung
pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :
· Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat
membaca
· Mengingat sambil melihat langsung
Disini guru dianjurkan melibatkan siswa saat
proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa
tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi tersebut.[13]
E.
Tujuan dan Manfaat Variasi Mengajar
Penggunaan
variasi terutama ditujukan kepada anak didik, dan bertujuan untuk:
1.
Meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi
proses belajar mengajar.
2.
Memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu
melalui eksplorasi dan penyelidikan terhadap situasi yang baru.
3.
Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian
gaya mengajar yang bersemangat dan antusias, sehingga meningkatkan iklim
belajar siswa.
4.
Memberi pilihan dan fasilitas dalam belajar individual.
5.
Mendorong anak didik untuk belajar dengan melibatkannya dalam
berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif.[14]
Mengajar menuntut guru untuk bekerja demi
keberhasilan anak didiknya, sehingga kemajuan murid menjadi titik perhatian
guru. Rasulullah SAW. menerapkan pengajaran yang sangat memperhatikan
perkembangan siswa (sahabat) nya, agar mereka tidak merasa jemu dalam belajar,
tersirat dalam hadits:
عـن ابن مسعود
قال : كان النبي صلى الله عـليه وسـلم يتحولـنـا باالمـوعظة فى الايام كرمة
السـامه عليـنا
Artinya : “Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud
berkata : Nabi SAW. berselang-seling dalam memberikan pelajaran agar terhindar
dari kebosanan”. (H.R. Bukhari).
Jika dilihat dari hadis diatas, variasi
mengajar sudah ada sejak zaman Nabi SAW. Adapun manfaat dari variasi tersebut
menurut Uzer Usman adalah:
1.
Untuk
menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar
mengajar yang relevan.
2.
Untuk
memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki
pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3.
Untuk memupuk
tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara yang
lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4.
Guna memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang
disenanginya.
Sedangkan manfaat variasi menurut JJ. Hasibuan
adalah :
1.
Memelihara dan
meningkatkan siswa yang berkaitan dengan aspek belajar
2.
Meningkatkan
kemungkinan berfungsinya motivasi ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan
eksploitasi.
3.
Membentuk sikap
positif terhadap guru dan sekolah.
4.
Kemungkinan
dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi keindahan belajar.
5.
Mendorong
aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau
pengalaman belajar yang menarik dan berbagai tingkat kognitif.
Sebenarnya dari pendapat diatas, yakni mengenai
manfaat variasi gaya mengajar adalah sama. Hanya saja bahasanya berbeda. Jadi,
jika diambil intisarinya manfaat variasi gaya mengajar adalah :
1.
Meningkatkan,
menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar yang relevan.
2.
Memberi
kesempatan untuk meningkatkan dan berkembangnya bakat ingin tahu dan
berfungsinya motivasi belajar.
3.
Memupuk dan
membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar
yang lebih hidup.
4.
Memberi
pelayanan yang baik kepada siswa secara individual dalam menerima pelajaran
agar mudah dan senang belajar.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek
proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi. Variasi mengajar adalah mengajar
yang tidak monoton, bisa dari gaya mengajar, metode, media, materi, dan juga
interaksinya.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses
belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar,
variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam
interaksi antara guru dengan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan
dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian
siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar.
Agar kegiatan pengajaran
dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan
lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan
cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.
Selain itu, dalam
melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami
gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat
dan berminat dalam belajar.
B.
Saran-saran
Demikianlah hasil makalah dari kelompok
kami. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Hal ini terjadi semata-mata karena kurangnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang dapat dijadikan evaluasi dan membantu kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam
interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaim. 2013. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung
: PT. Refika Aditama.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran.
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Profil Penulis
Nama : M.
Ghulamun Khalim
NIM : 2021114338
Fakulta s : Tarbiyah
Prodi : PAI
Alamat :
Kauman Pekalongan
Asal Sekolah : SMAN 2
Pekalongan
Profil Penulis
Nama : Nur
Fitriyah
NIM :
2021114340
Fakulta s : Tarbiyah
Prodi : PAI
Alamat :
Sapugarut Buaran Pekalongan
Asal Sekolah : 1. MA. Walisongo Pekajangan Kedungwuni
Pekalongan
2. MTs. Walisongo Pekajangan Kedungwuni
Pekalongan
3. MIS Bligo Buaran Pekalongan
4. TK. Raudhatul Athfal Muslimat Bligo
Buaran Pekalongan
E-mail : fietrie65@gmail.com
Motto :“Ilmu itu lebih baik dari harta. Ilmu akan
menjaga engkau, dan engkau menjaga harta. Ilmu apabila dibelanjakan akan
bertambah, tetapi harta apabila dibelanjakan akan berkurang”. (Abu Thalib)
[1] Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013), hlm. 160-161.
[2] Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 261.
[3] Zaenal
Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan
Press, 2011), hlm. 220.
[4] Abdul Majid, Op.
Cit., hlm. 262.
[6] Zaenal
Mustakim, Op. Cit., hlm. 224-225.
[7] Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zaim, Op. Cit., hlm. 167.
[8] Ibid.,
hlm. 168.
[9] Ibid.,
hlm. 169.
[10] Ibid.,
hlm. 170-171.
[11] Ibid.,
hlm. 171-172.
[12] Zaenal
Mustakim, Op. Cit., hlm. 258-260.
[13] Ibid.,
hlm. 265-266.
[14] Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 125.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar