MAKALAH
AKAL, ILMU, dan AMAL
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh :
Nama : Hammydiati Azifa L I
NIM : 2021110208
Kelas : E
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillahirabbilalamin..segala puji bagi Allah yang selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam selalu tercurah pada Nabi Muhammad saw, yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Dialah yang menunjukkan kepada jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalannya dia tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakan.
Tidak ada dallil yang lebih tepat sebagai landasan dari apa yang kami sampaikan daripada bahwa Allah menjadikan wahyu pertama yang disampaikan kepada Rasul-Nya adalah perintah untuk mencari ilmu. Dengan akal dan ilmu yang diperoleh manusia kehidupan ini dapat ditentukan dengan sejauh apa pengamalan dan pemikiran yang telah manusia peroleh dari akala dan ilmu yang mereka miliki. Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MATERI HADITS
عَنْ عَا ئِشَة قَالَتْ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ الله بِأَيِّ شَيْئٍ يَتَفَاضَلَ النَاسُ فِي الدُّنْيَا ؟ قَالَ : بِالعَقْلِ, قُلْتُ فَفِي اْلآخِرَةِ ؟ قَالَ : بِالعَقْلِ, فَقَالَتْ عَائِشَة: اِنَّمَا يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ؟ قَاَلَ وَهَلْ عَمِلُوا إِلَّابِقَدْرِمَااَعْطَاهُمُ الله مِنَ العَقْلِ فَبِقَدْرِمَااُعْطُوامِنَ العَقْلِ كَانَتْ أَعْمَالُهُمْ وَبِقَدْرِمَاعَمِلُوايُجْزَوْنُ (رواه الحارث فى المسند)
B. TERJEMAH HADITS
“Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata : saya bertanya kepada Rasul dengan apa manusia bisa unggul ketika di dunia?, Rasul berkata dengan akal, Aisyah bertanya lagi bagaimana jika diakhirat?, Rasul menjawab dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi, bukankah sesungguhnya manusia dibalas hanya karena amal-amalnya?, Rasul menjawab ; Tidaklah manusia beramal kecuali dengan sekedar yang Allah SWT berikan yaitu akal, maka dengan sekedar apa yang telah diberikan kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka, dan atas sekedar apa yang mereka kerjakan, maka mereka mendapat balasan”
C. MUFRODAT
Indonesia | Arab |
Dengan apa | بِأَيِ شَيْئٍ |
Unggul | يَتَفَاضَلَ |
Dibalas | يُجْزَوْنَ |
Dengan sekedar | إِلَّابِقَدْرٍ |
Berikan | أَعْطَاهُمُ |
Diberikan | اُعْطُوْا |
D. BIOGRAFI PEROWI
Nama lengkapnya Aisyah binti Abi Bakar ash-Shiddiq. Ibunda beliau bernama Ummu Ruman binti Amr ibn Umaimir al-Kinaniyah. Aisyah dilahirkan sesudah Nabi SAW. diangkat menjadi Rasul.
Menurut riwayat yang masyhur, Nabi SAW. menikahi beliau di Makkah di waktu beliau berusia 6 tahun, sesudah sebulan Nabi SAW. menikahi Saudah, yaitu 3 tahun sebelum hijrah. Pada bulan Syawal sesudah 8 bulan Nabi SAW. berhijrah ke Madinah ketika itu Aisyah berusia 9 tahun, baru Nabi SAW. berumah tangga dengan beliau. Ketika Nabi SAW. wafat, beliau baru berusia 13 tahun.
Beliau meriwayatkan hadits 2.210 hadits. Beliau menerima Hadits dari Nabi SAW. dan dari para sahabat. Diantaranya ialah ayahanda beliau sendiri, Umar Hamzah ibn al-Aslamy, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Fatimah az-Zahrah. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh banyak sahabat dan tabi’in.
Menurut az-Zuhry, jika dibandingkan ilmu yang dimiliki oleh Aisyah dengan seluruh ilmu yang dipunyai oleh para permaisuri Rasul yang lain dan ilm para sahabat, maka ilmu yang dimiliki oleh Aisyah masih lebih unggul. Aisyah adalah orang yang keempat di antara tujuh orang sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Beliau wafat pada bulan Ramadhan sesudah melakukan sholat witir pada tahun 57 atau 58 H/ 688 M.[1]
E. KETERANGAN HADITS
Pada hadits di atas diterangkan bahwa saat Aisyah bertanya pada Nabi Muhammad SAW tentang hal apa yang paling diunggulkan baik di dunia maupun di akhirat, Nabi menjawab dengan akal. Dan ketika Aisyah bertanya bukankah yang menyelamatkan manusia di akhirat itu amalnya, Nabi menjawab bahwa dengan akal maka manusia akan dapat beramal dengan baik.
Bisa dikatakan bahwa setiap perbuatan atau amalan manusia itu semua dapat dilakukan karena adanya ilmu yang telah Allah berikan kepada tiap-tiap manusia agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Dari akal manusia dapat memikirkan sesuatu dan mencoba mencari tahunya secara terus-menerus yang disebut dengan ilmu, yang kemudian ilmu tersebut akan disampaikan kepada orang lain atau sebagai amal.
1. AKAL
Allamah Majlisi dalam kitab Mir’at al-‘Uqul menyatakan bahwa ’aql (akal) secara bahasa berarti pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Akal digunakan untuk menunjukkan salah satu definisi berikut ini:
1) Kemampuan untuk mengetahui sesuatu.
2) Kemampuan memilah-milah antara kebaikan dan keburukan
3) Kemampuan dan keadaan (halah) dalam jiwa manusia yang mengajak kepada kebaikan dan keuntungan dan menjauhi kejelekan dan kerugian.
4) Kemampuan yang bisa mengatur perkara-perkara kehidupan manusia.
5) Akal juga dapat dipakai untuk menyebut tingkat kesiapan dan potensialitas jiwa dalam menerima konsep-konsep universal.
Idealnya kehidupan dan prilaku umat Islam merupakan perwujudan dari keagungan dan kebenaran ajaran Islam. Namun dalam kenyataannya terdapat jurang yang lebar antara keduanya. Oleh karena itu kita tidak bisa menilai Islam dari kehidupan dan prestasi para penganutnya. Demikian pula ketika kita hendak melihat bagaimana pandangan Islam tentang ilmu, tidak cukup hanya dengan menilai prestasi umat Islam, apalagi umat Islam saat ini yang sedang terjajah secara keilmuan. Kita harus merujuk langsung ke dua sumber utamanya Islam, yakni Al Qur’an dan Al Hadist.[2]
Akal mempunya peranan penting dalam kehidupan mansia baik didunia maupun di akhirat seperti bunyi hadits yang telah disebutkan diatas. Allah memberikan akal untuk manusia diharapkan dengan akal manusia mampu terdidik dan melakukan hal yang lebih baik. Karena meskipun tidak terjamah dan tidak tersadarkan, peran akal tersebut sangatlah besar karena dari akal Allah dapat menentukan apakah manusia tersebut dapat selamat dunia dan akhirat ataupun tidak.
Kendati akal sangatlah penting bagi manusia, akan tetapi ada beberapa hal atau rambu yang dapat dijadikan pedoman dalam penggunaan akal agar manusia tidak men-tuhan-kan akal:
Pertama, memahami bahwa dasar agama bukanlah akal atau logika manusia, melainkan wahyu Allah; Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena seberapa pun canggih akal manusia, tetapi di hadapan wahyu Allah ia adalah lemah.
Kedua, memahami adanya ayat-ayat muhkamat (yang terang dan tegas maksudnya dan dapat dipahami dengan mudah) dan ayat-ayat mutasyabihat; ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti dan maknanya kecuali sesudah diselidiki secara mendalam, atau ayat-ayat yg pengertiannya hanya Allah yang mengetahui, seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan hal-hal yang ghaib.
Ketiga, Apabila suatu masalah telah ada dalilnya, baik dari Al-Qur’an maupun Hadits sahih, maka akal atau logika manusia harus tunduk, karena ia adalah tuntunan dan wahyu Allah.
Keempat, tidak mengubah pengertian dalil dari pengertian aslinya. Biasanya hal ini dilakukan dengan memotong-motong dalil disesuaikan dengan keinginan dan hawa nafsu.
Kelima, Tidak menggunakan takwil. Yakni pengalihan dari makna yang dekat kepada makna yang jauh.
Keenam, tidak menggunakan qiyas (analog) yang bertentangan dengan dalil. Para ulama Salaf mengatakan, menggunakan qiyas yang bertentangan dengan nash (dalil) adalah cara iblis.
Ketujuh, memahami mana yang termasuk wilayah ijtihad dan mana yang bukan. Karena tidak semua masalah dalam agama bisa dimasuki daya kritis otak manusia.
Kedelapan, menahan diri dari membahas hal-hal yang tidak perlu, karena hal itu bisa memporak-porandakan hukum agama.
Kesembilan, memiliki landasan pemahaman agama yang kuat dan mendalam melalui penguasaan berbagai disiplin ilmu agama.
Kesepuluh, berusaha menguasai bahasa Arab dengan baik. Karena mayoritas teks-teks agama adalah ditulis dengan bahasa Arab.
Kesebelas, memiliki motivasi yang ikhlas untuk pengembangan kajian keilmuan Islam, bukan motivasi-motivasi lain yang bersifat duniawiyah dan sesa’at.[3]
2. ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya, maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Ilmu ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia.[4]
Kedudukan ilmu dalam Islam sangatlah penting, dikarenakan ilmu merupakan jalan menuju surga. Ilmu dalam Islam mempunyai dua hukum, yaitu Fardlu ain dan Fardlu kifayah.[5] Fardlu ain dimaksudkan yaitu setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim, yaitu ilmu-ilmu yang wajib diketahui oleh semua orang Islam agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, muamalahnya lurus dan sesuai syari’at Allah. Sedangkan Fardlu kifayah dimaksudkan yakni wajib bagi kaum muslim secara keseluruhan untuk mendapatkannya. Namun, jika sebagian ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya.
3. AMAL
Amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama.
Amal bisa dikatakan sebagai bagian dari penyampaian atau perilaku yang menjadi tersampaiannya sesuatu akibat adanya akal atau pemikiran yang telah dilakukan.
Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal.
· Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah mahu pun amal perbuatan lainnya.
· Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.
F. ASPEK TARBAWI
Ø Dengan ilmu kita dapat menjadi manusia yang lebih berguna.
Ø Mendidik dan memberi pengetahuan kepada orang lain khususnya keluarga dengan ilmu dan pengamalan ilmu yang telah kita ketahui.
Ø Mampu membedakan sesuatu yang benar dan salah dengan akal dan ilmu.
Ø Memanfaatkan akal yang telah Allah berikan untuk suatu hal yang baik dan sesuai syari’at.
Ø Sebaik-baiknya akal manusia itu terbatas pada pengertian dan pemikiran tentang wahyu yang Allah turunkan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Akal tidak seharusnya digunakan untuk memikirkan hal-hal yang tidak baik atau tidak sesuai syari’at. Karena berawal dari akal tersebut manusia dapat menentukan masa depan baik di dunia ataupun diakhirat. Pada dasarnya Allah memberikan akal untuk manusia agar mampu berbuat sebaik-baiknya dan mengamalkannnya dengan penyampaian yang baik pula agar senantiasa apa yang telah diketahui dapat bermanfaat untuk dirinya atau orang lain.
Manusia tidak sebatas itu memakai akal untuk kehidupannya, akan tetapi amnesia juga seharusnya mampu memikirkan dan mempunyai landasan dalam pemikirannya yaitu sesuai Al-Qur’an dan Hadits. Manusia juga dituntut untuk senantiasa mengamalkan ilmu yang telah dia perleh kepada orang lain agar seterusnya dapat memeberikan kesejahteraan dan kebaikan umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bugha, Musthafa dan Muhyiddin Mistu. 2002. AL WAFI Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 2009. Sejarah & Pengantar Imu Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Blogspot . Ilmu Dalam Perspektif Islam. (dalam http://thohir3.blogspot.com/2008/12/ilmu-dalam-perspektif-islam.html)
Wordpress. Simbiosis Ilmu dan Amal. (dalam http://ummahonline.wordpress.com/2006/08/19/simbiosis-ilmu-dan-amal/).
_______ . Kedudukan Akal Dalam Islam. (dalam http://labbaik.wordpress.com/2007/05/15/kedudukan-akal-dalam-islam/)
[2] Blogspot, Ilmu Dalam Perspektif Islam, (dalam http://thohir3.blogspot.com/2008/12/ilmu-dalam-perspektif-islam.html, diakses 26/02/2012)
[3] Wordpress, Kedudukan Akal Dalam Islam, ( dalam http://labbaik.wordpress.com/2007/05/15/kedudukan-akal-dalam-islam/, diakses 26/02/2012).
[4] ___________ , Simbiosis Ilmu dan Akal, (dalam http://ummahonline.wordpress.com/2006/08/19/simbiosis-ilmu-dan-amal/, diakses 26/02/2012).
nama :ali mubarok
BalasHapusnim : 2021110145
kelas :D (E)
akal ilmu dan amal memang suatu yang selalu terhubung namun terkadang antara ilmu dan amal tidak saling memberi kan andil, terkadang anak yang pintar belum tentu mengamalkan ilmunya kepada teman seperjuangan,
bagaiman cara anada untuk menyeimbangkan antara ketiganya ?
ANI MAFTUCHAH 2021110201
BalasHapusKelas ; E
di zaman sekarang ini banyak orang yang berilmu menyalah gunakan ilmunya untuk hal yang buruk, bahkan merusak dan mengganggu orang lain, seperti keahlian dalam mencampur senyawa kimia tertentu menjadi bom. dll yang bersifat negatif, bagaimana pemakalah meyikapi kejadian tersebut.
Laelatul Masruro
BalasHapus2021110224
kelas E
Kita sekarang itu kan masih menuntut ilmu untuk nanti bekal kita sebagai guru, bagaimana kita bisa memanfaatkan akal dan ilmu kita itu agar dapat di amalkan dengan baik dan ikhlas, kemudian mengapa Allah memberikan akal kepada kita, kemudian kita disuruh mencari ilmu dan setelah itu kita harus mengamalkannya??
Akromurijal
BalasHapus2021110234
Kelas E
Bagaimana pendapat saudara apabila ada orang yang berakal dan berilmu tapi kelakuannya atau amalnya tidak baik, seperti koruptor di negara tercinta ini!!
Ruswati(2021110229)Kelas:E
BalasHapusbagaimana cara mengaplikasikan antara akal,ilmu dan amal agar dapat telaksana dengan semaksimal mungkin??
Naelal Khusna(2021110222)Kelas:E
BalasHapusAkal manusia itu terbatas, bagaimana jika seseorang menghendaki agar akalnya itu berfungsi menjadi lebih sempurna dari keterbatasan akal tersebut??
Rizki Amalia R 2021110213
BalasHapusKelas: E
Bagaimanakah cara agar akal dimaksimalkan untuk mencari ilmu dan ilmu digunakan untuk beramal?
umi nadhifah
BalasHapus2021110223
kelas:E
bagaimana caranya mensucikan akal kita agar dapat menggunakannya dengan baik, sehingga kita dapat memanfaatkan akal tersebut untuk mencari ilmu dan mengamalkannya dengan sebaik mungkin.
terima kasih atas pertanyaan Saudara-saudara
BalasHapus1. Ali mubarok
keseimbangan antara akal, ilmu dan amal sangatlah penting karena jika kita melihat seseorang yang berilmu tapi tidak mengamalkannya maka tidak ubahnya seperti pohon yang tidak berbuah, dia mampu tumbuh tapi tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. dan cara unutk menyeimbangkan ketiganya yakni dengan memaksimalkan penggunaan akal dengan sebaik-baiknya dan mengamalkan ilmu yang diperoleh.
2. Ani Maftuchah
melihat fenomena zaman sekarang tentang penyalahgunaan ilmu itu sangat tidak setuju. hal tersebut mungkin dikarenakan adanya kesalahan dalam memahami ilmu yang mereka pelajari, yakni mereka mempelajari ilmu secara parsial dan tidak memikirkan akan adanya dampak negatif dari hal tersebut.
3. Laelatul Masruro
menurut saya jika kita ingin mengamalkan ilmu dengan ikhlas, baiknya kita melihat dari sisi positifnya, karena dengan mengamalkan ilmu secara tidak langsung kita memberikan manfaat kepada orang lain dan secara otomatis bila kita mengamalkan ilmu dan itu terus menerus ilmu itu dapat bertambah. dan Allah menciptakan akal untuk manusia karena agar manusia dapat berfikir dan memanfaatkannya dengan baik.
4. Akromurijal
melihat dari kenyataan itu, mungkin bisa dikaitkan dengan tingkat keimanan seseorang. memang dalam kenyataannya orang tersebut berakal dan berilmu akan tetapi karena kurangnya iman tersebut juga sangat besar pengaruhnya dalam diri manusia. yang akibatnya mereka menyalahgunakan ilmu yang mereka peroleh.
5. Ruswati
BalasHapussecara teori sebaiknya manusia harus dapat menggunakan akal tersebut untuk selalu belajar terus menerus agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan nantinya diamalkan dengan baik, manusia juga harus selalu berusaha berbuat baik sesuai syariat. namun dalam prakteknya perlu adanya kesungguhan dari diri orang tersebut.
6. Naelal Khusna
ya seseorang tersebut harus selalu berfikir bahwa ilmu yang diperoleh dari akalnya itu kurang, dan harus selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta agar diberikan jalan menuju tujuannya tersebut.
7. Rizki Amelia
menurut saya kalau secara teori hal tersebut mudah untuk dilakukan tinggal bagaimana orang tersebut mau untuk terus berfikir menggunakan akalnya, terus memanfaatkan akal dan ilmunya dengan baik sesuai syariat.
8. Umi Nadhifah
kalo menurut saya, cara yang paling maksimal yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pemberi ilmu,memikirkan hal-hal yang baik dan lebih bermanfaat. Kita harusnya lebih menggunakan akal tersebut untuk memikirkan keagungan dan kekuasaan Allah SWT agar dengan manfaat ilmu itu kita memperoleh kebaikan-kebaikannya.
kapan akal ilmu amal kita bisa dikatakan sudah bisa di realisasikan?
BalasHapusterima kasih untuk pertanyaannya saudari sri setianingrum..
BalasHapusjika kita ingin tau kapan ketiga hal tersebut dapat dikatakan sudah terealisasikan, itu adalah saat ketiga hal itu dapat kita gunakan sebaik-baiknya dan dapat memberikan manfaat untuk orang lain. terima kasih..
bgamna cra menyeimbngkan antara akal, ilmu,dan amal??? sedangkan sekarang bnyk orang yang hanya menggunakan akalnya untuk bermal tanpa menggunkan ilmunya..
BalasHapuspada dasarnya jika kita melakukan sesuatu tanpa adanya ilmu terlebih dahulu maka sesuatu yang kita lakukan itu umumnya tidak dapat berjalan dengan baik,semuanya akan menjadi rancau atau tidak pada koridornya. contohnya saja jika kita melakukan sholat tanpa mengetahui ilmunya maka bisa dikatakan solat itu tidak sempurna.
BalasHapus