“Pendidikan Pengetahuan Dasar”
Bertanyalah Sesuatu Masalah pada Ahlinya
“ QS An-Nahl, 16:43”
Ahmad
Muzayin ( 2021115231 )
Kelas
A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.
Wb
Puji syukur penulis panjatkan
kehadiat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Karena karunia,
rahmat serta taufiq dan hidayahny-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas menyusun makalah yang berjudul “Bertanyalah suatu permasalahan pada yang
ahlinya” dalam Q.S An-Nahl ayat 43 untuk
memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi II , Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Pekalongan. Penulis menyadari kekuangan penulis di berbagai dan tanpa bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak maka makalah ini tidak akan dapat penulis
selesaikan tepat waktu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Bapak dan Ibu selaku kedua orang tua saya yang
telah memberikan dukungan moral, materil serta motivasinya.
2.
Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen
pengampu matakuliah Tafsir Tarbawi I.
3.
Segenap staff perpustakaan IAIN pekalongan yang telah
memberikan bantuan referensi buku rujukan.
4.
Mahasiswa prodi PAI kelas A yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya.
5.
Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral
dan materiilnya.
Penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan keislaman khususnya untuk mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Penulis juga menyadari betul bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan dorongan, kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini dan dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Pekalongan, 06 April 2017
AHMAD
MUZAYIN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alquran
adalah kalamullah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
Saw., sebagai pedoman bagi kehidupan manusia (way of life). Alquran mengandung
beberapa aspek yang terkait dengan pandangan hidup yang dapat membawa manusia
ke jalan yang benar dan menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari beberapa aspek tersebut, secara global terkandung materi tentang kegiatan
belajar-mengajar atau pendidikan yang tentunya membutuhkan komponen-komponen
pendidikan, diantaranya yaitu pendidik dan peserta didik.
Pendidik
dalam proses pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
mencapai tujuan pendidikan. Selain pendidik, peserta didik juga mempunyai peran
penting dalam proses pendidikan, tanpa adanya peserta didik maka pendidik tidak
akan bisa menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran
tidak akan terjadi dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan.antara pendidik
dan peserta didik harus sejalan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
B.
Judul
Judul yang
akan saya bahas disini adalah tentang “Bertanyalah Sesuatu masalah pada yang
ahlinya“
C.
Nash dan
Arti Q.S An – Nahl Ayat 43
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي
إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Dan Kami
tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu
kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui”
D.
Arti
penting untuk Dikaji
Pentingnya mengkaji ayat ini adalah agar jika ada
suatu permasalahan bertanyalah pada yang ahlinya ( ahlu dzikir) karena yang
telah mempunyai peringatan jika kamu belum mengetahui. Dengan ayai ini juga
kita boleh bertanya pada yang ahlinya di mana saj dan siapa, sebab yang kita
cari kebenaran dan keridhaan Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ahlu Dzikir
Islam adalah
agama yang paling sempurna dalam memerhatikan seluruh sisi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, Allah memerintah kita agar bertanya kepada ahlinya apabila
kita tidak tahu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَسَۡٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا
تَعۡلَمُونَ
“… maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.”(an-Nahl:
43)
Ayat ini
berlaku umum dalam segala urusan, baik urusan dunia maupun urusan agama.
Konsekuensinya, kita harus mengetahui perbedaan antara urusan agama dan urusan
dunia. Lalu, kepada siapa kita harus bertanya? Ayat di atas sudah menjawab
pertanyaan tersebut. Urusan agama ditanyakan kepada ulama (orang yang berilmu
dalam hal agama), dan urusan dunia ditanyakan kepada ahlinya.[1]
Dari
penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan DIHARAMKANNYA bertanya
tentang urusan agama kepada orang yang tidak mengetahui urusan agama.Hal ini
ditegaskan oleh hadits yang shahih bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا مِنَ الْعِبَادِ
وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ
عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَلَاءَ، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ
الْعِلْمِ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya,
Allah tidaklah mencabut ilmu dengan sekali cabut dari hamba-Nya. Akan tetapi,
Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama. Sampai apabila Allah tidak
menyisakan seorang ulama pun, manusia pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang
bodoh. Mereka ditanya lalu berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan
menyesatkan.”(HR. al-Bukhari no. 100)
Al-Dzikr
sebutan bagi Rasûlullâh saw, Ahlu Al-Dzikr adalah keluarga Al-Dzikr , yakni
Ahlulbait Nabi saw yang disucikan. Merekalah orang-orang yang ditanya ketika
ummat tidak tahu, sebab mereka mewarisi ilmu pengetahuan Rasûlullâh saw.
Pada
akhir di atas dijelaskan tentang fungsi Rasulullah Saw sebagai penjelas (mubayyin)
kepada manusia tentang hukum-hukum yang terkandung dalam al-Quran. Hal ini
dimaksudkan agar manusia sebagai subjek dan objek pendidikan dapat berpikir.
Ini mengisyaratkan bahwa siswa perlu memikirkan, menganalisis, dan bahkan
mengkritisi materi pendidikan yang disampaikan guru. Di lain pihak, dengan ini
juga menunjukkan bahwa al-Quran selalu mengajak berpikir kepada manusia agar
dalam menunaikan kewajiban-kewajiban agama dilaksanakan dengan hati yang mantap
karena didukung ilmu yang cukup.[2]
B.
Tafisr
1.
Tafsir
Al-Azhar
“Dan
tidaklah Kami mengutus sebelum engkau melainkan orang-orang laki-laki yang Kami
beri Wahyu kepada mereka” (pangkal ayat 43). Hal ini diperingatkan kembali
kepada beliau, Rasulullah bahwa itu, dan isi pengajarannyya pun sama. Bahkan
nasib pertentangan pun kebanyakan bersamaan. Sebab mereka itu semuanya adalah
manusia, orang orang laki laki yang tidak lepas daripada suka dan duka. Maka disurhlah
Nabi SAW menyampaikan kepada orang-orang itu: “ Maka bertanyalah kepada
ahli-ahli yang telah mempunyai peringatan, jika belum mengetahui.” ( ujung ayat
43).
Kalau masih
kurang percaya akan hal itu, mereka boleh menanyakan kepada ahludz-Dzikri, ahli
peringatan, yaitu orang-orang Yahudi tentang Nasrani yang telah menerima
kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-nabi yang terdahulu itu. Kalau mereka
orang-orang yang jujur, niscaya akan meraka beritahukan hal yang sebenarnya
itu.
Disini
disebut ahlu dzikri, orang yang ahli peringatan, atau orang yang berpengetahuan
lebih luas. Umum arti ayat menyuruhkan orang-orang yang tidak tahu bertanya
yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu umum sifatnya, berfaidah kuat
mencari kebenaran. Menurut yang dirowitkan oleh Mujahid oleh Ibnu Abbas bahwa
ahli Dzikri disini maksdnya iyalah ahli kitab. Sebelum ahli kitab itu
dipengaruhi oleh nafsu ingin menang sendiri, meraka akan mengetahui Nabi-nabi
dan Rosul-Rosul yang terdahulu itu semuanya adalah manusia belaka, manusia pilihan
yang diberi pilihan wahyu oleh allah.
Dengan ayat
ini mendapat pengertian bahwasanya kita boleh menuntut ilmu kepada ahlinya,
diman saja dan siapa saja; sebab yang kita cari adalah kebenaran.
Yang manapun
antara kedua tafsir itu tidaklah berlawanan. Dalam hal yang mengenai ilmu-ilmu
Agama Islam sendiri kita bertanya kepada ahli dzikri dalam hal islam, dan
ilmu-ilmu yang lain, yang lebh umum kita ditanyai pula kepada ahli dzikrinya;
tandanya kita berpaham luas dan berdada lapang.[3]
2.
Tafsir Al-Maraghi
Dalam ayat-ayat
ini, Allah SWT menyajikan
kesalahpahaman orang-orang
musyrikmengatakan, sekiranya Allah
hendak megutus seorang
rasul, maka rasul itu
bukan manusia, karena
Allah Maha Tinggi
dan Maha Agung daripada Rasul-Nya, salah seorang di
antara manusia, sekiranya Dia mengutus seorang
Rasul kepada kami,
tentu Dia mengutus
malaikat. Kemudian Allah menjawab kesalahpahaman ini
bahwa telah menjadi
Sunnah Allah untuk mengutus para Rasul-Nya dari manusia.
Maka
bertanyalah kepada ahli kitab dahulu diantara orang-orang Yahudi dan Nasrani,
apakah para utusan yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika
mereka itu malaikat silakan kalian mengingkari Muhammad SAW, tetapi jika itu manusia, jangan kalian
ingkari dia.[4]
3.
Tafsir Ibnu
Katsir
Adh-Dhahhak
berkata dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Allah mengutus Muhammad sebagai seorang
Rasul, orang-orang Arab atau sebagian dari mereka mengingkari dan berkata:
“Allah akan lebih agung kalau Rasul-Nya tidak berupa manusia. Maka Allah
menurunkan Ayat yang artinya:
“Patutkah
menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki
di antara mereka: “Berilah peringatan kepada manusia,” (QS Yunus: 2).
Dan
ayat seterusnya, dan Allah berfirman:
“Wa
maa arsalnaa min qablika illaa rijaalan nuhii ilaihim fas-aluu ahl adz-dzikri
in kuntum laa ta’lamuun“ (“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.”)
Maksudnya, bertanyalah kepada orang-orang Ahli Kitab terdahulu, apakah para
Rasul yang diutus kepada mereka berupa manusia atau Malaikat? Jika para Rasul
itu berupa Malaikat, berarti boleh kalian mengingkari dan jika dari manusia,
maka janganlah kalian mengingkari kalau Muhammad adalah seorang Rasul.[5]
4.
Tafsir
terjemahan Surat An Nahl ayat 43
Firman
Allah Swt. dalam ayatوَمَآ
اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا
نُوْحِيْ اِلَيْهِمْyang mengandung
arti: “Dan kami tidak mengutus
sebelum kamu (Muhammad), kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada
mereka;” Orang awam membacanya نُوْحِيْ, dengan huruf ya’ dan harakat fathah pada huruf ha’.
Sedangkan hafsh dari membacanya نُوْحِيْ
اِلَيْهِمْ(Kami wahyukan kepada mereka) dengan huruf nun yang
di-dhammah dan harakat kasroh pada huruf ha’. Ayat ini turun berkenaan
dengan orang-orang musyrik Mekkah yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad Saw.
dan mereka berkata, “Allah Maha Agung jika utusan-Nya seorang manusia. Apakah
Dia tidak mengutus seorang malaikat kepada kami?”
Kemudian Allah Swt. membalikkan perkataan mereka itu dengan
firman-Nya: وَمَآ
اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ : “Dan
Kami tidak mengutus sebelum kamu,” pada umat-umat yang lalu wahai Muhammad”,اِلَّا
رِجَالًا
: “Kecuali orang-orang lelaki,” dari
bangsa manusia. Terus dari penggalan ayat: فَسْئَلُوْآ
اَهْلَ الذِّكْرِ“Maka
bertanyalah pada orang yang mempunyai pengetahuan.” Maka mereka (ahli kitab)
akan menyampaikan kepada kalian bahwa
semua nabi adalah manusia biasa.
Ada
pula yang mengatakan, “Artinya, maka bertanyalah kepada ahli kitab jika mereka
tidak beriman maka mereka mengakui bahwa para rasul adalah manusia biasa.”
Diriwayatkan
berdasarkan maknanya, dari Ibnu Abbas dan Mujahid. Ibnu Abbas berkata: اَهْلَ
الذِّكْرِadalah ahli al-Quran.
Ahl-zikir ditafsirkan
dengan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan tentang nabi dan kitab-kitab.
Penulis tiada membatasi kepada pengetahuan tentang nabi-nabi dan kitab-kitab,
melainkan meliputi detail-detail al-Quran dan Islam secara keseluruhannya.
Orang yang memiliki pengetahuan tersebut adalah rasulullah dan para ulama dari
berbagai kurun waktu. Penafsiran ini tampaknya relevan dengan tafsir az-zikr
pada ayat berikutnya, bahwa yang dimaksudkannya adalah al-Quran itu sendiri.
Itu pula sebabnya, al-Quran dinamai az-zikir.[6]
C. Aplikasi dalam Kehidupan
Dalam
kehidupan sehari hari kita sering menemukan masalah yang kita tidak tahu
jawabannya, seperti masalah Fiqih, sosial, dan lain. Jika kita menjawab tanpa
adnya seorang guru atau orang yang lebih mengetahui maka akan tersesat. Seperti
diibaratkan kita bertanya kepada orang yang buta, misalnya kita mau ke Semarang kita bertanya pada orang
buta pasti kan tidak sampai tujuan yang kita inginkan.
D. Aspek Tarbawi
1.
Salah satu nama al-Quran adalah az-Zikr yang dari segi
bahasa adalah antonim dari kata lupa. Al-Quran dinamai demikian karena
ayat-ayatnya berfungsi mengingatkan manusia apa yang berpotensi dilupakannya
dari kewajiban, tuntutan, dan peringatan. Di sisi lain, tuntutan dan
petunjuk-petunjuknya harus pula selalu diingat dan dicamkan.
2.
Allah Swt. memilih manusia-manusia pilihan sebagai nabi dan rasul
kepada masyarakat (umat) manusia dan memberi mereka petunjuk dan bimbingan
untuk mereka sampaikan kepada masyarakat mereka masing-masing. Tidak ada satu
pun di antara mereka yang bukan manusia.
3.
Apabila kita menemukan kesulitan dalam menuntut ilmu, maka kita
harus bertanya kepada ahlinya.
4.
Meningkatkan kemampuan jika saat bertanya sesuatu masalah kepada
yang ahlinya.
5.
Senantiasa selalu bertanyalah pada yang ahlinya karena untuk
meberikan petunjuk jalan yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan ayat ini mendapat pengertian bahwasanya kita
boleh menuntut ilmu kepada ahlinya, diman saja dan siapa saja; sebab yang kita
cari adalah kebenaran.
Yang manapun antara kedua tafsir itu tidaklah
berlawanan. Dalam hal yang mengenai ilmu-ilmu Agama Islam sendiri kita bertanya
kepada ahli dzikri dalam hal islam, dan ilmu-ilmu yang lain, yang lebh umum
kita ditanyai pula kepada ahli dzikrinya; tandanya kita berpaham luas dan
berdada lapang.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia.
1984.Tafsir dan Terjemahnya.Jakarta: Depag RI
Bahreisy Salim dan H. Said Bahreisy.2012. Terjemahan Singkat
Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya : PT. Bina Ilmu
Al-Maraghi Mustafa Ahmad.
1992. Tafsir al-Maraghi. Juz 14.Semarang: Toha
Putra
Gojali Nanang, Manusia.2014.Pendidikan, dan Sains Tafsir
Haermeneutik. cet. I. Jakarta: PT Rineka Cipta
https://qonitah.com/bertanyalah-tentang-suatu-permasalahan-kepada-ahlinya/. Diakses : 07-04-2017. 10:38
Hamka. 1983.Tafsir Al-Azhar. Jakarta : Pustaka
Panjimas
Biodata
Nama
: Ahmad
Muzayin
Tempat, tanggal lahir :
Pemalang, 10 Februari 1996
Alamat
: Ds. Pecolotan
Tengah, Kel. Sugihwaras,
: Kec. Pemalang Kab. Peemalang.
Asal sekolah
: MIN
Sugihwaras Pemalang
: MTs Mathla’ul Anwar Pemalang
: SMK Negeri 1 Pemalang
Motto : Berani Hidup Berani Bertanggung Jawab
Orang Tua : 1. Abdur Rochim
2. Thoipah.
[1]https://qonitah.com/bertanyalah-tentang-suatu-permasalahan-kepada-ahlinya/. Diinput : 07-04-2017.
10:38
[2] Nanang Gojali,
Manusia, Pendidikan, dan Sains Tafsir Haermeneutik, cet. I,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 162
[3] Dr. Hamka, Tafsir
Al-Azhar (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 248-249
[4]Ahmad Mustafa
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz
14, (Semarang: Toha Putra,
1992), hlm. 160-161
[5]H. Salim
Bahreisy dan H. Said Bahreisy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya
: PT. Bina Ilmu, 2012), hlm 605
[6]Departemen Agama Republik Indonesia, Tafsir dan Terjemahnya,
(Jakarta: Depag RI, 1984), hlm. 408
Tidak ada komentar:
Posting Komentar