“PERADABAN ISLAM
PADA MASA DINASTI-DINASTI LAIN
DI DUNIA ISLAM SEMASA DINASTI ABBASIAH I”
MUHAMMAD RISKON
MUHAMMAD
RISQON FAJAR
MUKHIDIN
MAULANA
KELAS A
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah
SWT karena tanpa rahmat dan hidayah nya
tak mungkin makalah dengan judul “Dinasti-Dinasti Lain di Dunia Islam Seiring
Dinasti Abbasiyah 1” ini dapat di selesaikan, hingga akhirnya kami berhasil
menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam di IAIN Pekalongan.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Agung Muhammad
SAW, keluarga dan sahabatanya. Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat
mencapai hasil yang sebaik- baiknya, namun kami menyadari bahwa dalam cara
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan tidak kesempurnaan, mengingat
akan pengetahuan dan kemampuan yang kami memiliki masih terbatas untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kebikan yang akan datang. Kami
mengharapkanmudah-mudahanmakalah inidapatmemberikanmanfaat,
khususnyabagipenulisdan para pembacapadaumumnya.
Pekalongan,Februari 2017
Tim penulis
DAFTAR ISI
Prakata ......................................................................................................
ii
Daftar
Isi........................................................................................................
iii
BAB
I .. PENDAHULUAN
1.1
Latarbelakang...........................................................................................
1
1.2
RumusanMasalah...................................................................................... 1
1.3TujuanPenulisan........................................................................................
2
1.4MetodePengumpulan Data ........................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Dinasti
Idrisiyah (789-926 M) ................................................................. 3
2.2 Dinasti Aghlabiyah (800-909 M) ............................................................ 4
2.3 Dinasti Samaniyah (819-1005 M) ........................................................... 5
2.4 Dinasti Safariyah (867-1495 M) .............................................................. 6
2.5 Dinasti Tulun
(868-905 M)....................................................................... 7
2.6 Dinasti
Hamdaniyah (905-1004 M).......................................................... 8
2.7 Dinasti
Fathimiyah (909-1171 M)............................................................ 9
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 11
3.2 Saran......................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam sejarah islam, para penguasa sebagaimana telah dijelaskan dalam
bab-bab sebelum ini, setelah masa kekuasaan khulafaur rasyidin, di gantikan
oleh para penguasa yang membentuk kekuasaan dengan sistem kekeluargaan atau
disebut juga dengan dinasti.
Dimulai dari kekuasaan Muawiyyah yang membentuk Dinasti Umayyah, maka
sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarchi hereditis (kerajaan
turun-temurun). Kekhalifahan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi
kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh
rakyatnya agar setia terhadap anaknya,Yazid, yang kelak akan menggantikannya.
Muawiyah bermaksud untuk mencontoh monarchi
di Persia dan Bizantium. Muawiyah memang tetap menggunakan istilah
khalifah, namun ia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk
mengagungkan jabatan tersebut.
Dinasti-dinasti yang berkuasa setelah khulafaur rasyidin adalah Dinasti
Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Umayyah di Andalusia, Dinasti Safawiyah,
Dinasti Usmani di Turki, Dinasti Mongol islam di India, dan beberapa dinasti
lain yang berkuasa di beberapa belahan dunia islam.
Selain dinasti-dinasti yang disebutkabn diatas, juga terdapat beberapa
dinasti lain yang juga memiliki peran penting dalam pengembangan peradaban di
dunia islam.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah peradaban islam pada Masa Dinasti Idrisiyah (172 H/789 M-314 H/926
M)?
1.2.2 Bagaimanakah peradaban
islam pada Masa Dinasti Aghlabiyah (184 H/800 M-296 H/909 M)?
1.2.3 Bagaimanakah
peradaban islam pada Masa Dinasti Samaniyah (203 H/819 M-395 H/1005 M) ?
1.2.4 Bagaimanakah
peradaban islam pada Masa Dinasti Safariyah (253 H/867 M-900 H/1495 M) ?
1.2.5 Bagaimana Peradaban islam
Pada Masa Dinasti Tulun (254 H/868 M-292 H/905 M)?
1.2.6 Bagaiman Peradaban islam Pada
Masa Dinasti Hamdaniyah (292 H/905 M-394 H/1004 M)?
1.2.7 Bagaimana Peradaban islam Pada
Masa Dinasti Fathimiyah (909-1171 M)?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Idrisiyah.
1.3.2
Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Aghlabiyah.
1.3.3 Dapat
Mengetahui peradaban islam pada Masa
Dinasti Samaniyah.
1.3.4 Dapat
Mengetahui peradaban islam pada Masa
Dinasti Safariyah.
1.3.5 Dapat
Mengetahui
peradaban islam pada Masa Dinasti Tulun.
1.3.6 Dapat Mengetahui peradaban islam
pada Masa Dinasti Hamdaniyah.
1.3.7 Dapat Mengetahui peradaban islam
pada Masa Dinasti Fathimiyah.
1.4 Metode Pengumpulan Data
1.4.1 MetodeStudiPustaka
StudiPustakaadalahmengadakanpenelitiandenganmempelajaridanmembacabuku-bukusertasumberdari
internet (online) yang adahubungannyadenganpermasalahan yang
menjadiobjekpenelitian.
Penulismencari
data dibukureferensidan internet yang berkaitandenganPeradaban Islam Dinasti- Dinasti Di Dunia
Islam 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dinasti Idrisiyah (789-926
M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Idrisiyah adalah Maghribi (Maroko). Didirikan oleh Idris I
bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dinasti pertama yang
beraliran Syi’ah, terutama di Maroko dan Afrika Utara. Sultan terbesar adalah
Yahya IV (292 H/905 M) yang berhasil merestorasi meyebarkan budaya dan agama
islam ke bangsa Brbar dan penduduk asli. Dinasti ini runtuh setelah ditaklukan
oleh Dinasti Fathimiyah pada tahun 374 H/985 M. Dinasti Idrisiyah antara lain
meninggalkan Masjid Karawiyyin dan Masjid Andalusia yang didirikan pada 244
H/859 M.[1]
2.1.1 Sejarah Pembentukan
Kesuksesan dan kejayaan bani
Abbasiyah dalam menumbangkan bani Umayyah di dukung dan di bantu oleh beberapa
kelompok yang memilki andil besar untuk menggulingkan pemerintahan Bani Umayyah
yaitu kelompok alawiyun. Mereka berharap jika Abbasiyah telah berkuasa, mereka
akan mendapatkan yang selama ini hilang dan dirampas Umayyah. Namun ketika
usaha itu telah berhasil, mereka merasa di khianati oleh bani Abbasiyah,
akhirnya kelompok alawiyun ini melakukan pemberontakan yang dilakukan oleh dua
orang bersaudara keturuna Ali bin Abi Thalib, yaitu Muhammad yang bergelar
Al-Nafs Al-Zakakiyyah dan Ibrahim yag keduanya adalah putra Abdullah bin Hasan
Bin Ali. Akan tetapi, lagi-lagi pemberontakan dapat dilumpuhkan oleh penguasa
Abbasiyah yang semasa itu masih sangat kuat.
Ketika kekhalifahan di tangan Al-Hadi,
kelompok Alawiyun kembali melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh Al-Husain
ibn Hasan disuatu tempat berjarak
6mil antara Makkah dan Madinah. Al-Hasan gugur
dalam pemberontakan, namun dua keluarga Alawiyun berhasil meloloskan diri,
yaitu Idris bin Abdillah dan saudaranya Yahya bin Abdillah. Idris bin Abdillah inilah
yang kemudian dikenal sebagai perintis berdirinya dinasti idrisiyah.
2.1.2 Kemajuan
Yang Di Capai
Pada saat dinasti idrisiyah dipimpin
oleh idris II sampai Yahya IV, pemerintahan idrisiyah mampu melebarkan sayapnya
dengan bagus. Idris kemudin menjadikan Fez sebagai ibu kota pemerintahan pada
tahun 808 M. Dinasti Idrisiyah memiliki saham dan andil besar dalam
perkembangan kultur masyarakat barbar, selain itu peradaban luar biasa yang
diukir oleh dinasti ini pada dinasti ini
adalah pendirian universitas Qairowan yang megah dan terkenal.
2.1.3 kemunduran
dan kehancuran
Ketika dinasti ini dipimpin oleh
Muhammad Al-Muntasir, beberapa wilayah kekuasaan dinasti mengalami perpecahan.
Kondisi inilah yang rentan megalami serangan dari luar, akhirnya melemahnya
kekuatan Idrisiyah yang mengakibatkan kekalahan dan kehilangan kekuasaan
ditangan dinasti Fathimiyah pada tahun 985 M.[2]
2.2 Dinasti Aghlabiyah (184
H/800 M-296 H/909 M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Aghlabiyah meliputi Tunisia dan Afrika Utara. Pusat
pemerintannya terletak di Qairawan, Tunisia. Pemimpin pertama dinasti ini
adalah Ibrahim bin Al-Aghlab, panglima dari Khurasan. Aghlabiyah berperan dalam
mengganti bahasa latin dengan bahasa arab serta menjadikan islam agama
mayoritas. Dinasti ini berhasil menduduki Sicilia dan sebagian besar Italia
Selatan, Sardinia, Corsica bahkan pesisir Alpen pada abad ke-9. Dinasti ini
berakhir setelah ditaklukan oleh Dinasti Fathimiyah. Peninggalan dinasti ini
antara lain adalah Masjid Raya Qairawan dan Masjid Raya di Tunis. [3]
2.2.1 Sejarah pembentukan
Dinasti
Aghlabiyah sebuah dinasti yang berpusat di Tusnisia yang berlangsung
sekitar satu abad, nama dinasti di ambil dari nama Ibrahim bin Al-Aghlab,
seorang khurasan yang menjadi perwira dalam barisan pasukan Abbasiyah. Harun
Al-Rasyid mengirim bala tentara ke Ifriqiyah di bawah pimpinan Ibrahim
Al-Aghlab yang berhasil menumpas golongan khawarij, dengan keberhasilan
tersebut ia di angkat sebagai gubernur Tunis tahun 184 H/800 M. Dengan demikian
Ibrahim bin Aghlab memerintah wilayah ini dengan keturunannya, yang kemudian
dikenal dengan Aghlabiyah.
2.2.2 Kemajuan yang di capai
Beberapa
kemajuan yang dicapai dalam pemerintahan aghlabiyah diantaranya dalam bidan
politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Dalam bidang politik ialah
perluasan wilayah dari wilayah kegubernuran hingga daratan eropa. Dalam bidang
kebudayaan terdapat pembangunan masjid Qairowan dan 10.000 benteng pertahanan
di Afrika Utara, sedangkan kemajuan dibidang ekonomi adalah pengembangan dalam
sektor pertanian, perdagangan, dan industri.
2.2.3 Kemunduran dan kehancuran
Dinasti
Aghlabiyah mengalami kemunduran disebabkan oleh propaganda golongan syi’ah yang
dipelopori oleh Abu Abdullah Al-Syi’i atas perintah Ubaidillah Al-Mahdi. Kuatnya
pasukan syi’ah dari sekte ismailiyah ini kemudian mampu mengulingkan dinasti
Aghlabiyah pada tahun 909 M.[4]
2.3 Dinasti Samaniyah (203 H/919
M-395 H/1005 M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dan Transsoxania
(Usbekistan) yang terletak di sebelah timur Baghdad. Ibu kotanya adalah
Bukhara. Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat,
keturunan seorang bangsawan Balkh (Afghanistan Utara). Puncak kejayaannya
tercapai pada masa pemerintahan Isma’il bin Ahmad (Ismail I), Penguasa ketiga
dinasti ini. Isma’il II AL-Muntasir, Khalifah terakhir Samaniyah, tidak dapat
mempertahankan wilayahnya dari serangan Dinasti Qarakhan dan Dinasati Ghaznawi.
Dinasti Samaniyah berakhir setelah Isma’il terbunuh pada tahun 395 H/1005 M
peninggalan Dinasti Samaniyah berupa Mausaleum Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari,
seorang ilmuan muslim.[5]
2.3.1 sejarah pembentukan
Dinasti
ini tidak selalu berjalan lancar. Persilihan antra saudara pun pernah terjadi,
dimana ketika ismail berkuasa Nashr selalu meragukan kejujurannya, dari ketidak
kepercayaan itulah maka terjadi peperangan diantara keduanya.
2.3.2 kemajuan yang dicapai
Dinasti
Samaniyah berkuasa dalam kemajuannya yaitu bidang politik, memelihara pusat
yang strategis bagi daulat islam di timur, dan mengembangkan kekuasaan sampai
ke wilyah Turki, sedangkan dalam kebudayaan, menjadikan Bukhara sebagai tempat
menetapnya ulama, memiliki perpustakaan yang di dalamnya kitab-kitab mashur
dari berbagai disiplin ilmu yang terdapat ditempat lain, selain itu
perkembangan ilmiah dan kesejahteraaan serta filsafat memuncak diera Samaniyah.
2.3.3 kemunuran dan kehancuran
Dinasti
Samaniyah mulai mengalami kemunduran setelah sepeninggal Ismail, kemudian
kepemimpinannya dilanjutkan oleh Ismail II Al-Muntasir khalifah terakhir
Samaniyah, namun kepemimpinannya tidak mampu mempertahankan wilayahnya dari
serangan dinasti Qarakhan dan dinasti Ghaznawi.[6]
2.4 Dinasti Safariyah (253
H/867 M-900 H/1495 M)
Wilyah
kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Dan merupakan
dinasti yang paling lama berkuasa di dunia islam. Pendiri dinasti ini adalah
Ya’qub bin Lais As-Saffar, seorang pemimpin kelompok khawarij di provonsi
Sistan (Irak). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr bin Lais berhasil
melebarkan wilayah kekuasaanya sampai ke Afghanistan Timur. Pada masa itulah
kekuasaan Dinasti Safariyah mencapai puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena
pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya Dinasti Ghaznawi
mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa terakhir Dinasti
Safariyah, khalaf meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti Safariyah di
Sijistan.[7]
2.4.1 kemajuan yang dicapai
Setelah
Yaqub memproklamasikan dirinya sebagai penguasa baru, dia melanjutkan ekspansi
ke wilayah-wilayah di sekitarnya, meskipun kesuksesannya telah banyak dicapai
oleh Yaqub tapi hubungan dengan pemerintah Abbasiyah masih baik. Hal inilah
yang menjadi penguat dinasti, karena pemerintah Abbasiyah semakin mengukuhkan
pemberian khalifah atas beberapa kota penting kepadanya. Kegemilangan Yaqub dengan perluasan wilyah
menjadikannnya berkeinginan menguasai Baghdad, namun upaya ini tidak berhasil.
2.4.2 kemunduran dan kehancuran
Kemunduran
dan keruntuhan disebabkan karena ketamakan para penguasa yang selalu
berkeinginan memperluas wilyah kekuasaan. Seperti dinasti Safariyah ditangan
Amr ia tetap bersih kukuh ingin menguasai dan memperluas wilayah hingga ke
Transoxsania. Akhirnya pasukan Amr dapat ditaklukan oleh pasukan Ismail bin
Ahmad, dan Amr berhasil ditangkap, sehingga semua penaklukan terlepas kembali.[8]
2.5 Dinasti Tulun (254 H/868
M-292 H/905 M)
Wilayah
kekuasaan Dinasti Tulun meliputi Mesir dan Suriah, Dinasti islam yang masa
pemerintahannya paling cepat berakhir. Pendirinya adalah Ahmad bin Tulun, putra
seorang Turki yang diutus oleh gubernur Transoxania (Uzbekistan) membawa umpeti
ke Abbasiyah. Dinasti Tulun yang memrintah sampai 38 tahun berakhir ketika
dikalahkan oleh pasukan Dinasti Abbasiyah dan setelah khalifah Syaiban bin
Tulun terbunuh.
Dinasti
Tulun mencatat berbagai prestasi, antara lain sebagai berikut:
a.
Mendirikan bangunan-bangunan megah
b.
Memperbaiki nilometer (alat pengukur air) di Pulau Raufah (dekat Kairo),
yang pertama kali dibangun pada tahun 103 H/716 M pada masa pemerintahan Bani
Umayyah.
c.
Berhasil membawa Mesir pada kemajuan, sehingga Mesir menjadi pusat
kebudayaan Islam yang dikunjungi para ilmuwan dan seluruh pelosok dunia islam.
2.6 Dinasti Hamdaniyah (292
H/905 M-394 H/1004 M)
Dinasti
Hamdaniyah, wilayah kekuasaannya meliputi Aleppo (Suriah) dan Mosul (Iran).
Nama Dinasti ini dinisbatkan kepada pendirinya, Hamdan bin Hamdun yang bergelar
Abu Al-Haija’. Dinasti Hamdaniyah di Mosul dipimpin oleh Hasan yang
menggantikan ayahnya, Abu Al-Haija’. Kepemimpina Hasan mendapat pengakuan dari
kepemimpinan Baghdad. Dinasti Hamdaniyah di Aleppo di dirikan oleh Ali
Saifuddawlah merebut Aleppo dari Dinasti Ikhsyidiyah. Dinasti Hamdaniyah di
Mosul maupun di Aleppo berakhir ketika para pemimpinnya meninggal.[9]
2.6.1 kemajuan yang dicapai
Prestasi
gemilang yang diukir oleh dinasti Hamdaniyah lebih tampak pada wilayah
politiknya. Dinasti ini mmampu memainkan peran penting sebagai pagar betis untk
mempertahankan kekuasaan dinasti Abbasiyah, bahkan dinasti Hamdani ini sebagai
suatu kekuatan yang mampu menahan pasukan Romawi yang ingin merebut wilayah
Suria. Selain kemajuan di bidang militer, dinasti juga mengalami kemajuan
dibeberapa bidang, seperti didunia intelektual. Sehingga meskipun dinasti ini
bukan dinasti yang besar namun capaiannya tampak jelas.
2.6.2 kemunduran dan kehancuran
Kemunduran
sudah mulai terasa semenjak meninggalnya Saif Al-Daulat. Para penggantinya ini
kurang memiliki kemampuan untuk mengimbangi kekuatan-kekuatan asing yang besar
saat itu yaitu Buwaihi, Romawi, dan Fatimiyah yang sudah ada sejak 1004 M.[10]
2.7 Dinasti Fathimiyah (297-567
H/909-1171 M)
Berdirinya
Dinasti Fathimiyah dilatar belakangi oleh melelmahnya dinasti Abbasiyah,
kemudian Ubaidillah Mahdi mendirikan dinasti Fathimiyah yang melepaskan diri
dari kekuasaan Abbasiyah. Kebudayaan berkembang pesat pada masa dinasti
Fathimiyah yang ditandai dengan berdirinya masjid Al-Azhar yang berfungsi
sebagai pusat pengkajian islam dan ilmu pengetahuan. Dinasti ini berakhir
setelah Al-Adid, khalifah terakhir dinasti Fathimiyah yang jatuh sakit.
2.7.1 kemajuan yang dicapai
a.
Bidang Administrasi
Administrasi
pemerintahan dinasti Fathimiyah secara garis besar tidak jauh berbeda dengan
dinasti Abbasiyah. Khalifah menjabat sebagai kepala negara baik keduniaan
maupun spiritual.
b.
Kondisi sosial
Mayoritas
khalifah bersikap moderat dan penuh perhatian kepada urusan agama non muslim.
Selama masa ini pemeluk kristen Mesir diperlakukan secara bijaksana, hanya
khalifah Al-Hakim yang bersikap agak keras terhadap mereka. Orang-orang kristen
tidak pernah merasakan kemurahan dan keramahan melebihi sikap pemerintahan
muslim.
c.
Ilmu pengetahuan dan kesusastraan
Khalifah Fathimiyah mendirikan
beberapa lembaga ilmu pengetahuan dan
beberapa karya sastra. Selain itu pada masa dinasti ini juga banyak ditemui
berbagai seni arsitektur, ini dibuktikan dengan banyaknya bangunan masjid yang
sangt megah.
2.7.2 kemunduran dan kehancuran
Keruntuhan dinasti Fatimiyah
disebabkan oleh beberapa faktor kelemahan pada masa pemerintahannya, antara
lain :
a.
Sistem pemerintahan dirubah menjadi sistem parlementer.
b.
Terjadinya persaingan perebutan wazir.
c.
Adanya resistensi dari orang-orang sunni dan nasroni di Mesir.
d.
Terjadinya perebutan kekuasaan antara bangsa barbar dengan bangsa Turki.
e.
Adanya pemaksaan ideologi Syi’ah kepada rakyat yang mayoritas sunni.
f.
Datangnya serbua dari tentara salib.
g.
Para penguasanya selalu tenggelam dalam kehidupan yang mewah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa
dinasti-dinasti lain yang ada di dunia islam seiring Dinasti Abbasiyah meliputi
sebagai berikut:
1.
Dinasti Idrisiyah
2.
Dinasti Aghlabiyah
3.
Dinasti Samaniyah
4.
Dinasti Safariyah
5.
Dinasti Tulun
6.
Dinasti Hamdaniyah
7.
Dinasti Fathimiyah
Dalam masa memerintah
masing-masing dinasti memiliki kemjauan dan kemunduran tersendiri yang berbeda-beda,
yang mana telah dijelaskan/dipaparkan dalam isi makalah.
3.2
Saran
Dengan dibuatnya makalh ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran
pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010)
http://amarstain.blogspot.co.id/2015/09/makalah-peradaban-islam-dinasti.html?m=1
(Di akses tgl 10/03, 03.00 wib)
PROFIL PEMAKALAH
Nama :Muhammad Riskon
Nim: :
2014116052
Prodi:
:HukumEkonomiSyari’ah
Ttl:
:Pekalongan, 29 Juni 1997
No. Hp: :
085600828494
Nama : Muhammad
RisqonFajar
Nim :
2014116053
Prodi :
HukumEkonomiSyariah
Ttl : Pekalongan, 22 Juli 1998
No. Hp : 085800225040
Nama : Mukhidin Maulana
Nim :
2014116054
Prodi
:HukumEkonomiSyariah
Ttl :Pekalongan, 22 Mei 1998
No. Hp :085878973691
Tidak ada komentar:
Posting Komentar