Laman

new post

zzz

Kamis, 06 September 2018

TT A B2 SIFAT ORANG BERILMU QS. FAATHIR, 35: 28


KARAKTERISTIK ORANG BERILMU
SIFAT ORANG BERILMU
QS. FAATHIR, 35: 28


AENUN ROFIQOH
(2117028)
TAFSIR TARBAWI (A)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018




KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohim,
                 Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan taufikNya sehingga makalah ini dapat diselesaian. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan untuk Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, para sahabatnya, dan segenap pengikutnya sampai diakhir zaman. Aamiin..
                 Makalah yang berjudul “KARAKTERISTIK ORANG BERILMU (QS. Faathir, 35: 28. Sifat orang berilmu)” Ini Kami Susun Demi memenuhi tugas perkuliahan guna menunjang kegiatan perkuliahan Tafsir Tarbawi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membaca serta menambah wawasan pengetahuan tentang sifat-sifat orang berilmu.
Aamiin


Pekalongan,   September 2018

pemakalah










BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan bumi untuk dihuni oleh makhlukNya. Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT yang diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Dan tidaklah manusia dibiarkan bebas berjalan meraba-raba sesukanya, bahkan dia dibimbing agar mendapatkan ilmu pengetahuan, sehingga sampailah kepadanya kitab yang berisi anjuran-anjuran, dan yang terdapat di dalamnya sebuah pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan makhlukNya yang dijadikan sebagai pegangan manusia secara turun temurun kepada anak cucunya.
Terdapat berbagai ilmu dan pengetahuan untuk dipelajari dan perhatikan oleh umat manusia, sehingga didapatkanlah ilmu. Dalam makalah ini menjelaskan QS. Faathir, dimana dalam surat ini dijelaskan bagaimana sifat atau karakter ulama (orang yang berilmu).
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sifat atau karakter manusia
2.      Bagaimana dalil sifat orang yang berilmu
3.      Apa saja syarat orang-orang berilmu
C.    TUJUAN MAKALAH
1.      Mengetahui sifat atau karakter manusia
2.      Mengetahui dalil sifat orang-orang berilmu
3.      Mengetahui syarat orang yang berilmu





DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................i
A. Latar Belakang..................................................................................................................ii
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................ii
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Sifat Karakter Manusia.....................................................................................................2
B. Dalil Perilaku Orang yang Berilmu..................................................................................4
C. Syarat Orang yang Berilmu..............................................................................................5
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................6
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................7












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Manusia
Karakteristik manusia dalam al-Qur’an salah satunya tertuang dalam surat Al-Ahzab, 33: 72 bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan amanat kepada manusia, namun sungguh manusia itu sangat berdusta. Sehingga Allah berfirman “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. Kita hidup di dunia haruslah mempunyai ilmu, sehingga kita tidak akan tersesat dan menjadi bodoh, serta dapat mengetahui syariat-syariat agama dan melaksankannya. Berikut karakteristik ulama sesuai dengan sabda Rasulullan SAW,
1.      Mengamalkan ilmunya
Sabda Rasulullah SAW : “Seseorang tidak dikatakan ‘alim sebelum dia melaksanakan apa yang diketahuinya”. (HR. Baihaqi dan Abi Darda)
2.      Bersifat wara
Sifat wara merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap ulama. Wara adalah kemampuan seorang ‘alim untuk selalu menjaga diri dari kemungkinan terjerumus pada perbuatan-perbuatan tercela.
3.      Tidak ambisi pada harta dan kekuasaan
Ilmu yang dimiliki oleh seorang ‘alim hendaklah digunakan untuk tujuan-tujuan kebaikan ummat, bukan hanya untuk kebaikan bagi dirinya.
4.      Bersifat amanah dan menyampaikan ilmu
Pengetahuan adalah anugerah Allah yang merupakan milik ummat. Semua manusia berhak menikmati dan mendapatkan petunjuk dari ilmunya seorang ulama. Bersabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang ditanya tentang suatu pengetahuan kemudian ia menyembunyikannya, dia pada hari kiamat akan dikendalikan dengan kendali api neraka”.
5.      Membimbing ummat menuju kesempurnaan
Karakteristik ulama yang lain adalah kemampuannya untuk selalu berusaha memperbaiki ummat dari keadaan yang tidak baik menjadi baik, dari keadaan yang baik menuju keadaan yang lebih baik.


Ada sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa dia berkata:
Orang yang berilmu tentang Allah Yang Maha Pengasih di antara hamba-hambaNya ialah orang yang tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu pun, menghalalkan apa yang di halalkan Allah dan mengharamkan apa yang di haramkan Allah, menjaga wasiatNya dan yakin bahwa dia akan bertemu denganNya dan memperhitungkan amalnya.
Sedang Hasaan Al-Bashri berkata:
“Orang yang berilmu ialah orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun dia tidak mengetahuiNya, dan menyukai apa yang di sukai Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah.” Kemudia Al-Bashri menbaca ayat ini.
Sedang menurut riwayat ‘Aisyah, ia berkata: “Rasulullah  melakukan sesuatu lalu beliau memberi rukhsah (keringanan) mengenai sesuatu itu. Namun ada suatu kaum yang menghindarinya. Maka hal itu didengar oleh nabi . lalu beliau pun berkhutbah. Dipujinya Allah kemudia beliau bersabda, “Kenapa kah ada kaum yang menghindari sesuatu yang aku perbuat. Demi Allah sesungguhnya aku adalah yang paling takut kepadaNya di antara mereka.” (HR. Al- Bukhari dan Muslim)[1]
Tentang ulama dan orang-orang yang berpengetahuan, Ibnu Katsir telah menafsirkan: “Tidak lain orang yang akan merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama yang telah mencapai ma’rifat, yaitu mengenal Tuhan menilik hasil kekuasaan dan kebesaranNya. Maha Besar, Maha Kuasa, Yang Maha Mengetahui, yang mempunyai sekalian sifat kesempurnaan dan yang empunya “Al-Asma-ul Husnaa” (Nama-nama yang indah). Apabila ma’rifat bertambah sempurna dan ilmu terhadapNya bertambah matang, kekuatan kepadaNyapun bertambah besar dan bertambah banyak.”
Imam Malik berkata: “Ilmu bukanlah karena banyak menghapal riwayat hadits, bahkan ilmu adalah NUR yang dinyalakan Tuhan dalam hati”
Suatu riwayat dibawakan oleh Abu Sufyan Tsauri: “Ulama ada tiga macam, (1) Alim yang mengenal Allah dan mengenal perintah Allah, (2) Alim yang menganal Allah tetapi tidak mengenal perintah Allah, dan (3) Alim yang mengenal perintah tetapi tidak mengenal Allah.”[2]
B.     Dalil Karakteristik Orang yang Berilmu
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bukanlah seorang dikatakan alim karena dia banyak hapal hadits. Alim sejati ialah yang banyak khasyyah atau takutnya kepada Tuhan.” Kemudian dalam surat Faathir, Allah SWT berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Faathir, 35: 28)
Dalam ayat tersebut disebutkan tiga kelompok besar makhluk bernyawa pengisi bumi. Yang pertama ialah manusia dengan berbagai warna dan beragam bahasa. Yang kedua ialah binatang-binatang yang melata di muka bumi ini. Baik yang berjalan dengan berkaki empat, atau yang berkaki enam, atau yang mempunyai berpuluh-puluh kaki sebagai lipan, ulat pipisan, ulat sampah yang merah dan lain-lain.
Tiga kali disebut aneka warna, baik warna macamnya, atau warna jenisnya. Misalnya jenis pisang, di Indonesia bukanlah satu macam saja. Ada berbagai macam jenis pisang. Ada lagi yang benar-benar warna. Sebagai yang disebutkan pada warna di gunung, yang bergaris putih-putih, atau merah-merah atau pekat hitam. Maka warna-warni itu benar-benar didapati di mana-mana.[3] Firman Allah Ta’ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.[4]
Setelah memperhatikan itu semua, yang dapat menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman, Allah berfirman: “Sesungguhnya yang takut pada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu.” Dengan jelas pada kalimat dalam ayat ini dijelaskan bahwasanya orang yang bisa merasakan takut kepada Allah, ialah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dalam memberi hukuman terhadap yang kafir kepadaNya, dan Maha Pengampun akan dosa-dosa dari orang yang beriman dan taat kepadaNya.
C.    Syarat-syarat Orang Berilmu
Setelah mengetahui sifat-sifat manusia dan dalil mengenai karakteristik orang yang berilmu. Diketahuilah syarat-syarat dikatakan orang berilmu:
1.      Tidak menyekutukan Allah SWT. karena diketahuinya Allah lah dzat yang mengetahui segalanya.
2.      Takut kepada Allah SWT. dia mengetahui bahwa pada hari akhir nanti ia akan bertemu dengan Allah dan mempertanggung jawabkan apa yang ia punya, termasuk ilmunya.
3.      Meninggalkan sesuatu yang Allah melarangnya, dan melaksanakan segala perintah Allah. Sesungguhnya manusia yang berilmu mengetahui alasan Allah melarang sesuatu, dan mengetahui pula mengapa Allah memerintah sesuatu untuk dilaksanakan.
4.      Bersikap wara, dan mencerminkan akhlak yang baik.
5.      Bertanggung jawab atas ilmunya, dan menyampaikan ilmunya kepada ummat. Sehingga dapat membimbing umat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia hidup di bumi membutuhkan ilmu untuk mengetahui syariat-syariat atau ketentuan yang telah Allah tentukan. Orang yang berilmu ialah orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun dia tidak mengetahuiNya, dan menyukai apa yang di sukai Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah. Tidak lain orang yang akan merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama yang telah mencapai ma’rifat, yaitu mengenal Tuhan menilik hasil kekuasaan dan kebesaranNya. Maha Besar, Maha Kuasa, Yang Maha Mengetahui, yang mempunyai sekalian sifat kesempurnaan dan yang empunya “Al-Asma-ul Husnaa” (Nama-nama yang indah). Apabila ma’rifat bertambah sempurna dan ilmu terhadapNya bertambah matang, kekuatan kepadaNyapun bertambah besar dan bertambah banyak.




















Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1974. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang:  CV. Toha Putra.
Hamka. 2002. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi.
File.upi.edu


















BIODATA
NAMA            : Aenun Rofiqoh
NIM                : 2117028
PRODI             : PAI
FAKULTAS   : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan










            


[1] Ahmad Mustofa Al-Maraghi. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi (Semarang, CV Toha Putra: 1974) hlm. 213-214
[2] Hamka. Tafsir Al-Azhar (Jakarta, PT. Citra Serumpa Padi: 2002) hlm. 245-246
[3] Hamka, ibid. Hlm. 243-245
[4] Ahmad Mustofa Al-Maraghi. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi. hlm. 213






Tidak ada komentar:

Posting Komentar