PENDIDIKAN ETIKA-GLOBAL
“Jalin Komunikasi dan Kerjasama Global”
(QS. Asy-Syu’araa’ : 183)
Tika Luluk Fauzi (2021115365)
Kelas
A
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah s.w.t atas rahmat dan hidayah-Nya serta segala kemudahan yang telah
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tafsir tarbawi II
yang bertemakan “Pendidikan Etika-Global” dengan sub tema “Jalin Komunikasi dan
Kerjasama Global” (QS. Asy-Syu’araa’ ayat 183).
Tak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad s.a.w,yang kita
nantikan syafa’atnya di Yaumul Qiyamah.
Ucapan terimakasih pula
penulis sampaikan kepada :
1. Ayah dan Ibu yang senantiasa mendo’akan serta memberikan dukungan moril dan
materil kepada penulis.
2. Bapak Muhammad Ghufron Dimyati M.S.I, selaku dosen matakuliah Tafsir
Tarbawi II, yang telah memberikan amanah untuk menyelesaikan tugas ini
3. Teman-teman yang senantiasa memberikan masukan dalam penyusunan makalah
ini.
4. Serta semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari,
bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Baik dari segi penyusunan dan pemilihan kata. Oleh karena itu,
penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca,sebagai bahan
evaluasi agar dalam tahap penyusunan selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah tentang “Pendidikan
Etika-Global” dengan sub tema “Jalin Komunikasi dan Kerjasama Global (QS.
Asy-Syu’araa’ ayat 183)” ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya,
dan bagi para mahasiswa khususnya.
Pekalongan, 24 April 2017
Tika
Luluk Fauzi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern seperti sekarang ini tidak lepas dengan
istilah Globalisasi. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan. Komunikasi juga saling berhubungan erat dengan sebuah
kerjasama. Untuk menjalin sebuah kerjasama yang baik maka diperlukan komunikasi
yang baik antara kedua belah pihak.
Dalam suatu organisasi atau
perusahaan, untuk mencapai tujuan bersama diperlukan suatu kerjasama dari
anggota-anggota yang ada di dalamnya. Pentingnya menjalin kerjasama dalam
organisasi akan berdampak positif terhadap kinerja yang efektif. Salah satu hal
yang mengawali lahirnya kerjasama adalah jalinan komunikasi yang baik. Komunikasi
merupakan hal terpenting dalam keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan.
Jika anggota dalam perusahaan tersebut menjalin komunikasi dengan baik maka
perusahaan tersebut mempunyai peluang besar untuk meraih keberhasilan.
Terbentuknya komunikasi yang mengawali kerjasama tim dalam
perusahaan, tidak semudah dilaksanakan.Kesuksesan perusahaan yang didasari
kemampuan para anggota untuk bekerja sama ditentukan oleh komunikasi yang baik.
B.
Judul
Judul
garis besar makalah ini adalah “Pendidikan Etika-Global”
dengan sub tema “Jalin Komunikasi dan Kerjasama Global (QS. Asy-Syu’araa’ ayat
183)”.
C. Nash
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا
تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (QS. Asy-Syu’araa’: 183)
D. Arti penting
Dalam ayat ini Allah SWT menyajikan kisah tentang Syu’aib dan kaumnya,
penduduk Madyan. Allah telah mengutusnya kepada mereka, lalu dia menasehati
mereka agar menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak mengadakan
kerusakan di muka bumi, namun mereka mendustakannya. Maka Allah menimpakan azab
kepada mereka dengan menghujani mereka dengan api, sehingga mereka terbakar
semua.
Ayat ini penting dikaji mengingat pada masa sekarang ini banyak orang-orang
yang melakukan kecurangan dalam pekerjaannya untuk memperoleh keuntungan yang
banyak.Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam melakukan sebuah pekerjaan atau
kerjasama kita tidak boleh berbuat curang. Sebab orang yang berbuat curang akan
berakibat tidak baik juga untuk dirinya kelak, yakni balasan sebuah
musibah. Seperti curang dalam perniagaan
yang dilakukan oleh kaum Madyan, umat Nabi Syu’aib yang menjadi sebab
dibinasakannya mereka. Oleh karena itu hendaknya kita selalu berbuat jujur
dengan apa yang kita kerjakan. Para ulama sering mengatakan balasan kebaikan
dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya. Sedangkan balasandari kejelekan
adalah kejelekan setelahnya. Oleh karena itu tanamlah kejujuran dan kebaikan
dalam setiap pekerjaan kita agar menghasilkan balasan kebaikan pula.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
a.
Kerjasama
Kerja sama merupakan
sebuah bentuk dari interaksi social yang bersifat asosiatif yaitu hal ini di
lakukan oleh dua orang atau lebih dimana mereka memiliki pandangan yang sama
untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi bisa di katakan jika kerja sama di lakukan
oleh kelompok atau perorangan untuk mencapai satu tujuan bersama. Kerja sama
ini terjadi antara orientasi antar kelompok maupun grup.
Menurut Charles H.
Cooley mengatakan bahwa kerja sama akan timbul jika seseorang atau kelompok
yang sadar jika mereka memiliki kepentingan yang sama dan pada saat yang sama
pula. Bagi mereka yang bekerja sama akan memiliki pengetahuan dan kesadaran
untuk memenuhi segala kepentingannya.
Dapat di simpulkan
bahwa kerja sama merupakan sebuah kesepakatan antara dua orang atau lebih
dimana mereka akan saling menguntungkan dan kedua pihak akan ikut berperan
aktif berkontribusi sesuai dengan potensi yang di miliki oleh masing-masing
sehingga keuntungan akan menjadi keuntungan bersama dalam mencapai tujuan
tertentu.
Sebuah kerjasama dapat dilakukan dengan cara:
1. Menentukan Sebuah
Tujuan
- Menyiapkan profil
- Membuat sebuah
pesan yang positif
- Menghargai setiap
pendapat dan juga kebiasaan rekan kerja
- Selalu fokus
kepada kualitas
- Menawarkan bantuan
- Menunjukan
antusiasme[1]
b. Komunikasi
Salah satu hal yang mengawali lahirnya kerjasama adalah jalinan komunikasi
yang baik. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam keberhasilan suatu
organisasi atau perusahaan. Jika anggota dalam perusahaan tersebut menjalin
komunikasi dengan baik maka perusahaan tersebut mempunyai peluang besar untuk
meraih keberhasilan.
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian
pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi
penerimapesan.[2]
Sedangkan komunikasi global adalah kemampuan untuk menyediakan
dan mengakses informasi lintas budaya melalui
berbicara, mendengarkan, atau membaca dan
menulis.Keterampilan komunikasi global sangat penting dalam lingkungan bisnis,
dimanabahasa dan budaya hambatan dapat berdampak efisiensi.
Jika sebuah kerjasama tim bisa berjalan secara baik, maka
sebuah kelancaran di dalam berkomunikasi ataupun rasa bertanggung jawab kepada
setiap individu yang ada di dalam sebuah tim kerja akan dapat terbentuk.
B.
Tafsir
1. Tafsir
Jalalain
وَلَا
تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ(Dan janganlah kalian merugikan manusia pada
hak-haknya) janganlah kalian mengurangi hak mereka barang sedikit pun وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِين(dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan) melakukan pembunuhan dan kerusakan-kerusakan lainnya. Lafal
Ta'tsau ini berasal dari 'Atsiya yang artinya membuat kerusakan; dan lafal
Mufsidiina merupakan Hal atau kata keterangan keadaan daripada 'Amilnya, yaitu
lafal Ta'tsau.[3]
2.Tafsir Al-Azhar
Di atas sukat dan gantang mereka pun rupanya
memperjual-belikan pula barang yang diukur pada beratnya, dengan memakai
timbangan dan katian, atau dacin. Barang-barang emas dan perak ditimbang dengan
neraca yang halus sekali, mempunyai daun timbangan, dacin timbangan atau
bungkal yang piawai. Kadang-kadang dipakai saga yang merah dan kundi yang
kurik, sampai se”miang” pun harus ditimbang. Di samping emas perak ada juga
barang-barang yang dipertimbangkan beratnya dengan timbangan. Sebab itu neraca
haruslah adil: ‘Dan janganlah kamu curangi hak-hak kepunyaan manusia, dan
janganlah kamu merajalela di atas bumi membuat kerusakan.[4]
3.
Tafsir Al-Maraghi
Syu’aib
melarang mereka merugikan segala hak secara umum:
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
Janganlah
kalian mengingkari hak orang lain dalam takaran, timbangan, atau lain-lain,
seperti pengukuran dan perhitungan. Bentuk pengurangan itu seperti mengambil
telur yang besar dan memberi telur yang kecil, memberi roti yang kecil dan
mengambil roti yang besar, dan seterusnya.
Kemudian
melarang mereka melakukan kejahatan yang bahayanya sangat besar, yakni
mengadakan kerusakan dimuka bumi dengan segala bentuknya:
وَلَا
تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِين
Janganlah
kalian banyak mengadakan kerusakan di muka bumi, seperti membunuh, memerangi,
menyamun, merampas, dan sebagainya.[5]
4.
Tafsir Al-Mishbah
Dan
janganlah kamu merugikan manusia pada barang-barang yakni hak-haknya dengan
mengurangi kadar atau nilai sesuatu dan janganlah kamu membuat kejahatan di
bumi dengan menjadi perusak-perusak dalam bentuk apapun sesudah perbaikannya
yang dilakukan Allah atau juga oleh manusia.
Kata تَبْخَسُواtabkhasu
terambil dari kata yang berarti kekurangan
akibat kecurangan. Ibn ‘Arabi sebagaimana dikutip oleh Ibn ‘Asyur,
mendefinisikan kata ini dalam arti pengurangan dalam bentuk mencela, atau
memperburuk sehingga tidak disenangi, atau penipuan dalam nilai atau kecurangan
dalam timbangan dan takaran dengan melebihkan atau mengurangi.
Kata تَعْثَوْاta’tsau terambil
dari kata ‘atsaa dan ‘aatsa yaitu perusakan atau bersegera
melakukannya. Penggunaan kata tersebut disini bukan berarti larangan
bersegera melakukan perusakan sehingga bila tidak bersegera maka perusakan
dapat ditoleransi, tetapi maksudnya jangan melakukan perusakan dengan sengaja.
Penggunaan kata itu mengisyaratkan bahwa kesegeraan akibat mengikuti nafsu
tidak menghasilkan kecuali kerusakan.[6]
C.
Aplikasi
Dalam Kehidupan
QS.
Asy-Syu’araa’ ayat 183 menjelaskan larangan merugikan manusia atas hak-haknya
dan larangan berbuat kerusakan di muka bumi. Kita sebagai makhluk sosial
tentunya membutuhkan bantuan atau kerjasama dari orang lain. Dalam bekerja sama
hendaknya kita berpedoman pada sifat Rosulullah saw, yakni sifat shiddiq dan
amanah. Kita hendaknya selalu jujur dalam setiap perbuatan dan pekerjaan kita. Dengan
selalu berbuat jujur maka kita akan dipercaya oleh banyak orang sehingga banyak
orang yang mau bekerja sama dengan kita.
Dan kita
sebagai khalifah dimuka bumi hendaknya bisa menjaga dan merawat bumi ini dari
kerusakan dengan saling mengasihi antar sesama, binatang, maupun tumbuhan, serta
menjaga lingkungan disekitar kita dari perusakan lingkungan seperti polusi
udara, dan sebagainya.
D.
Aspek Tarbawi
1. Dengan bekerjasama maka
suatu pekerjaan akan lebih cepat selesai dan lebih ringan
2. Apabila melakukan
kerjasama antar orang, atau antar kelompok hendaknya didasari atas etika yang
berlandaskan kepada sifat-safat Nabi seperti Shiddiq dan amanah.
3. Salah satu hal yang mengawali lahirnya
kerjasama adalah jalinan komunikasi yang baik.
4. Allah melarang kita untuk tidak merugikan
manusia atas hak-haknya dan melarang kita berbuat kerusakan di muka bumi.
5. .Siapa yang
berkata di depan umum: “barang anda buruk” untuk tujuan menurunkan harganya,
padahal kualitas barang tersebut tidak demikian, maka dia dinilai telah
mengurangi hak orang lain.
6. Kesegeraan akibat mengikuti nafsu tidak menghasilkan kecuali
kerusakan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam QS. Asy-Syu’araa’ ayat 183 menjelaskan tentang
larangan merugikan manusia atas hak-hak nya dan larangan membuat kerusakan di
muka bumi. Ayat tersebut memerintahkan kita agar dalam berhubungan dengan
sesama seperti bekerja sama kita harus jujur, tidak boleh merugikan hak-hak
seseorang seperti mengurangi ataupun melebihi timbangan, takaran, perhitungan,
dan lainnya. Ayat ini juga melarang kita melakukan kerusakan di muka bumi yang
mempunyai bahaya besar, baik terhadap manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Kerja sama sendiri merupakan sebuah bentuk dari interaksi
social yang bersifat asosiatif yaitu hal ini di lakukan oleh dua orang atau
lebih dimana mereka memiliki pandangan yang sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Salah satu hal yang mengawali lahirnya kerjasama adalah
jalinan komunikasi yang baik. Secara umum komunikasi
sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke
penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima pesan.
Aspek tarbawi yang dapat kita ambil dari QS Asy-Syu’araa’
ayat 183 antara lain:
1. Apabila melakukan
kerjasama antar orang, atau antar kelompok hendaknya didasari atas etika yang
berlandaskan kepada sifat-safat nabi seperti Shiddiq dan amanah.
2. Termasuk dalam
larangan merugikan orang lain, kecurangan dalam timbangan dan takaran dengan
melebihkan atau mengurangi. Siapa yang berkata di depan umum: “barang anda
buruk” untuk tujuan menurunkan harganya, padahal kualitas barang tersebut tidak
demikian, maka dia dinilai telah mengurangi hak orang lain.
3. Larangan
melakukan kejahatan di bumi merupakan larangan perusakan, apapun bentuknya,
baik terhadap manusia, binatang, tumbuhan, atau perusakan lingkungan,
pencemaran udara, baik material maupun imaterial.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmalik ,
Syaikh Bin Abdulkarim Amrullah (Hamka). 1978. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XIX.
Surabaya: Yayasan Latimojong
Al-Mahalli , Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti.
2010. Terjemahan Tafsir Jalalain
Jilid 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Al-Maraghi ,
Ahmad Musthafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 19. Semarang: PT. Karya
Toha Putra Semarang
Sanjaya, Wina.
2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: KENCANA Permada Media
Group
Shihab, M.
Quraish Shihab. 2012. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati
http://www.seputarpengetahuan.com/2016/10/pengertian-kerjasama-dan-manfaat-kerjasama-terlengkap.html
PROFIL
Nama : Tika Luluk Fauzi
NIM : 2021115365
Alamat : Desa Wiradesa,
Kec. Wiradesa, Kab. Pekalongan
Tempat/tanggal lahir :
Pekalongan, 06 Desember 1996
Riwayat pendidikan :
- SD N 02 Wiradesa,
Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan
- SMP N 01 Wiradesa,
Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan
- SMA N 01 Wiradesa,
Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan
- IAIN Pekalongan
(masih semester 4)
[1]http://www.seputarpengetahuan.com/2016/10/pengertian-kerjasama-dan-manfaat-kerjasama-terlengkap.htmldiakses pada
tanggal 29 April 2017 pukul 10.00 WIB
[2] Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: KENCANA
Permada Media Group, 2012), hlm. 79
[3] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan
Tafsir Jalalain Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 337
[4] Syaikh Abdulmalik Bin Abdulkarim Amrullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar
Juzu’ XIX, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1978), hlm. 174
[5] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 19,
(Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), hlm. 185
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati,
2012), hlm. 128-129
Tidak ada komentar:
Posting Komentar