PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS
Hindari Sikap Sombong Dimanapun (QS. Luqman ayat 18)
Ike Izmy Fatmala 2021115164
Kelas C
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga makalah ini
dapat terseleslaikan dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada nabi kita, baginda nabi agung Muhammad saw. semoga kita semua
termasuk umat beliau yang akan mendapat syafa’atnya di yaumul akhir.
Tidak lupa, pemakalah juga
menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang
telah sepenuhnya memfasilitasi pembuatan makalah ini, kemudian bapak dosen yang
telah memberikan bimbingan, serta tema-teman semua yang telah berpartisipasi
memberi arahan dan masukan.
Disusunnya makalah ini guna memenuhi
tugas Tafsir Tarbawi II. Yang mana dalam penyusunan makalah ini
tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ataupun kata yang
kurang sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa kita harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pekalongan,
April 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. slam adalah agama yang
mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran
dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan
menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan
pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk.
Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim
adalah sikap sombong.
Terkait dengan QS. Luqman ayat 18 bahwa Allah membenci atau tidak
menyukai kepada orang yang sombong lagi membanggakan diri sendiri. Oleh
karenanya, sangatlah penting untuk mempelajari QS. Luqman ayat 18 ini yang akan
dibahas di bab 2 pada makalah ini.
B. Judul Makalah
Untuk memenuhi
tugas makalah mata kuliah Tafsir Tarbawi, dalam hal ini pemakalah membahas
tentang “Pendidikan Karakter Religius (Hindari Sikap Sombong Dimanapun)
QS. Luqman ayat 18”, sesuai dengan tugas yang telah diamanahkan.
C.
Nash dan Arti QS. Luqman ayat 17
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
D. Urgensi
Adanya
pembahasan mengenai “Pendidikan Karakter Religius (Hindari Sikap Sombong
Dimanapun)” QS. Luqman ayat 18 ini karena didalamnya mengandung banyak nilai
penting yang patut kita teladani, diantaranya:
1.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tafsir dari QS. Luqman ayat
18.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui bahwa Allah sangat tidak menyukai orang
yang sombong dan membanggakan diri.
3.
Mahasiswa mengetahui bagaimana cara menjadi orang yang disukai oleh
Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEORI
Islam telah mengajak dan menganjurkan kepada kaum muslimin untuk
menjalankan dan memegang pada akhlak-akhlak yang mulia. Yaitu akhlak yang
berasaskan pada prinsip-prinsip kebaikan dan kebenaran, akhlak yang dapat
membawa kebahagiaan bagi individu dan masyarakat di dunia dan akhirat.[1]
Dimana akhlak terbagi menjadi 2 yaitu akhlak mahmudah (terpuji) dan
akhlak mazdmumah (tercela). Allah sangat menyukai orang-orang yang berakhlak
mahmudah (terpuji) dan sangat membenci orang-orang yang berakhlak mazdmumah
(tercela), termasuk orang yang mempunyai sikap sombong dan membanggakan diri.
Takabbur secara bahasa artinya sombong atau membanggakan
diri. Orang sombong selalu membanggakan dirinya, sehingga lupa bahwa semua
yang dimilikinya hanyalah karena karunia Allah SWT semata. Dan karunia itu
harus disyukuri bukan untuk dibangga-banggakan kepada orang lain.
Sedangkan menurut istilah takabur adalah sikap merasa dirinya lebih
dari pada orang lain dan memandang rendah orang lain serta tidak mau taat/
tunduk kepada Allah SWT. Penyebab sikap takabur : harta, kedudukaan ,ilmu &
keturunan.
1.
Jenis-jenis Takabur
Takabur
secara umum terdiri dari 3 jenis yaitu :
Ø Takabur kepada
Allah swt, sebagaimana yang dilakukan oleh Raja Namrud, Raja Fir’aun dan Abu
Lahab.
Ø Takabbur kepada
Rasulullah saw sehingga jauh dari taat kepada ajaran dan perilaku Rasulullah
saw.
Ø Takabbur kepada
sesama makhluk Allah swt, seperti takabbur karena memiliki harta yang banyak,
ilmu, amal, dan nasab dihadapan orang lain.
2.
Ciri ciri orang sombong
Diantara
ciri-ciri manusia yang suka berperilaku sombong/ takabbur adalah sebagai
berikut :
Ø Sikap memuji
diri, Sikap ini muncul karena merasa dirinya memiliki kelebihan harta,
ilmu pengetahuan, dan keturunan atau nasab. Oleh karena itu ia merasa lebih hebat
dibanding orang lain.
Ø Merendahkan dan
meremehkan orang lain, Sikap ini bisa diwujudkan dengan mamalingkan muka ketika
bertemu dengan orang lain yang dikenalnya, karena merasa lebih baik dan lebih
hebat darinya.
Ø Suka mencela
dan membesar-besarkan kesalahan orang lain, Orang yang takabbur selalu
menyangka bahwa dirinyalah yang benar, baik, dan mulia serta mampu malakukan
segala sesuatu. Sedangkan orang lain dianggap rendah, kecil, hina dan tak mampu
berbuat sesuatu. Bahkan orang lain dimatanya selalu berbuat salah.
3.
Bahaya Sikap Takabur:
Ø Sikap tercela
yang sangat dibenci oleh Allah SWT (Q.S. An Nisa : 36)
Ø Dibenci oleh orang
lain karena keangkuhannya (Q.S. Lukman ayat 18)
Ø Dapat mematikan
hati manusia ( Q.S. Al Mukmin ayat 35 )
Ø Tidak
mensyukuri nikmat Allah SWT ( Q.S. Al Israa ayat 83 )
Ø Akan dimasukan
ke dalam neraka ( Q.S. An Nahl ayat 29 ).[2]
B.
Tafsir
Tafsir al-mishbah
Nasihat Luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun
dan berinterksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah, beliau selingi
dengan materi pelajaran akhlak.
Beliau menasehati anaknya dengan berkata : dan wahai anakku,
disamping butir-butir nasehat yang lalu, janganlah juga engkau bersikeras
memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia – siapapun dia-didorong dengan
penghinaan dan kesombongan. Tetapi
tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati.
Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh,
tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai yakni tidak mlimpahkan anugerah
kasih sayangNya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Kata (تصعر)
tusha’ir terambil dari kata (الصعر) ash-sha’ara yaitu penyakityang menimpa unta dan
menjadikan lehernya keseleo, sehingga ia memaksakan dia dan berupaya keras agar
berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang
mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah ayat diatas menggambakan upaya keras
dari seseorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain.
Kata (في
الارض) disebut oleh ayat diatas, untuk mengisyaratkan bahwa asal
kejadian manusia dari tanah, sehingga ia hendaknya jangan menyombongkan diri
dan melangkah angkuh ditempat itu.
Kata (مختالا)berasal
dari kata (حيال) karenanya kata ini pada mulanya berarti orang yang tingkah
lakunya diarahkan oleh khayalannya, bukan kenyataan yang ada pada dirinya.[3]
Tafsir al- Azhar
“Dan janganlah kamu memalingkan muka engkau dari manusia”. Ini
adalah termasuk budi-pekerti, sopan-santun, dan akhlak yang tertinggi. Yaitu
kalau sedang bercakap berhadap-hadapn dengan seseorang hadapkanlah muka engkau
padanya. Menghadapkan muka adalah alamat dari menghadapkan hati. Dengarkanlah
dia bercakap, simaklah dengan baik-baik. Kalau engkau bercakap dengan
seseorang, padahal mukamu engkau hadapkan ke jurusan lain akan tersinggunglah
perasaannya. Dirinya tidak dihargai, perkataannya tidak sempurna di dengarkan.
“dan janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak.” Mengangkat
diri, sombong, mentang-mentang kaya, dan sebagainya. “sesungguhnya Allah
tidaklah menyukai tiap-tiap yang sombong membanggakan diri.”
Congkak, sombong, takabur, membanggakan diri semuanya itu menurut
penyelidikan ilmu jiwa, terbitnya ialah dari sebab ada perasaan bahwa diri itu
tidak begitu tinggi hargannya. Diangkat-angkat keatas, ditonjol-tonjolkan,
karena didalam lubuk jiwa terasa diri itu memang rendah atau tidak kelihatan.
Dia hendak meminta perhatian orang. Sebab merasa tidak diperhatikan.[4]
Tafsir Al-Maraghi
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ
لِلنَّاسِ
Janganlah kamu memalingkan mukamu terhadap orang-orang yang kamu
berbicara dengannya, karena sombong dan meremehkannya. Akan tetapi hadapilah
dia dengan muka yang berseri seri dan gembira, dan rasa sombong dan tinggi
diri.
Yahya ibnu jabir at-Tai’y telah meriwayatkan sebuah asar melalui
Gudaif ibnu Haris yang telah menceritakan, “pada suatu hari aku duduk di
majelis Abdullah ibnu Amer ibnu Ash, kemudian aku mendengar ia mengatakan,
‘sesungguhnya kuburan itu berkata kepada seorang hamba apabila ia dikubur didalamnya,
‘hai anak Adam, apakah gerangan yang membuatmu lalai kepadaku? Tidakkah kamu
mengetahui bahwa aku adalah rumah terasing? Dan tidakkah kamu mengetahui bahwa
aku adalah rumah yang haq (pasti)? Hai anak Adam apakah gerangan yang membuatmu
lalai kepadaku? Sesungguhnya kamu dahulu berjalan disekitarku dengan angkuh dan
sombong!’”
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Sesungguhnya Allah tidak menyukai yang angkuh yang merasa kagum
terhadap dirinya sendiri yang bersikap sombong terhadap orang lain. Dan
berjalanlah dengan langkah yang sederhana ,yakni tidak terlalu lambat dan tidak
terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat –buat dan juga
tanpa pamer menonjolkan sikap rendah diri atau tawadu’
Kurangilah tingkat
kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara bicaramu, janganlah kamu mengangkat
suaramu bilamana tidak diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap demikian
itu lebih berwibawa bagi yang melakukannya, dan mudah diterima oleh jiwa yang
pendengarnya serta lebih gampang untuk dimengerti
Selanjutnya luqman menjelaskan ‘illat (penyebab) larangan itu
,sebagaimana yang disetir oleh firman-nya:
Sesungguhnya suara yang paling buruk dan paling jelek, karena ia
dikeraskan lebih dari pada apa yang diperlukan tanpa penyebab adalah suara keledai.
Dengan kata lain, bahawa oaring yang mengeraskan suranya mirip suara keledai.
Dalam hal ini ketinggian nada dan kekerasan suara , dan suara yang sangat
dibenci oleh Allah S.W.T.[5]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
1.
Membiasakan diri dengan perilaku terpuji. Jika urusan dunia atau
rezeki lihatlah manusia yang berada dibawah. Jika urusan akherat lihatlah
manusia yang ada diatas tingkat kedekatannya dengan Allah swt.
2.
Membersihkan hati dari sikap takabbur dengan cara memperbanyak
zikir kepada Allah swt.
3.
Memperbanyak sahabat, sehingga dengan semakin banyak sahabat akan
semakin tahu sisi kehidupan lain dari sahabatnya.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Mengajarkan anak didik untuk menghindari sikap sombong
2.
Mengajarkan anak didik untuk senantiasa bersyukur terhadap apa yang
mereka miliki.
3.
Mengajarkan anak untuk berteman dengan siapapun tanpa
membeda-bedakan.
4.
Mengajarkan anak bahwa sikap sombong dan membanggakan diri adalah
sikap yang dibenci oleh Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan karakter religius yang terkandung dalam QS. Luqman ayat
18 adalah mengenai betapa Allah sangat tidak menyukai dengan sikap sombong dan
membanggakan diri seorang manusia. Yang mana sikap sombong itu hanya boleh
dimiliki oleh Allah saja, karena hanya Allah yang mempunyai segalanya.
Namun banyak manusia yang lalai sehingga mereka bersikap
seolah-olah dirinya bisa memiliki segalanya yang ada di dunia ini. Padahal
dirinya termasuk kedalam orang yang lalai.
Jadi kita sebagai hamba Allah yang taat maka haruslah dan wajib
untuk menghindari sikap sombong ini, agar kita tidak termasuk kedalam
orang-orang yang lalai.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud,
Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Quraish, M
Shihab. 2006, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
DR. Haji Abdul
Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA) 1982. Tafsir Al- Azhar Juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Mustofa, Ahmad.
1998. Tafdir Al-Maraghi. Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang.
BIODATA
Nama : Ike Izmy Fatmala
Nim : 2021115164
Tempat, tanggal
lahir : Pekalongan, 07 Januari 1997
Alamat :
Ambokembang gang 3, rt/rw : 021/010
|
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat
pendidikan :
Motto Hidup : Do what you love, and love what
you do!
[1] Ali Abdul Halim mahmud, Akhlak Mulia(Jakarta:Gema Insani,2004),hlm.7
[2] http://www.duniaislam.org/22/03/2015/pengertian-dan-cici-ciri-orang-sombong-dalam-islam/
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati,
2002). Hlm 139
[4] Hamka, tafsir al-azhar juz XXI, (Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi,
2002). Hlm 134
[5]M. Shihab Quraish, Tafsir Al-Maraghi, (Jakarta: Lenter Hati, 2006).
hlm.160-162
Tidak ada komentar:
Posting Komentar