PENDIDIKAN
PENGETAHUAN DASAR
“Hukum
Kausalitas Alam: Sunnatullah”
“QS. ar
Rūm (30) ayat 24”
Khabib
Arga Maulana 202 1115
212
Kelas
D
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allāh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia–Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada Rasūlullāh SAW beserta keluarga, Shahabat,
tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para pengikutnya yang selalu setia setia kepada Al
Qur’ān dan Al Hadits (Sunnah) sampai akhir zaman. Aamiin
Penulis menyadari
bahwa dalam menyelesaikan penulisan makalah ini bukan hanya karena usaha keras
dari penulis sendiri, akan tetapi karena adanya dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada :
1.
Bpk. Dr. H.
Ade Dedi Rohayana, M.Ag., selaku Rektor IAIN Pekalongan
2.
Bpk. Dr. M.
Sugeng Sholehuddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Pekalongan
3.
Bpk. Muhammad
Yasin Abidin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Pekalongan
4.
Bpk. Muhammad
Hufron, M.S.I., selaku Dosen Pengampu Matakuliah Tafsir Tarbawi II
5.
Orang Tua
(Bapak dan Ibu) yang sudah mendukung saya dalam mengikuti perkuliahan di IAIN
Pekalongan
6.
Dan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis minta maaf kepada semua pihak yang merasa kurang berkenan.
Namun demikian, penulis selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Kiranya
makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terima
kasih
Pekalongan, 4 April 2017
KHABIB ARGA MAULANA
NIM. 202 1115 212
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surat ar Rūm (030) terdiri atas 60 ayat,
termasuk golongan surat–surat Makkiyah diturunkan sesudah ayat al 'Insyiqāq.
Dinamakan ar Rūm karena pada permulaan surat ini, yaitu ayat 2, 3 dan 4
terdapat pemberitaan bangsa Rumawi yang pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia,
tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Rum dapat menuntut balas dan
mengalahkan kerajaan Persia kembali. Ini adalah suatu mukjizat al Qur’ān, yaitu
memberitakan hal–hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan juga suatu
isyarat bahwa kaum muslimin yang demikian lemahnya di waktu itu akan menang dan
dapat menghancurkan kaum musyrikin. Isyarat ini terbukti pertama kali pada
perang Badar. Pokok–pokok isi Surat ar Rūm (030) berkaitan dengan keimanan,
hukum–hukum, kisah–kisah dan lain sebagainya.
Allāh memberikan diantara tanda–tanda
yang lainnya berupa kejadian–kejadian yang dapat menggugah perasaan untuk mengingat
Allāh. Dengan mengingat Allāh seseorang akan mendekat dan lebih mendekat kepada
Allāh. Ayat 24 dalam Qur’ān Surah ar Rūm (030) menerangkan bukti bahwa Allāh
Maha Kuasa dan Maha Pencipta segalanya, sehingga apa yang diciptakan itu dapat
menimbulkan rasa takut dan penuh harap.
Allāh adalah Maha Hidup dan Menghidupan
segala sesuatu yang ada, untuk itu sebagai manusia kita wajib takut dan
berharap hanya kepada Allāh saja tidak kepada yang lainnya.
B. Judul Makalah
Makalah ini bertemakan “Pendidikan
Pengetahuan Dasar” sedangkan judul makalahnya adalah “Hukum Kausalitas Alam; Sunatullah” seperti
yang terdapat dalam QS. ar Rūm (030) ayat 24.
C. Nash dan Terjemahan
وَمِنْ
اٰيٰتِهِۦ يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَآءِ
مَآءً فَيُحْيِۦ بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۚإِنَّ فِى ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ
لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٢٤
“Dan di antara tanda–tanda kekuasaan–Nya, Dia
memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan
Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah
matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar–benar terdapat tanda–tanda
bagi kaum yang mempergunakan akalnya.”
D. Arti Penting untuk dikaji
dalam hal ini pemakala ingin
memaparkan sebuah rinciaan yang berkenaan dengan sunnatullah yang berkaitan
dengan alam ini agar kita semua memahami ayat-ayat allah tanda-tanda kekuasaan
yang allah miliki dan alam semesta sebagai ciptaannya dan manusia lah yang
mengelolanya agar kita selalu bersyukur terhadaap apa yang diciptakan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori Hukum Kausalitas Alam: Sunnatullah
Hukum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya)
yang tertentu.[1]
Kausalitas adalah hubungan antara sebab dan akibat suatu peristiwa yang
terjadi.[2]
Sementara Sunnatullah adalah
hukum–hukum Allāh SWT yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul,
undang–undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allāh SWT dalam menyelenggarakan
alam. Sunnatullah berlaku secara umum di alam semesta ini yang
menyebabkan adanya kesan keteraturan didalamnya sehingga alam semesta disebut
kosmos. Ketentuan Allāh SWT terhadap alam semesta bersifat mutlak, tetap dan
terus menerus.[3]
B. Tafsir QS. ar Rūm [030] ayat 24
1.
Tafsir
Al Maraghi
وَمِنْ اٰيٰتِهِۦ
يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً
فَيُحْيِۦ بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۚ
Dan
di antara tanda–tanda yang menunjukkan kebesaran kekuasaan–Nya ialah bahwa Dia
memperlihatkan kepada kalian kilat, yang karenanya kalian merasa takut terhadap
suara guruh yang timbul darinya, dan sekaligus sekalian berharap akan hujan
yang diakibatkannya turun dari langit. Karena dengan air hujan itu bumi yang
tandus tiada tanaman dan pohon–pohonan dengannya akan menjadi hidup subur.
إِنَّ فِى ذٰلِكَ
لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٢٤
Sesungguhnya
di dalam hal–hal yang telah disebutkan tadi benar–benar terdapat bukti–bukti
yang pasti dan dalil yang jelas bagi adanya hari berbangkit dan adanya hari
Kiamat. Karena sesungguhnya bumi yang tandus, tiada tanaman, dan pohon–pohonan
padanya, bila ia kedatangan air, maka ia akan menjadi gembur dan subur, serat
dapat menumbuhkan berbagai macam dan jenis tumbuh–tumbuhan yang tampak indah.
Didalam hal tersebut benar–benar terkandung gambaran yang jelas dan dalil yang
terang menunjukkan adanya kekuasaan Allāh yang menghidupkannya. Bahwa Dia mampu
untuk menghidupkan kembali makhluk semuanya sudah mereka mati, yaitu disaat
semua manusia dibangunkan kembali untuk menghadap kepada Tuhan Semesta Alam.[4]
2.
Tafsir
Jalalain
وَمِنْ
اٰيٰتِهِۦ يُرِيْكُمُ
(dan diantara
tanda–tanda kekuasaan–Nya, Dia memperlihatkan kepada kalian) Dia
mepersaksikan kepada kalian
الْبَرْقَ
خَوْفًا
(kilat untuk
menimbulkan ketakutan) bagi orang yang melakukan perjalanan karena takut
tersambar petir
وَطَمَعًا
(dan harapan)
bagi orang yang bermukim akan turun hujan
وَيُنَزِّلُ مِنَ
السَّمَآءِ مَآءً فَيُحْيِۦ بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
(dan Dia
menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah
matinya) Dia mengembangkannya dengan menumbuhkan tumbuhan–tumbuhan padanya
إِنَّ فِى ذٰلِكَ
(Sesungguhnya
pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi
لَاٰيٰتٍ
لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٢٤
(benar–benar
terdapat tanda–tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya) yaitu bagi
mereka yang berfikir.[5]
3.
Tafsir
Al Mishbāh
Ayat diatas berbicara tentang sebagian
dari apa yang dapat dilihat diangkasa. Yakni potensi listrik pada awan. Allāh
berfirman: Dan diantara tanda–tanda kekuasaan–Nya, adalah Dia
memperlihatkan kepada kamu dari saat ke saat kilat yakni cahaya yang
berkelebat dengan cepat di langit untuk meimbulkan ketakutan dalam benak
kamu – apalagi para pelaut, jangan sampai ia menyambar, dan juga untuk
menimbulkan harapan bagi turunnya hujan, lebih–lebih bagi yang berada di
darat, dan Dia menurunkan air hujan dari langit yakni awan, lalu
menghidupkan bumi yakni tanah dengannya yakni dengan air itu sesudah
matinya yakni sesudah kegersangan dan ketandusan tanah di bumi itu. Sesungguhnya
pada yang demikian hebat dan menakjubkan itu, benar–benar terdapat
tanda–tandakekuasaan Allāh antara lain menghidupkan kembali yang telah
mati. Tanda–tanda itu diperoleh dan bermanfaat bagi kaum yang berakal yakni
yang memikirkan dan merenungkannya.
Penyebutan turunnya hujan setelah
penyebutan kilat, karena biasanya hujan turun setelah atau berbarengan dengan
kilat, disisi lain harapanyang dimaksud diatas adalah harapan turunnya
hujan.
Kata ﴿
طعما ﴾thama’an digunakan untuk
menggambarkan keinginan kepada sesuatu, yang biasanya tidak mudah diperoleh.
Penggunaan kata itu disini, untuk mengisyaratkan bahwa hujan adalah sesuatu
yang berada diluar kemampuan manusia atau sangat sulit diraihnya. Kini, walau
ilmuwan telah mengenal apa yang dinamai hujan buatan, yakni cara–cara menurunkan hujan, tetapi cara itu belum lumrah, dan yang lebih
penting lagi adalah bahwa mereka tidak dapat membuat sekian bahan yang dapat
diolah untuk terciptanya hujan.
Ayat diatas berbicara tentang turunnya
hujan dan kilat yang menimbulkan harapan dan kecemasan. Ini dapat terjadi bagi
siapapun, baik ia mengetahui tentang sebab–sebab kilat dan proses turunnya
hujan maupun tidak. Nah, rasa takut dan cemas serta harap itu, dapat mengantar
seseorang berhati–hati sehingga tidak terjerumus di dalam pelanggaran atau
dalam bahasa ayat diatas ﴿
يعقلون ﴾ya’qilūn yakni mengikat
nafsunya sehingga tidak terjerumus dalam kedurhakaan dan kesalahan.[6]
C. Aplikasi dalam Kehidupan
Manusia tidak bisa
lepas dari hukum allah karena bumi inilah alllah jadikan hamparan sebagai
ladang dan dan sunnatullah merupakan sebuah hukum kausalitas dan manusia harus
bersyukur daan manusia harus mengelola alam dengan baik agar terjaga dan bisa
menghasilkan yang baik dan tidak terjadi kerusakan dimuka bumi ini dan dan
tidak boleh mengngunakan alam ini dan ketetapan alam ini untuk rusak
D. Aspek Tarbawi
1.
Kita sebagai
manusia harus bisa bersyukur dan mengelola hukum alam semesta untuk selalu
dijaga
2.
Dan manusia
tidak boleh meawan ketetapan sunnatulah yang allah sudah atur dalam dunia ini
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
al_Maraghi, Ahmad Mustafa. 1992. Terjemah Tafsir al_Maraghi Juz XXI,
penj., Tim Bahrun Abubakar. Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang
al_Qur’ān dan terjemahan
al_Sheikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. 2003. Lubaabut
Tafsiir min Ibnu Katsiir (Tafsir Ibnu Katsir) Juz 6, penj. Tim Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Asy Syafi’i
Shihab, Quraish M. 2002. Tafsir al Mishbāh –Pesan, Kesan dan
Keserasian Al Qur’ān– Volume 11. Jakarta: Lentera Hati
DATA DIRI MAHASISWA
A. Data Diri
Nama Lengkap : Khabib Arga Maulana
Tempat, Tanggal Lahir : Batang,
05 Maret 1997
Agama : Islām
Jenis Kelamin : Laki–Laki
Kebangsaan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Yos Sudarso Gg. Progo Proyonanggan
Utara Rt.01 Rw. 02, Kecamatan Batang.
No Hp : +62 85 870 918 117
Email / Facebook : -
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI/Sederajat : SD Proyonanggan 10 2003
– 2009
SMP/MTs/Sederajat : MTs
M Batang 2009
– 2012
SMK/SMA/MA/Sederajat : SMK M
Batang 2012
– 2015
Perguruan
Tinggi : STAIN/IAIN Pekalongan 2015 – sekarang
[1] http://kbbi.web.id/hukum diakses pada
Selasa, 04 April 2017 Pukul 14.23 WIB
[2] Frans Maramis, Hukum
Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), hlm. 97
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al–Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 30
[4] Ahmad Mushthafa al Maraghi, Tafsir
al Maraghi Juz XXI penj., Tim Bahrun Abubakar, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1992), hlm. 72
[5] Jalaludin Muhammad ibn Ahmad
al_Mahalliy dan Jalaluddin asy_Syuyuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbābun
Nuzūl Ayat Surat al_Kaĥfi s.d. an_Nās Jilid II. penj,. Bahrun Abubakar, (Bandung:
Sinar Baru Algensido, 2009) hlm. 455
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir
al Mishbāh –Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an– Volume 11, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hlm. 41–42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar