( Visi-Visi Manusia )
TUGAS POKOK MANUSIA
“Q.S. ADZ-DZAARIYAAT AYAT 56”
LUTFA NUR ATIKOH
(2021114231)
Kelas B
FAKULTAS TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi II tentang Tugas Pokok Manusia Dalam Qur’an Surah Adz-Dzaariyaat Ayat 51:56 ini dengan
baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih
kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen
mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Tugas Pokok Manusia Dalam Qur’an Surah Adz-Dzaariyaat Ayat 51:56. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan .
Pekalongan, 16
Februari 2017
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Allah SWT
menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam
ini. Matahari mempunyai fungsi, bumi mempunyai fungsi, udara mempunyai fungsi,
bintang-bintang mempunyai fungsi, awan mempunyai fungsi, api dan air mempuanyai
fungsi, tumbuh-tumbuhan juga memiliki fungsi dalam kehidupan. Begitu juga
dengan penciptaan jin dan manusia, Allah menciptakan jin dan manusia bukan
untuk menyekutukan-Nya tetapi semata-mata untuk menyembah dan mengabdi hanya
kepada Allah swt. karena allah tidak menginginkan apapun dari manusia melainkan
allah hanya ingin manusia bertaqwa kepada allah swt.
2.
Judul Makalah
Makalah
ini berjudul pokok-pokok tugas manusia
3.
Arti Penting
Dalam Q.S Adz-Dzaariyaat 51:56 menjelaskan tentang , bahwa
tujuan diciptakannya jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah sehingga
diharapkan manusia di dunia ini sadar akan hal itu, maka manusia di dunia
seharusnya selalu dijalan yang diridhoi oleh Allah. Karena Allah tidak
menginginkan apapun dari manusia melainkan Allah hanya ingin manusia bertaqwa
kepada-Nya.
4.
Nash dan Terjemahan
a.
Nash
وَ
ماَ خَلَقتُ اُ لجِنَّ والا نسَ اُلاَّ لِيَعبُدُ و نِ
b.
Terjemahan
“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk
mengabdi kepadaku. (Q.s Adz-Dzaariyat:56).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
1.
Pengertian
Jin dan Manusia
a.
Pengertian
Jin
Jin adalah suatu makhluk yang tak
dapat dipandang oleh mata manusia, karena mereka memiliki unsur-unsur kejadian
yang berbeda dengan manusia.[1]
b.
Pengertian Manusia
Manusia secara bahasa disebut juga
insan yang dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata “nasiya” yang
berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar “al-uns” yang berarti
jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat
lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang
baru disekitarnya.[2]
2.
Terciptanya Jin dan Manusia
a.
Terciptanya Jin
Sesungguhnya
jin diciptakan lebih awal daripada penciptaan manusia. Mereka ada sebelum Adam,
berdasarkan kenyataan, bahwa Allah telah memakmurkan bumi pada mulanya dengan
golongan jin sebagai penghuninya. Tetapi mereka telah melakukan berbagai
kejahatan dan kerusakan. Kemudian, Allah mengutus malaikat untuk mengusir
mereka berdasarkan perintah-Nya.[3]
b.
Terciptanya Manusia
Dalam QS
Al-Mu’minun: 12-14 memberikan teori tentang proses terjadinya manusia dalam
kandungan ibu secara rinci, yang dibuktikan dengan ilmu kedokteran dan
kandungan, yang sama persis memerinci proses embriologi (kehamilan) dari mulai
setetes air sperma berubah menjadi segumpal darah, lalu segumpal daging,
diciptakan tulang, kemudian dibungkus daging, dan pada usia 9 bulan lebih
dilahirkan dalam bentuk lain yaitu bayi manusia.
QS Al-Mu’minun: 12-14
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang PalingBaik”. (QS. al-Mu’minun) : 12-14.[4]
3.
Tugas hidup manusia
a.
Beribadah kepada Allah dan menjalankan tugas-tugas kekhalifahan bukan
semata tujuan hidup manusia, melainkan tujuan Allah menciptakan manusia,
sebagai tujuan dikehendaki Allah. Sehingga manusia pada hakikatnya tidak
mempunyai kehendak selain mengikui kehendak Allah. Memang Allah telah
menciptakan pada diri manusia satu kebebasan dasar, yaitu kebebasan memilih.
Kebebasan inilah yang akan membuatnya memilih apakah mengikuti kehendak Allah
atau mendurhakai-Nya.
b.
Jadi kesimpulannya tugas setiap manusia didalam hidup ini ialah
menjalankan peranan sebagai khalifah dibumi ini dengan sempurna, dan senatiasa
menambah kesempurnaannya sampai akhir hayatnya, hingga menjadi orang muslim
yang paling mulia dan juga yang paling bertaqwa.[5]
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Azhar
“Dan
tidakkah aku menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk mengabdi kepadaku.” (
ayat 56). Inilah peringatan lanjutan dari ayat sebelumnya, yaitu supaya
rasulullah s.a.w. meneruskan memberi peringatan. sebab peringatan akan besar
manfaatnya bagi orang yang beriman. maka datanglah tambahan ayat 56 ini
bahwasannya allah menciptakan jin dan manusia tidak ada gunaa yang lain,
melainkan buat mengabdikan diri kepada allah. jika seorang telah mengakui
beriman kepada tuhan , tidaklah dia akan mau jika hidupnya di dunia ini kosong
saja . dia tidak bolah menganggur selama nyawa di kandung badan, manusia harus
ingat bahwa tempohnya tidak boleh kosong dari pengabdian. seluruh hidup
hendaklah di jadikan ibadat.
Menurut
riwayat ali bin abu thalhah, yang di terimanya dari ibnu abbas arti untuk
beribadat, ialah mengakui diri adalah budak atau hamba dari allah, tunduk
menurut kemauan allah, baik secara sukarela atau secara terpaksa, namun
kehendak allah berlaku juga ( thau’an aw karhan ). mau tidak mau diri pun
hidup. mau tidak mau kalau umur panjang mesti tua. mau tidak mau jika datang
ajal mesti mati. ada manusia yang hendak melakukan di dalam hidup ini menurut
kemauannya, namun yang berlaku ialah kemauan allah jua. Oleh sebab itu ayat ini
memberi ingat kepada manusia bahwa sadar atau tidak sadar dia akan mematuhi
kehendak tuhan . Maka jalan yang lebih baik bagi manusia ialah menginsafi
kegunaan hidupnya, sehingga dia pun tidak merasa keberatan lagi mengerjakan
berbagai ibadat kepada Tuhan. Apabila manusia mengenal kepada budi yang luhur,
niscaya dia mengenal apa yang di namai berterimakasih. ada orang yang menolong
kita melepaskan dari malapetaka, kita pun segera mengucapkan terimakasih! kita
mengembara di satu padang pasir. dari sangat jauh perjalannya, kita kehausan, air
sangat sukar. tiba-tiba di suatu tempat yang sunyi sepi kita bertemu satu orang
yang menyuruh kita berhenti jalan sejenak. Kita pun berhenti. lalu dia bawakan
seteguk air. kita pun mengucapkan banyak-banyak terima kasih. kita ucapkan
terimakasih dengan merendahkan diri. sebab kita merasa berhutang budi
kepadanya. dan tidaklah ada manusia beradab di dunia yang membantah keluhuran
budi orang berterima kasih itu. Maka bandingkanlah semua dengan anugerah ilahi
bagi menjamin hidup kita. sejak mulai lahir dari perut ibu sampai kepada masa
habis tempoh di dunia ini kita menutup mata, tidaklah dapat di hitung dan di
nilai betapa besar nikmat dan karunia allah kepada kita. maka timbullah
pertanyaan. apakah tidak patut kita berterimakasih kepadanya atas seluruh karunia
itu ? Disinihlah tuhan menjuruskan hidup kita, memberi kita pengarahan. allah
menciptakan kita, jin dan manusia tidak untuk yang lain, hanya untuk satu macam
tugas saja, yaitu mengabdi, beribadat. Ibadat itu di awali dengan IMAN. percaya
akan adanya allah itu saja, sudah jadi dasar pertama hidup itu sendiri. maka
iman yang telah tumbuh itu wajib dibuktikan dengan amal shalih. Iman dan amal
shalih inilah pokok. bila kita telah mengaku beriman kepada allah niscaya
kitapun percaya kepada rasullnya. maka pesan allah yang di sampaikan rasul itu
di perhatikan. perintahnya kita kerjakan, larangannya kita hentikan. Maka
dapatlah kita jadikan sluruh hidup kita ini dengan ibadat kepada allah.
sembahyang lima waktu, puasa bulan ramadhan, berzakat kapada fakir miskin,
adalah bagian kecil, sebagai pematri dari seluruh ibadat yang umum itu.
semuannya itu kita kerjakan, karena kita iman kepadanya, dan kita pun beramal
shalih, untuk faedah sesama kita manusia. kalau tidak ini di kerjakan tidaklah
ada artinya hidup kita yang terbatas di dunia ini. [6]
2.
Tafsir Al-Maragi
( وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ
لِيَعْبُدُ وْنَ ) “padahan aku tidaklah menciptakan mereka kecuali supaya kenal
kepada ku kerena sekirannya aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal
keberadaanku dan keesaanku penafsiran seperti ini di tunjukan oleh apa yang di
nyatakan dalam sebuah hadis qudsi :
كُنْتَ كَنْزً امُخْفِيَّا فَاَ رَدْ تَ اَنْ اُ عْرَفَ فَخَلَقْتَ ا
لْخَلْقَ فَبِى عَرَفَوْنِىْ “ aku adalah simpanan yang tersembunyi. lalu
aku menghendaki supaya di kenal. maka aku pun menciptakan makhluk. maka oleh
karena akulah mereka mengenal aku.”
demikan kata
mujahid dan begitupula di riwayatkan dari mujahid bahwa ayat ini adalah ;
kecuali supaya aku memerintahkan mereka dan melarang mereka. tafsiran seperti
ini di tunjukan oleh firman allah ta’ala:
وَمَا
اُمِرُوْااِلاَّ لِيَعْبُدُ وْا لهًا وَّ حِدً الاَ الهَ الاَّ هُوَ سُبْحَنَهُ
عَمَّا يَشْرِكُوْنَ “padahal
mereka hanya di suruh menyembah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain
dia. maha suci allah dari apa yang mereka persekutukan.” (at-taubah, 9 : 31 ).[7]
3.
Tafsir Al-Mishbah
QS
Adz-Dzariyat ayat 56 menggunakan bentuk persona pertama (Aku) setelah
sebelumnya menggunakan persona ketiga (Allah) hal ini bertujuan untuk
mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah melibatkan malaikat atau
sebab-sebab lainnya. Penciptaan, pengutusan Rosul, turunnya siksa, rezeki yang
dibagikan-Nya melibatkan malaikat dan sebab-sebab lainnya, sedang disini karena
penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang
digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi
kesan adanya keterlibatan selain Allah SWT.
Ibadah
adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat
adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia
mengabdi. Ibadah terdiri dari ibadah murni dan ibadah tidak murni. Ibadah murni
adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya,
seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Ibadah tidak murni adalah segala
aktivitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri
kepada Allah.[8]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
“Dari
Qs Adz-Dzariyat ayat 56 banyak pelajaran yang dapat di ambil dan di terapkan
dalam kehidupan yakni kita harus selalu mengabdi kepada allah swt dan tidak
menyekutukan allah dengan melaksanakan perintah-perintah allah seperti sholat,
zakat, puasa, saling tolong menolong dan lain sebagainya. dan menjauhi
larangan-larangan dari allah swt.”
D.
Aspek Tarbawi
1.
kita harus beriman kepada allah swt dan mematuhi segala perintahnya
dan menjahui segala larangan-larangan dari allah swt.
2.
Jika kita murka kepada Allah swt , maka Allah akan memberi azab yang
pedih kepada kita semua dan tidak ada seorangpun yang mampu menolak azab, dan
juga tidak seorangpun yang dapat menolong kita untuk menghindari azab itu
sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam Q.s Adz-Dzariyat ayat 56 ini
menjelaskan tentang tujuan diciptakannya jin dan manusia. Yang dimaksud jin
ialah suatu makhluk yang tak dapat dipandang oleh mata manusia, karena mereka
memiliki unsur-unsur kejadian yang berbeda dengan manusia, sedangkan manusia
secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa Arab, yang berasal
dari kata “nasiya” yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata
dasar “al-uns” yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut
manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. tugas keduanya (manusia dan jin) didalam alam
ini ialah menjalankan peranan sebagai khalifah dibumi ini dengan sempurna, dan
senantiasa menambah kesempurnaannya sampai akhir hayatnya, hingga menjadi orang
muslim yang paling mulia dan juga yang paling bertaqwa.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Hery, Noer.1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Husain, Sayyid,
Abdullah.1985. Menyingkap Rahasia Jin, Syetan dan Malaikat.
Bandung: Husaini.
Hamka. 1981. Tafsir
Al-Ahzar Juz’u XXVII . Jakarta: Pustaka Panjimas.
Mustafa Ahamad Al-Maragi. Tafsir Al-Maragi . Semarang: Pt
Karya Toha Putra.
Shihab, M.
Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah. Tangerang: Lentera Hati.
Ta’rifin, Ta’arifin. 2013. IAD
Ilmu Alamiah Dasar. Pekalongan: Duta Media Utama.
Yusuf, Musfirotun. 2015. Manusia
& Kebudayaan Perspektif Islam Pekalongan: CV Duta Media Ulama.
PROFIL PENULIS
Nama :
Lutfa Nur Atikoh
TTL :
Tegal, 18 November 1996
Alamat : Ds.
Kesamiran RT.05/ RW 01 kec.Tarub kab. Tegal
Riwayat Pendidikan :
-
SDN 01
Kesamiran
-
MTs N Model
Babakan Lebaksiu Tegal
-
SMA N 1
Kramat
-
IAIN
Pekalongan
Motto : Smile is a simple way of enjoying life
[1] Sayyid Abdullah Husain, menyingkap Rahasia Jin, Syetan dan
Malaikat (Bandung: Husain, 1985), hlm. 1
[2] Musfirotun Yusuf, Manusia & Kebudayaan
Perspektif Islam (Pekalongan: CV
Duta Media Utama, 2015) hlm. 1
[3] Sayyid
Abdullah Husain, Op Cit., hlm. 13
[5] Drs. Hery Noer
Aly, MA, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm.
64-65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar