JATI DIRI
MANUSIA
PERKEMBANGAN
HIDUP MANUSIA " QS. Ar-Ruum ayat 54"
Lilis Maghfiroh 2021114169
Kelas: B
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat
serta salam tidak lupa kami ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta
taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
membahas tentang Malaikat sebagai Pendidik.
Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi II pada semester 6
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan tahun akademik 2017.
Kami menyadari bahwa
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan
terwujud. Oleh sebab itu pada kesempatan ini kami bermaksud mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Orang tua kami tercinta
yang telah banyak berdoa untuk kami, dan dukungan moril maupun materil
2.
Muhammad Ghufron, M.S.I
sebagai dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II
3.
Bapak dan Ibu dosen IAIN Pekalongan yang telah
memberikan dukungan dan motivasi.
4.
Teman-teman khususnya
kelas PAI - B yang kami hormati.
5.
Dan semua pihak yang
telah memberikan dukungan moral dan material.
Demikian
makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna dan menambah ilmu pengetahuan
untuk kita semua. Amin.
Pekalongan, 12 Februari
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Judul garis
besar makalah ini adalah “Jati Diri Manusia” , dan sub pembahasannya adalah
“Perkembangan Hidup Manusia”
B. QS. Ar-Rum ayat 54
1.
Ayat dan
Terjemahan
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ
ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا
يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ.
“Allah, Dialah
yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Rum:
54).
2.
Mufrodat
Ø خَلَقَكُم :
menciptakan kamu
Ø ضَعْفٍ :
keadaan lemah
Ø قُوَّةً :
kuat
Ø وَشَيْبَةً :
dan beruban
Ø يَشَآءُ :
yang dikehendaki-Nya
C. Arti Penting
Dalam ayat ini diterangkan
bahwa manusia tidak luput dari kelemahan. Kendati di satu saat ia merasa kuat,
tetapi kekuatannya akan berkurang dan berkurang hingga lenyap. Karena itu
manusia sandaran kepada kekuatan yang kokoh dan tidak pernah akan lenyap, yakni
Allah swt.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Hidup Manusia
Dalam mempelajari perkembangan hidup manusia, kita harus membedakan
dua hal, yaitu proses pematangan dan proses belajar. Selain itu
ada hal ketiga dan keempat yang ikut
menentukan perkembangan, yaitu kekhasan atau bakat dan lingkungan.
Pematangan,
berarti proses-proses pertumbuhan yang menyangkut penyempurnaan fungsi-fungsi
tubuh secara alamiah sehingga mengakibatkan perubahan- perubahan dalam
perilaku, terlepas dari ada atau tidak adanya proses belajar. Perubahan- perubahan
perilaku karena proses pematangan ini dapat diperhitungkan dan diperkirakan
sejak semula. Misalnya, secara umum kita dapat memperhitungkan perkembangan
seorang bayi, yaitu bahwa mula-mula ia dapat telungkup, setelah itu merangkak,
kemudian duduk, berdiri, dan akhirnya berjalan. Perkembangan ini ditentukan
oleh proses pematangan organ-organ tubuh dan terjadi pada setiap manusia normal
sehingga kita dapat memperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian kita dapat
memperkirakan pada umur berapa seseorang akan mulai bisa bicara, pada umur
berapa tubuhnya akan berhenti bertumbuh, pada umur berapa dia akan memakai
kacamata-baca, pada umur berapa dia akan mulai pikun dan sampai umur berapa
seseorang akan meninggal.
Belajar, berarti
mengubah atau memperbaiki perilaku melalui latihan, pengalaman atau kontrak
dengan lingkungan (fisik dan sosial) yang disebabkan melalui latihan dan
pengalaman serta relatif tidak berubah.
Dalam proses belajar ada tiga hal utama yang harus dipahami yakni:
1.
Belajar adalah perubahan tingkah laku (yang buruk atau benar)
2.
Melalui seperangkat latihan dan pengalaman
3.
Relatif permanen, tidak hanya muncul sesaat.
Dari tiga hal utama tadi maka ada beberapa tingkah laku yang
“terlihat” seperti belajar seperti gerak refleks (mundur dari panas api) dan
respons emosi (cinta, menyayangi, dan lain-lain) bukanlah dipelajari oleh
individu, tetapi otomatis dilakukan oleh tubuh.[1]
Kekhasan
senantiasa terjadi seperti dapat terlihat pada satu dua anak yang lebih
menonjol dari pada anak lain. Beberapa anak memang cepat sekali menangkap
bahasa asing, sedangkan anak yang lain cepat memahami angka-angka. Inilah yang
disebut bakat atau potensi bawaan sejak lahir. Sedangkan lingkungan,
sudah cukup banyak penelitian tentang konstribusi lingkungan terhadap
perkembangan indvidu.
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Lubab
Ayat 54 menyatakan: Allah swt. Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, yakni setetes sperma yang bertemu dengan induk telur. Lalu tahap
demi tahap meningkatkan meningkatkan hingga kemudian setelah melalui tahap
bayi, kanak-kanak, dan remaja. Allah swt. menjadikan kamu sesudah keadaan lemah
itu mempunyai kekuatan sehingga kamu menjadi dewasa dan sempurna umur. Ini pun
berlangsung cukup lama. Kemudian setelah melalui belasan tahun dan melewati
usia kematangan. Dia menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan itu mengalami
kelemahan kembali, yakni dengan hilangnya sekalian banyak potensi, dan
tumbuhnya uban dikepala kamu. Begitulah Allah swt menciptakan apa yang dia
kehendaki sesuai hikmah kebijaksanaan-Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa.[2]
2.
Tafsir Jalalain
الله الّذى حلقكم مّن ضعف (Allah, Dialah yang
menciptakan kalian dari keadaan lemah) yaitu dari air mani yang
hina lagi lemah itu.
ثمّ جعل من م بعدضعف (kemudian Dia
menjadikan kalian sesudah keadaan lemah) yang lain yaitu masa kanak-kanak.
قوّة (menjadi kuat) yaitu masa muda yang penuh
semangat dan kekuatan.
ثمّ جعل من م بعد قوّة ضعفاوشيبة (kemudian Dia
menjadikan kalian sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban) yaitu
lemah karena sudah tua dan rambut pun sudah putih.
يخلق مايشآء (Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya) ada yang lemah, yang kuat, yang muda, dan yang tua.
وهو العليم (dan Dialah
Yang Maha Mengetahui) yaitu mengatur makhluknya.
3. Tafsir
Al-Misbah
Ayat ini memulai dengan menyebut nama wujud yang
teragung dan yang khusus bagi-Nya serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni
Allah, yang menciptakan kalian dari keadaan lemah yakni sperma
yang bertemu dengan indung telur. Lalu tahap demi tahap meningkat dan
meningkat hingga setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak dan
remaja, Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah memiliki kekuatan sehingga
kamu menjadi dewasa dan sempurna umur. Ini pun berlangsung cukup lama. Kemudian
setelah melalui belasan tahun dan melewati usia matang, Dia
menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan
itu menderita kelemahan kembali dengan hilangnya sekian banyak potensi, dan
tumbuhnya uban di kepala kamu. Dia menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya sesuai hikmah kebijaksanaan-Nya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.[4]
C. Aplikasi Dalam
kehidupan
Manusia dilahirkan
dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada
orang lain terutama ibunya. Dalam hal ini disebut dengan masa bayi. Kemudian
mengalami perkembangan ke masa kanak-kanak, dalam masa seorang anak sedang
berkembang menjadi seorang yang lebih kuat dan membutuhkan sosok figur teladan
yang akan ditiru, setelah itu berkembang ke masa remaja, yakni masa transisi
dari masa kanak-kanak yang nantinya akan memasuki masa pendewasaan sebelum
akhirnya mengalami kematangan dalam bertindak dan menjadi seseorang yang kuat.
Setelah mengalami puncak pendewasaan seseorang lama kelamaan akan mengalami masa
tua, yang mana pada masa ini kekuatan manusia lama kelamaan akan menurun dan
lemah kembali.
Perlu dicatat bahwa apa
yang dikemukakan ayat diatas adalah uraian tentang tahap-tahap hidup manusia
secara umum, bukan yang dialami oleh setiap orang, karena di antara manusia ada
yang meninggal dunia pada tahap awal hidupnya, ada juga saat puncak kekuatannya.
Namun jika tahap puncak dilampauinya, maka pasti dia akan mengalami tahap
kelemahan lagi. Apapun yang dialami manusia, semua kembali kepada Allah swt.
D.
Aspek Tarbawi Dari ayat diatas, sesungguhnya perpindahan manusia
dari fase-fase kejadiannya selangkah demi selangkah, mulai dari
lemah hingga menjadi kuat, kemudian dari kuat menjadi lemah kembali. Hal
ini jelas menunjukkan akan kekuasaan Yang Maha Pencipta Lagi Maha Berbuat
menurut apa yang dikehendaki-Nya, baik di bumi atau di langit. Dan tidaklah
sulit bagi Allah untuk mengembalikan manusia menjadi hidup kembali.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia
diciptakan oleh Allah SWT melalui beberapa proses, sesungguhnya Allah
menciptakan mansuai itu dari setetes mani, kemudian menjadi segumpal darah,
dari segumpal darah menjadi segumpal
daging kemdudian menjadi tulang belulang yang akhirnya menjadi seorang janin
(calon bayi) dalam bentuk yang sempurna. Hendaknya sebagai ciptaan Allah kita
bersyukur dengan senantiasa menyembah Allah dan mempunyai sikap rendah hati,
karena sesungguhnya kita diciptakan dari tanah, yang nantinya akan kembali pula ke tanah. Kita semua harus
menyadari bahwa manusia tidak akan kekal hidup di Dunia. Maka sebaiknya kita
mempersiapkan bekal untuk diakhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2013. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Shihab, M
Quraisy. 2012. Al- Lubab: Makna Tujuan dan Pelajaran Dari Surah-surah Al-Qur’an.
Tangerang: Lentera Hati.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin. 2010. Terjemahan Tafsir Jalalain. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Shihab, M
Quraish. 2012. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Kekerasan Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati.
Identitas
Diri
Nama :
Lilis Maghfiroh
NIM :
2021114169
TTL :
Pekalongan, 26 juli 1995
Alamat :
Wonoyoso Gg. 5 Buaran, Pekalongan
Pendidikan : TK Asiyah Wonoyoso
MIS Sapugarut
Mts Ribatul Muta’alimin
SMK Muhammadiyah Bligo
IAIN Pekalongan
[1] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 55-57.
[2] M Quraisy Shihab, Al- Lubab: Makna Tujuan dan Pelajaran Dari
Surah-Surah Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 161.
[3] Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Terjemahan Tafsir Jalalain, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 466.
[4] M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Kekerasan
Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,
2012), hlm. 97.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar