“Prinsip Etos Kerja”
Ada Usaha Nyata Untuk Merubah Nasib QS. Ar-Ra’d (13) : 11
Putri Naza
Amelya (2021115140)
Kelas C
FAKULTAS TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji syukur
kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Prinsip Etos Kerja”
dengan sub pembahasan “Ada usaha nyata untuk merubah nasib”. Tak
lupa sholawat dan salam marilah kita limpah curahkan kepada guru besar kita
yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari
zaman kebodohan. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Tarbawi II. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:
Dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami, orangtua kami yang
selalu memberikan doa dan dukungan dalam menuntut ilmu. Rekan rekan mahasiswa
dan seluruh pihak yang bersedia memberikan partisipasi dalam penyusunan makalah
ini.
Manusia pasti
memiliki kekuragan seperti halnya dalam pembuatan makalah ini pun kami banyak
sekali kekurangan. Untuk itu, kami selalu mengharap kritik dan saran dari
pembaca guna kemajuan bersama.
Akhir kata dari penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Penulis,
Putri Naza Amelya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .
A.
Latar Belakang ........................................................................................ 4
B.
Tema.......................................................................................................
4
C.
Judul ....................................................................................................... 4
D.
Nash Q.S
Ar-Ra’d (13) ayat 11................................................................ 4
E.
Arti Penting ............................................................................................. 5
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Teori ................................................................................................................... 6
1.
Pengertian etos
kerja.................................................................................. 6
2.
Pengertian
ikhtiar............................................................................... ....... 6
B.
Penjelasan Q.S Ar-Ra’d
ayat 11
........................................................................... 6-7
C.
Tafsir Q.S
Ar-Ra’d ayat 11.................................................................................. 7-8
D.
Aplikasi Q.S Ar-Ra’d
ayat 11.............................................................................. 9
E.
Aspek Tarbawi ................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
B.
Daftar pustaka......................................................................................... 11
C.
Profil pemakalah .................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Surat Ar-Ra'd adalah surat ke-13
dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri atas 43 ayat dan termasuk golongan surat
Makkiyah. Surah ini dinamakan Ar-Ra'd yang berarti Guruh (Petir).
Dalam Q.S
Ar-Ra’d ayat 11 menjelaskan bahwasanya
pada diri seorang manusia terdapat beberapa malaikat di hadapan serta di
belakang dirinya yang selalu mengikuti secara bergiliran, mereka mengikuti
orang tersebut atas perintah Allah,
sungguh Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai kaum itu mengubah sesuatu yang berada pada diri mereka sendiri, apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tiada yang dapat meluputkan diri terhadap hal tersebut, bahwa tiada pelindung untuk kaum itu selain Dia.
sungguh Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai kaum itu mengubah sesuatu yang berada pada diri mereka sendiri, apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tiada yang dapat meluputkan diri terhadap hal tersebut, bahwa tiada pelindung untuk kaum itu selain Dia.
Ikhtiar atau usaha adalah suatu langkah atau perbuatan manusia untuk
mencapai apa yang diinginkannya atau yang dicita-citakannya. Dalam berikhtiar,
manusia tidak perlu memikirkan tentang takdir yang akan berlaku pada dirinya.
Sebab setiap orang tidak mungkin akan mengetahui nasibnya di masa yang akan
datang. Yang terpenting bagi seorang manusia yaitu berikhtiar dengan sekuat
tenaga, tidak boleh berpangku tangan, atau menunggu takdir yang baik. Allah swt
telah berfirman bahwa nasib suatu kaum/umat akan berubah apabila umat/kaum itu
sendiri yang merubahnya.
B.
Tema
“Prinsip
Etos Kerja”
C.
Judul
“Ada
Usaha Nyata Untuk Merubah Nasib”
D.
Nash QS. Ar-Ra’d / (13) Ayat 11
لَهُ
مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ
اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا
بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ
وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya: “Baginya
(manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”
E.
Arti penting
Dalam Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11 ini menjelaskan bahwasannya bagi
tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran
dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang
dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu
disebut malaikat Hafazhah. Dan Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama
mereka tidak mebubah sebab-sebab kemunduran mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Teori
Etos kerja adalah sikap yang muncul
atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai
budaya terhadap kerja. Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang
artinya sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Etos
dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang
diyakininya. [1]
Usaha merupakan setiap
aktivitas yang dilakukan manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Jika
diartikan secara khusus, istilah usaha dapat diartikan ke dalam banyak makna
dan sangat bergantung dengan di mana istilah usaha ini digunakan. [2]
Ikhtiar atau usaha adalah suatu langkah atau perbuatan manusia untuk
mencapai apa yang diinginkannya atau yang dicita-citakannya. Dalam berikhtiar,
manusia tidak perlu memikirkan tentang takdir yang akan berlaku pada dirinya.
Sebab setiap orang tidak mungkin akan mengetahui nasibnya di masa yang akan
datang. Yang terpenting bagi seorang manusia yaitu berikhtiar dengan sekuat
tenaga, tidak boleh berpangku tangan, atau menunggu takdir yang baik. Allah swt
telah berfirman bahwa nasib suatu kaum/umat akan berubah apabila umat/kaum itu
sendiri yang merubahnya. [3]
B.
Penjelasan Q.S Ar-Ra’d ayat 11
Di dalam surat
Q.S Ar-Ra’d Allah berfirman :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ
خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ
سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya: “Baginya (manusia)
ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”
Penjelasan dari ayat 11:
Menjelaskan
bahwasanya pada diri seorang manusia
terdapat beberapa malaikat di hadapan serta di belakang dirinya yang selalu
mengikuti secara bergiliran, mereka mengikuti orang tersebut atas perintah
Allah, sungguh Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai kaum itu mengubah
sesuatu yang berada pada diri mereka sendiri, apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tiada yang dapat meluputkan diri terhadap
hal tersebut, bahwa tiada pelindung untuk kaum itu selain Dia.[4]
C.
Tafsir
a.
Tafsir
Al-Mishbah
Malaikat-malaikat
atau makhluk yang selalu mengikutinya secara bergiliran, dihadapannya dan juga
dibelakangnya, mereka yakni para malaikat itu menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum dari positif ke negatif
atau sebaliknya dari negatif ke positifsehingga mereka merubah apa yang ada
pada diri mereka, yakni sikap mental dan pikiran mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tetapi ingat bahwa Dia tidak
menghendakinya kecuali jika manusia mengubah sikapnya terlebih dahulu. Jika
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka ketika itu berlakulah
ketentuan-Nya yang berdasar sunnatullah atau hukum-hukum kemasyarakatan yang
ditetapkan-Nya. Bila itu terjadi, maka tak ada yang dapat menolaknya dan pastilaha
sunatullah menimpanya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka yang jatuh
atasnya ketentuan tersebut selain Dia. [5]
b.
Tafsir Al – Maraghi
Ø Manusia di kelilingi empat malaikat:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ
خَلْفِهِ
Manusia mempunyai
para malaikatyang bergantian mengawasinya di waktu malam dan siang hari,
menjaganya dari bahaya, dan mengawasi keadaannya, sebagaimana para malaikat
yang lain bergantian mengawasi perbuatannya, apakah baik atau buruk. Ada para
malaikat di waktu malam dan ada para malaikat di waktu siang. Dua malaikat
masing-masing berada di samping kanan dan kiri untuk mencatat perbuatannya.
Malaikat yang berada di samping kanan memcatat perbuatan baik, sedangkan
malaikat yang berada di samping kiri mencatat perbuatan buruk. Dua malaikat
lain menjaga dan memeliharanya; satu dari belakang dan satu dari depan. Jadi
dia di ampit oleh empat malaikat di
waktu siang, dan empat malaikat di waktu malam secara bergantian, dua malaikat
penjaga dan dua malaikat pencatat amal.
Ø Perkara pencatatan tidak mustahil bagi akal:
يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ
Para malaikat
itu menjaga manusia dengan perintah, izin dan pemeliharaan Allah Ta’ala. Untuk
menjaga segala perbuatan kita. Dia menjadikan para malaikat pencatat yang mulia
meskipun kita tidak mengetahuinya apa pena dan tinta mereka? Bagaimana kitab
mereka? Dimana tempat mereka? Dan apa hikmahnya? Padahal, Allah Ta’ala sendiri
mengetahui segala perbuatan manusia, sehingga cukup bagi-Nya untuk memberikan
pahala atau siksa atas perbuatan tersebut. Ibnu Abbas mengatakan, mereka adalah
para malaikat yang mengawasi di waktu malam, mencatat perbuatan manusia dan
menjaganya dari depan dan belakangnya. Penjagaan ini atas perintah dan izin
Allah, karena tidak ada seorang pun di antara para malaikat dan makhluk lain
yang dapat melindungi seseorang dari ketetapan Allah atasnya, kecuali dengan
perintah dan izin-Nya. Maka jika datang takdir Allah para malaikat itu
meninggalkannya .
Ø Kezaliman: Pertanda rusaknya kemakmuran:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum, berupa nikmat dan kesehatan,
lalu mencabutnya dari mereka., sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri
mereka sendiri, seperti kezaliman sebagian mereka terhadao sebagian yang lai,
dan kejahatan yang menggrogoti tatanan masyarakat serta menghancurkan umat,
seperti bibit penyakit menghancurkan individu.
وَإِذَا
أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ
Apabila Allah
menghendaki keburukan bagi suatu kaum, seperti penyakit, kemiskinan, dan
musibah lain yang disebabkan oleh ulah mereka sendiri, maka ada seorang pun
yang dapat melindungi mereka daripadanya, tidak pula dapat menolak apa yang
telah di takdirkan Allah bagi mereka.
وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Mereka tidak
mempunyai selain Allah Ta’ala seseorang yang dapat menolong mereka, sehingga
mendatangkan manfaat dan menolak kemudaratan dari mereka. Tuhan-tuhan yang
mereka jadikan tidak dapat melakukan sedikit pun dari semua itu, tidak pula
dapat menolah bahaya dari dirinya sendiri, lebih-lebih menolaknya dari yang
lain.[6]
c.
Tafsir Al –
Azhar
Bahwasanya
malaikat-malaikat sengaja disediakan oleh Allah untuk menjaga kita seluruh
makhluk ini dengan bergiliran. Maka tersebutlah didalam beberapa hadits
bahwasanya makhluk itu dijaga terus oleh malaikat, ada yang bernama malaikat
Roqib dan ‘Atid, menjaga caranya manusia beramal. Raqib menulis amalan yang
baik, ‘Atid mencatat amalan yang jahat. Dan tersebut juga di dalam hadits
bahwasanya ada malaikat yang menjaga semata-mata malam hari, datangnya
bergiliran pada waktu subuh dan sehabis waktu asar. [7]
D.
Aplikasi Q.S Ar-Ra’d
ayat 11 dalam kehidupan sehari-hari.
Kenikmatan yang
dilimpahkan Allah kepada suatu masyarakat, bisa saja hilang dan berubah menjadi
adzab apabila masyarakatnya berbuat durhaka dan maksiyat kepada Allah.
Begitupun sebaliknya, keadaan yang buruk yang menimpa masyarakat akan berubah
menjadi menyenangkan dan penuh nikmat apabila masyarakatnya berlaku takwa dan
beramal sholeh.
Perubahan keadaan masyarakat dari positif ke negative ataupun sebaliknya
tersebut sudah menjadi sunnatullah. Allah telah membuat aturan-aturan baku di
alam ini, siapapun yang dapat menjalankan aturan-aturannya ini maka ia telah
berhasil merengkuh sunnatullah.
E.
Aspek Tarbawi
1.
Bahwasanya kita
selalu diawasi oleh para malaikat yang selalu mencatat segala amal perbuatan
kita, jika itu perbuatan buruk, maka baru akan dicatat ketika tindakan itu
telah dilakukan, tapi kalau amal kebaikan, baru berniat saja, sudah dicatat
sebagai amal kebaikan.
2.
Sebagai umat
islam yang baik hendaknya kita selalu berdoa dibarengi dengan niat serta
berusaha agar apa yang kita inginkan dapat tercapai.
3.
Yang terpenting bagi seorang manusia yaitu berikhtiar dengan sekuat tenaga,
tidak boleh berpangku tangan, atau menunggu takdir yang baik.
4.
Selalu
mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT terhadap kita.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan dari Surat Ar-Ra’d ayat 11 ini yakni para malaikat yang selalu mencatat segala amal perbuatan kita, jika itu perbuatan buruk, maka baru akan dicatat ketika tindakan itu telah dilakukan, tapi kalau amal kebaikan, baru berniat saja, sudah dicatat sebagai amal kebaikan. Dan dalam berikhtiar, manusia tidak perlu memikirkan tentang takdir yang akan berlaku pada dirinya. Sebab setiap orang tidak mungkin akan mengetahui nasibnya di masa yang akan datang. Yang terpenting bagi seorang manusia yaitu berikhtiar dengan sekuat tenaga, tidak boleh berpangku tangan, atau menunggu takdir yang baik. Allah swt telah berfirman bahwa nasib suatu kaum/umat akan berubah apabila umat/kaum itu sendiri yang merubahnya.
A.
DAFTAR PUSTAKA
Prof Dr. Hamka. 1983. Tafsir al-azhar. Jakarta: pustakapajimas
Ahmad Mushthafa. 1987. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV Toha Putra
M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al Mishbah. Jakarta: Lentera
Hati
PROFIL PEMAKALAH
Nama : Putri
Naza Amelya
Tempat, Tanggal
Lahir : Pekalongan, 16 Mei 1997
Alamat :
Kramatsari, Jl. Angkatan 66
Riwayat
Pendidikan : SDI Muhammadiyah, SMP NEGRI 04 Pekalongan, SMA Muhammadiyah 01
Pekajangan Di Pekalongan
[1]
www.kajianpustaka.com/2016/09pengertian-ciri-dan-menumbuhkan-etos-kerja.html
[2] http://pengertiandefinisi.com/pengertian-usaha-dalam-berbagai-bidang/
[3] http://www.kitapunya.net/2015/06/pengertian-ikhtiar-dan-usaha.html
[4] http://www.allonblog.com/2015/12/bacaan-artinya-kosakata-serta-kandungan_89.html
[5] M Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati,
2002), hal 565
[6] Ahmad Mustafa, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putra, 1987),
hlm 139-144
[7] Prof Dr. Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Pajimas, 1983), hlm
72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar