“ BERBAGI KEBAHAGIAAN SAAT MENDAPAT KARUNIA ”
Qs. Ad-dhuha ayat 9-11
Nourma Adhistya (2021115362)
Kelas D
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT , karena dengan Rahmat, karunia, serta Taufik dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “BERBAGI KEBAHAGIAAN SAAT
MENDAPAT KARUNIA” . Kami sangat berterima kasih kepada teman-teman saya yang
telah men support saya, keluarga saya yang telah mengangkat motivasi belajar
saya, dan juga bapak Muhammad Ghufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah tafsir
tarbawi II di IAIN pekalongan yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan
tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
ibadah kepada Allah, saya menyadari sepenuhnya bahwa di makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya saya memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun dari Bapak dosen dan para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah
ini di waktu yang akan datang.
Pekalongan,
1 April 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam keseharian
kita tentunya selalu melakukan kegiatan dan aktivitas yang berhubungan dengan
banyak orang, jika tanpa kegiatan dan aktivitas maka kehidupan kita akan terasa
kurang berguna , hambar dan tidak produktif. Kegiatan tersebut bisa dilakukan
dimana saja, di rumah, di kantor, di jalan, di warung, di pasar, di sekolah dan
ditempat-tempat lainnya. Dan bagi orang beriman kegiatan atau aktivitas adalah
sarana menebar kebajikan, baik kata maupun perbuatan selalu meberikan kebaikan dan
kebahagiaan pada dirinya dan orang lain. Bukankah Rasulullah SAW mengumpamakan
jati diri seorang muslim seperti ekor lebah. Makanan yang dimakan adalah baik
dan yang dikeluarkan pun baik, lebah hinggap atau tinggal tidak pernah merusak
yang lainnya. Namun kadangkala kebanyakan dari kita tidak sadar memulai segala
aktivitas atau kegiatan tanpa menucapkan membaca kalimat bismillah, padahal
diterima atau tidak amal perbuatan seseorang bergantung pada kalimat tersebut.
B.
Nash dan Arti Q.S Ad-dhuha 9-11
فَاَمَّاالْيَتِيْمَ
فَلَا تَقْهَرْ وَاَمَّااسَّائِلَ فَلَاتَنْهَرْ وَاَمَّابِنِعْمَةِ رَبِّكَ
فَحَدِّثْ
Artinya: Adapun anak yatim janganlah
kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah
kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu.
C.
Judul Makalah
Judul yang akan saya bahas disini adalah tentang “BERBAGI
KEBAHAGIAAN SAAT MENDAPAT KARUNIA”
D.
Arti Penting Mengkaji
Pentingnya
mengkaji ayat ini adalah agar setiap aktivitas yang kita lakukan Dapat
memberikan manfaat dan juga kebaikan bagi orang lain dan juga orang di sekitar
kita, karena kita adalah makhluk social tentunya kita harus saling berhubungan
dengan masyarakat lain, dengan keluarga teman dan juga masyarakat umum, hal ini
yang mendorong kita sebagai makhluk social untuk
saling berbagi
kebahagiaan saat mendapat karunia, hal ini selain untuk belajar menanamkan
sifat baik kepada diri sendiri juga mengajak orang lain secara tidak langsung
untuk sama seperti kita melakukan kebaikan, seseorang biasanya ajan lupa kepada
keluarga teman dan juga lingkungan pada saat kita mendapat karunia atau
mendapat rezeki lebih, hal itu yang membuat kita harus belajar dan menanamkan
sikap murah hati dengan memberikan atau berbagi kebahagiaan disaat kita
mendapat karunia, hal ini bertujuan supaya kita bisa di terima di lingkungan di
masyarakat dan juga di keluarga dengan baik, dan kita tidak akan sendirian
ketika kita mengalami kesusahan, karena kita sudah mempunyai orang-orang yang sudah
kita ajak berbagi kebahagiaan saat kita mendapatkan karunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
1.
Pengertian Berbagi
Berbagi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan-kegiatan,
kesibukan atau salah satu kegiatan yang dilakukan atau ditanamkan oleh
seseorang dalam hidupnya untuk memberian pengalaman, memberikan apa yang kita
mampu dan apa yang kita ikhlaskan kepada orang lain, yang tujuannya adalah
untuk menyambung silaturahmi atau hubungan kemanusiaan antara yang satu dengan
manusia yang lainnya dengan baik dan juga rukun , Dalam kehidupan sehari-hari
banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Hal
ini bukan Berarti waktu kita melakukan kebaikan dengan orang lain tidak ada
ataupun kurang, kegiatan tersebut tergantung pada individu tersebut. Menurut
Seorang ilmuan dalam bukunya Psikologi Pendidikan II mengatakan bahwa aktivitas
tidak hanya sekedar kegiatan, tetapi aktivitas dipandang sebagai usaha memenuhi
kebutuhan dan juga berbagi (Samuel, 1982: 52).[1]
2.
Pengertian Karunia
Kata karunia
di pakai dalam alkitab memiliki pengertian ‘pemberian yang telah diberikan oleh
allah kepada kita’ karunia itu bukan upah pekerjaan atau usaha manusia,
melainkan pemberian atau hadiah yang dititipkan kepada kita. Di situ kita
sebagai manusia mempunyai hak atau wewenang untuk memanfaatkan atau
mempergunakan apa yang telah titipkan dengan baik, berarti dapat di simpulkan
maksud dari berbagi karunia adalah memberikan atau membagikan apa yang allah
titipkan kepada kita di dunia ini, bersama dengan keluarga teman maupun
lingkungan, hal-hal yang dapat di peroleh ketika kita berbagi karunia
1.
Mencari
persaudaraan dan menjalin hubungan baik dengan sesama
2.
Mencari
berkah dari seseorang atau sesuatu
Dengan maksud bahwa dengan kita memberikan
atau membagi kebahagiaan dengan orang lain, maka kita akan di perlakukan dengan
baik oleh orang lain, selain itu juga apa yang kita berikan kepada orang lain
dengan ikhlas, pasti aka nada balasan yang baik pula entah itu dari orang
tersebut, atau dari allah SWT dengan memberikan nikmat yang lebih besar lagi
kepada kita.
B.
Tafsir
1.
Tafsir jalalain
فَاَمَّاالْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ (adapun anak yatim
janganlah kamu berlaku sewenang-wenang) dengan mengambil haknya atau
lain-lainnya sebagai anak yatim
وَاَمَّااسَّائِلَ فَلَاتَنْهَرْ (dan terhadap
orang yang meminta-minta janganlah kamu menghardiknya) membentaknya karena dia
miskin.
وَاَمَّابِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (dan terhadap nikmat Tuhanmu) yang
dilimpahkan kepadamu yaitu berupa kenabian dan nikmat-nikmat lainnya[2]
2. Tafsir Al-Maraghi
(فَاَمَّاالْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ)
Janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang terhadap anak yatim, dengan menindas dan menghinanya, tetapi
angkatlah dirinya dengan baik. Yang
santun dan didiklah dia dengan akhlak mulia, agar ia menjadi masyarakat yang
baik dan bermanfaat sehingga ia tidak menjadi sampah masyarakat yang menularkan
pada lingkungannya.
(وَاَمَّااسَّائِلَ فَلَاتَنْهَرْ)
Akan halnya orang yang meminta belas
kasihan, janganlah kamu menghardiknya, berilah sewajarnya atau setidaknya
menolaknya dengan cara yang halus dan baik, kemungkinan yang dimaksud dengan
as’syail adalah orang yang meminta bimbingan, orang yang semacam ini di
kategorikan pula sebagai orang yang meminta belas kasihan, sebab ia mengalami
problema yang tidak mampu dia selesaikan sendiri.
(وَاَمَّابِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ)
Bermurah hatilah kamu dalam
memberikan hartamu, kepada kaum fakir miskin, dan berilah kelebihan
nikmat-nikmat Allah yang lain kepada mereka yang membutuhkannya, yang dimaksud
dalam ayat ini adalah, bukan berbincang-bincang dan mengobrol tentang harta
kekayaan, sebab hal ini sama sekali bukan sifat yang terpuji[3]
C. Implikasi/ Aplikasi dalam
kehidupan
Dari Q.S Ad-dhuha 9-11 “sebab itu terhadap anak yatim
janganlah kamu sewenang-wenang” sudah sangat jelas bahwasannya dalam aplikasi kehidupan,
seseorang harus memperlakukan seorang anak yatim dengan baik, dengan tidak
semena-mena, dengan mengambil hartanya atau lain-lainnya seorang anak yatim.
Dan pula jangan menghardik orang yang meminta-minta, dengan memperlakukan
dengan baik, memberikan sodaqoh kepada mereka dan memberikan bantuan, dan yang
terahir ialah kita harus menyiarkan nikmat dari Allah SWT, maksudnya ialah .
dengan hal itu kita memiliki pesan atau pemahaman bahwa dengan rahmat Allah
yang diberikan kita, kita harus memberikan shodaqoh ataupun bantuan dengan
ikhlas kepada orang yang me minta-minta dengan ikhlas dan tanpa menghardik
mereka, serta kita tidak boleh serakah dengan mengambil hak-hak ataupun barang
milik anak yatim. Kesimpulannya ialah kita harus berbagi kepada sesama kepada
orang yang kekurangan dan tidak boleh serakah dengan mengambil hak anak yatim.
Serta tidak boleh menghardik atau merendahkan fakir miskin atau orang yang
kurang mampu. [4]
D. Aspek
Tarbawi
1.
Berbagi merupakan cara kita mensyukuri nikmat
yang telah Allah SWT berikan kepada kita,.
2.
Segala aktivitas yang dilakukan menjadi ibadah
apabila di mulai dengan nama Allah.
3.
Keberkahan akan mengaliri jika melakukan
aktivitas menyebut nama Allah dan penuh keikhlasan
4.
Menambah persaudaraan dan membangun silaturahmi
dengan baik kepada sesame dengan berbagi kebahagiaan dengan mereka.
5.
Apa yang kita bagikan kepada sesama dan kepada
kaum kurang mampu tidak akan mengurangi nikmat yang Allah berikan kepada kita.
6.
Tidak boleh sombong dengan apa yang kita
peroleh, dan tidak boleh pelit dengan apa yang kita miliki.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah menciptakan
kita manusia dengan kehidupan yang di dalamnya kita tidak bisa melakukan banyak
hal tanpa bantuan dari orang lain, dalam arti lain adalah kita diciptakan
sebagai mahluk social , dari hal itu kita sebagai manusia harus melakukan
kebaikan kepada sesama kita, dengan keluarga lingkungan dan juga masyarakat.
Kita harus
berbagi kebahagiaan kepada sesame, harus menghargai sesama, tidak boleh merendahkan orang
yang tidak mampu, tidak boleh mengambil
hak anak yatim .
Dan kita sebagai
makhluk yang bersyukur atas nikmat Allah SWT . hendaknya kita selalu memberikan
sodaqoh , ataupun memberikan dan berbagi
kebahagiaan yang kita peroleh dari Allah kepada sesama sebagai bentuk syukur
kita atas nikmat tsb, dan juga sebagai bentuk terimakasih kita kepada sesama
manusia atas nikmat teman nikmat saudara dan nikmat kekeluargaan serta nikmat
satu sebagai sesama makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah dengan segala
kebersamaannya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id/3514/3/101211079_Bab2.pdf (diakses pada tanggal 1 April 2017 20:00)
http://www.dakwatuna.com/2013/07/22/37080/memahami-makna-bismillah/ (diakses pada tanggal 1 April 2017 20:15)
Imam
Syaikh. 2009. tafsir Al Qurthuby.
Jakarta: Pustaka Azzam
Shihab,
M. Quraisy. 1997. Tafsir Al Qur’an
Al-Karim. Bandung: Pustaka Hidayah
Dr. Hamka. 1982. Tafsir Al Azhar juz xxx, Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Mustafa Ahmad, 1993, Tafsir
Al-Maraghi, Semarang: PT. Karya Toha
Imam jalaludin Al-Mahali & Imam
Jalaludin As-Suyuti, 2010, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Biru
Algensindo
Biodata Penulis
Nama : Nourma Adhistya Bin
Nur Iman
Tempat
tanggal lahir : Pemalang, 29 November
1994
Alamat : Desa
Majalangu, Rt 03/09 Kec. Watukumpul Kab. Pemalang
Riwayat
Pendidikan :
·
SD Negeri 03 Majalangu (lulus
tahun 2007)
·
MTs Nurul Hidayah Majalangu (lulus tahun 2009)
·
SMA Negeri 1 Belik (lulus tahun 2013)
·
S1 Fakultas Tarbiyah IAIN
PEKALONGAN (sedang ditempuh)
Riwayat
Organisai :
·
KARANG TARUNA
·
PC. IPNU
WATUKUMPUL
·
KOMUNITAS
PECINTA ALAM
·
PERSATUAN SEPAK
BOLA KEC. WATUKUMPUL
Moto
Hidup : “khoirunnas
anfa’uhum linnass”
[1] http://eprints.walisongo.ac.id/3514/3/101211079_Bab2.pdf (diakses pada tanggal
3 April 2017 8:03)
[2]
Imam jalaludin Al-Mahali & Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain,
(Bandung: Sinar Biru Algensindo, 2010), hlm. 54
[3]
Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha, 1993), hlm.
23
[4]
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Qur’an
Al-Karim. (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2007), hlm. 50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar