Laman

new post

zzz

Senin, 20 Februari 2017

TT2 b2c “KHALIFAH DI MUKA BUMI” Q.S Al-baqarah (2: 30)

VISI MISI MANUSIA
“KHALIFAH DI MUKA BUMI” Q.S Al-baqarah (2: 30)

Qory’ Ikrima   (2021114256)
Kelas  : B

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2017




BAB I
PENDAHULUAN

Sejak dulu manusia sudah diciptakan oleh Allah pada awalnya menjadi umat yang akan menjadi pemimpin di surga. Manusia akan menjadi pemimpin malaikat dan setan, akibatnya setanpun cemburu, dan berbuat murka dan tidak patuh terhadap Allah. Seiring berjalannya waktu, setanpun berhasil mempengaruhi manusia untuk melanggar aturan dari Allah swt, sehingga manusia dapat hukuman untuk diturunkan di dunia. Para malaikat khawatir, bahwa umat manusia(keturunan adam) akan membuat kerusakan di bumi. Padahal para malaikat merupakan makhuk yang selalu bertasbih, mensucikan Allah. Ketidaktahuan para malaikat dan kekhawatiran para malaikat itu menjadi hilang setelah mendapatkan penjelasan dari Allah bahwa Alla lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para malaikat.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Khalifah
Kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya atau orang yang mengganti orang sebelumnya.[1] Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah disini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini.
B.     Q.S Al-baqarah (2: 30)

Artinya : “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

C.    Penjelasan Ayat
1.      Tafsir Ibnu Katsir
Dalam tafsir Ibnu Katsir Allah swt memberitahukan tentang karunia yang dia anugerahkan kepada anak cucu adam berupa kehormatan bagi mereka di mana Allah membicarakan perihal mereka di hadapan para malaikat sebelum mereka diciptakan. Yang jelas bahwa yang dikehendaki oleh Allah bukan hanya Adam saja. karena jika yang dimaksud hanya Adam, niscaya tidak tepat pertanyaan Malaikat di dalam Ayat tersebut.
Ucapan Malaikat tersebut bukan merupakan penentangan kepada Allah Swt, bukan pula kedengkian terhadap anak cucu adam sebagaimana yang disalah fahami oleh sebagian ahli tafsir, karena Allah telah menyifati para malaikat sebagai makhluk yang tidak pernah mendahulukan-Nya dengan ucapan. Artinya, mereka tidak menanyakan sesuatu yang tidak dia izinkan. Disini, tatkala Allah memberitahukan kepada mereka bahwa dia akan menciptakan makhluk di bumi, maka menurut Qatadah para malaikat telah mengetahui bahwa mereka akan melakukan kerusakan dimuka bumi. Lalu malaikat bertanya : “Mengapa engkau hendak menjadikan...dan menumpahkan darah?” pertanyaan malaikat ini hanya dimaksudkan untuk meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat didalamnya. Seakan-akan para malaikat itu mengatakan : “Wahai Rabb kami, apakah hikmah di balik penciptaan mereka, sedang diantara mereka ada orang-orang yang akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah? Seandainya engkau bermaksud agar mereka hanya beribadah kepada-Mu, maka akan senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan-Mu, yakni bershalawat atasmu, sebagaimana akan dijelaskan. Yakni tidak akan muncul hal- hal buruk semacam itu muncul dari kami, lalu mengapa tidak cukup kami saja (yang engkau ciptakan untuk hanya beribadah kepada-Mu).[2]
2.      Tafsir Al-Maraghi
Berdasarkan pengertian ayat inilah para Malaikat mengajukan pertanyaan kepada Allah secara dialogis mengenai masalah ini. Dan atas dasar pengertian ayat ini dapat disimpulkan bahwa Adam itu bukanlah jenis makhluk berakal pertama yang ada di bumi ini. Jauh sebelum Adam sudah ada makhluk berakal lainnya sebagaimana setelah diisyaratkan melalui ayat tersebut yang menyangkut pertanyaan para Malaikat.
Pengangkatan khalifah ini menyangkut pula pengertian pengangkatan sebagian manusia diberi wahyu oleh Allah tentang syariat-syariat- Nya. Pengertian khalifah ini juga mencakup seluruh makhluk(manusia) yang berciri mempunyai kemampuan berpikir yang luar biasa, sekalipun kita tidak mengerti secara pasti rahasia khalifah jenis terakhir ini, termasuk tidak mengetahui bagaimana prosesnya. Ringkasnya, manusia dengan kekuatan akal, ilmu pengetahuan dan daya tangkap mereka belum bisa diketahui secara jelas sampai sejauh mana kemampuan yang sesungguhnya.

øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz (
            Artinya: “katakanlah wahai Muhammad terhadap kaummu cerita pembicaraan Allah kepada para malaikat. Sesungguhnya kami akan menjadikan Adam sebagai khalifah dan pengganti makhluk lain yang dulu menghuni bumi. Mereka itu telah musnah karena saling menumpahkan darah. Sekarang Adam adalah pengganti mereka. Sebagian mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan khalifah disini ialah sebagai pengganti Allah dalam melaksanakan perintah-perintah- Nya kepada manusia. Karenanya, istilah yang mengatakan manusia adalah khalifah Allah di bumi”. Sudah sangat populer. Dan sebagai dalilnya adalah firman Allah kepada Nabi Daud berikut ini :

Artinya : “ Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi...” (Shadd 38 : 26)

Pengangkatan khalifah ini menyangkut pula pengertian pengangkatan sebagian manusia yang diberi wahyu oleh Allah tentang syariat-syariat – Nya. Pengertian khalifah ini juga mencakup seluruh makhluk(manusia) yang berciri mempunyai kemampuan berpikir yang luar biasa, sekalipun kita tidak mengerti secara pasti rahasia khalifah jenis terakhir ini, termasuk tidak mengetahui bagaimana prosesnya.

Artinya : Apakah tuhan akan menciptakan makhluk yang kebiasaannya membunuh antara sesama tanpa hak itu sebagai khalifah di bumi?
                                                                
          Artinya : Apakah tuhan hendak menjadikan seseorang yang sifatnya demikian itu sebagai khalifah? Sedangkan kami(para malaikat) adalah makhluk-Mu yang ma’sum (terpelihara dari kesalahan).

Artinya : Tuhan berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya aku mengetahui maslahah yang terkandung dalam pengangkatan khalifah yang tidak diketahui kalian.
        Ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hendaknya hal ini dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi para malaikat agar mengetahui bahwa segala perbuatan Allah Swt itu pasti mengandung hikmah dan kesempurnaan yang mutlak, sekalipun bagi para malaikat masih tampak samar.[3]
3.      Tafsir Al-Azhar
       Tuhan menyebut di dalam Al-qur’an tentang adanya makhluk Allah bernama Malaikat. Disebutkan pekerjaan atau tugas mereka, ada yang mencatat amalan makhluk setiap hari, dan mencatat segala ucapan, ada yang membawa wahyu  kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi, ada yang menjadi duta-duta(safarah) yang memelihara Al-Qur’an, ada yang memikul arsy Tuhan, ada yang menjaga surga dan ada yang menjaga neraka dan ada yang siang malam berdoa dan banyak lagi yang lain. 
      Orang-orang di jaman jahiliyah mencoba menggambarkan Malaikat itu sebagai manusia dan merekapun menentukan jenisnya, yaitu perempuan. Ini dibantah keras oleh Al-qur’an, maka tidaklah pantas makhluk gaib itu ditentukan jenis kelamin jantan atau betinanya. Seperti itulah yang tersebut dalam Al-Qur’an dan dijelaskan pula oleh hadits-hadits bahwa Malaikat-malaikat itu memberikan ilham yang baik kepada manusia, dan menimbulkan keteguhan semangat dan iman.   
       Syaikh Muhammad Abduh seketika menafsirkan ayat ini berkata : “Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa di dalam batin segala yang tercinta ini memang tersembunyi kekuatan-kekuatan besar yang menjadi sendi dari kekuatan dan kerapiannya, yang tidak mungkin dipungkiri sedikitpun oleh orang yang mempergunakan akal. Orang yang tidak beriman kepada wahyu, mungkin keberatan menamainya Malaikat, sebab itu setelah menamainya tenaga alam atau Natuurkrachten tetapi sudah nyata bahwa mereka tidak dapat memungkiri dengan akal sehat akan adanya makhluk itu, yang di dalam agama dinamai Malaikat. Namun hakikatnya hanyalah satu. Adapun orang yang berakal tidaklah nama-nama  itu mendidingnya buat sampai kepada yang dinamai.” [4]
D.    Aplikasi dalam Kehidupan
Dalam surat Al-baqarah ayat 30 dijelaskan bahwa manusia ditunjuk oleh Allah swt untuk menjadi khalifah(pemimpin) di bumi, meskipun penunjukan Allah tersebut mendapat protes dari para malaikat dengan menyebutkan perilaku buruk manusia yang tidak pantas disandang oleh seorang khalifah sehingga terjadi dialog yang cukup seru antara Allah dan malaikat. Dari dialog inilah kita dapat mengidentifikasi beberapa sikap khalifah yang semestnya dmiiliki oleh setiap manusia diantaranya sebagai berikut :
1.      Tidak berbuat kerusakan baik kerusakan fisik(menebang hutan secara illegal) maupun kerusakan mental(menjerumuskan diri ke dalam dunia narkoba)
2.      Gemar beribadah kepada Allah swt dan selalu berbuat kebaikan kepada sesama, sehingga kehidupan di muka bumi dapat berjalan dengan damai, adil, dan sejahtera.
3.      Hendaknya kita selalu berusaha memakmurkan bumi dan menjaganya dari hal-hal yang dapat merusak kehidupan penghuninya.
E.     Aspek Tarbawi
1.      Allah swt memberi karunia kepada manusia untuk menjadi khalifah dimuka bumi
2.      Setiap manusia memilki kemampuan luar biasa yang diberikan Allah Swt
3.      Ketetapan yang Allah buat mengandung hikmah dan kesempurnaan yang mutlak.

BAB III
PENUTUP

            Dari makalah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini adalah untuk menjadi Khalifah. Meskipun demikian, penunjukan Allah tersebut mendapat protes dari para malaikat dengan menyebutkan perilaku buruk manusia yang tidak pantas disandang oleh seorang khalifah sehingga terjadi dialog yang cukup seru antara Allah dan malaikat.














DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Musthafa Ahmad. 1992. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : PT. Karya Toha Putra.
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. 2000.  Shahih Tafsir  Ibnu Katsir. Bogor : Pustaka Ibnu Katsir.

Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2007.  Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta : Pustaka Azzam.

Hamka. 2000.  Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas.














BIODATA

Nama : Qory’ikrima
Tempat tanggal lahir : Pemalang, 4 Maret 1996
Alamat : Pedurungan barat Rt 02/05 kecamatan Taman- Pemalang
Motto : jadilah dirimu sendiri J



[1]Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007)hlm.585.
[2]Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir  Ibnu Katsir (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2000) hlm. 198-200.
[3] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-maraghi (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1992) hlm. 135-137.
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : PT. Pustaka Panjimas, 2000) hlm. 202-204. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar