KEWAJIBAN BELAJAR “GLOBAL”
BELAJAR ILMU KEALAMAN
QS. Al-Ghasyiyah, 88: 17-20
Rahmawati
Nur Agustin
NIM (2117023)
Kelas
: A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayahNya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah Tafsir Tarbawi
Mengenai Belajar Ilmu Kealaman
Makalah
ini sudah selesai kami susun dengan maksimal, kami menyadari seutuhnya bahwa
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
pembaikan makalah ini,sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Pekalongan, 18 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar belakang masalah . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 1
B. Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
C. Tujuan penulis . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB
II PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
A.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 2
B.
Dalil Belajar Ilmu Kealaman, Sains dan Humaniora.
. . . . . . . . . 4
C.
Islam terdepan dalam pengembangan Ilmu.
. . . . . . . . . . . .. . . . . 8
D.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari . .
. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 9
BAB
III PENUTUPAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 10
A.
Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 10
DAFTAR
PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 11
BIODATA
DIRI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 12
REFERENSI
BUKU. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu merupakan kunci untuk
menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi.
Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki fungsi sebagai petunjuk
kehidupan manusia, pemberi cahaya orang yang ada dalam kegelapan.
Belajar mengenai ilmu-ilmu
kealaman di rasa sangatlah penting dalam kehidupan ini, supaya kita selalu
memperhatikan alam yang ada di sekeliling kita. Tujuan nya memperhatikan alam
yakni agar kita selalu bersyukur dan mengetahui tanda-tanda kebesaran serta
kekuasaan Allah SWT. Sehingga kita selalu merasa dekat dengan-Nya dengan
melihat kekuasaan alam semsta ini.
Di dalam surat Al-Ghasyiyah
ayat 17-20, dimana dalam ayat tersebut terdapat makna yang tersirat yang harus
dimengerti dan dipelajari oleh kita semua.
B. Rumusan Masalah
a.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
b.
Dalil Belajar Ilmu Kealaman, Sains dan Humaniora.
c.
Islam terdepan dalam pengembangan Ilmu.
d.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan penulisan Makalah
a.
Mengetahui klasifikasi Ilmu Pengetahuan
b.
Memahami Dalil Belajar Ilmu Kealaman, sains dan humaniora
c.
Mengetahui Islam Terdepan dalam Pembangunan Ilmu
d.
Mengetahui
Aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan entitas bagi manusia dan
kehidupannya. Dengan pengetahuan manusia dapat membedakan antara yang abik dan yang
buruk. Pengetahuan bagi para filsuf barat cukup didapat hanya dengan
menggunakan rasio atau akal saja, tanpa adanya pengaruh agama apalagi tuhan.
Pengetahuan seperti ini memberikan dampak dan kerusakan dan kehancuran bagi
seluruh makhluk pada umumnya. Kognisi yang hanya berlandaskan pada akal seperti
hal ini menimbulkan reaksi besar dari pemikir islam bertujuan untuk
mengembalikan esensi pengetahuan yaitu untuk kebahagiaan manusia pada khususnya
dan seluruh makhluk hidup pada umumnya.[1]
1. Kewajiban Belajar
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Cukup banyak definisi mengenai belajar yang
telah dikemukakan oleh para ahli. Misalnya Skinner memberikan definisi belajar “learning is a process of progressive
behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa belajar
itu merupakan suatu proses adaptasi perilakuyang bersifat progresif. Ini
berarti bahwa sebagai akibat dari belajar yakni adanya sifat progresif kea rah
yang lebih sempurna atau lebih baik dari sebelumnya.[2]
Nabi Muhammad menegaskan menuntut ilmu merupakan
kewajiban setip muslim.
Sabda tersebut menginspirasi Al-Ghazali, bahwa dengan ilmu pengetahuan manusia
akan memahami tauhid; mengetahui dzat Tuhan dan sifatNya. Begitulah pengetahuan
tentang berbagai macam ibadah, berbagai hal yang halal dan haram, beberapa
muamalah yang halal dan haram, bahkan dengan ilmu pengetahuan dapat mengetahui
bagaimana kondisi hati seseorang.[3]
2. Pengertian Ilmu pengetahuan
Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir
dan mensistematisasikan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari hari. Namun sesuatu
itudilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode.
Ilmu adalah perantara dan sarana untuk bertakwa.
Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan
keuntungan abadi. Maka belajarlah, sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya.[4]
Al-Ghazali mendefinisikan Ilmu Pengetahuan. Ilmu
secara etimologi bersal dari bahasa Arab, Yaitu ‘ilm berarti “tahu”. Ada dimensi lain dari ‘ilm yaitu “kenal”, yang lebih intens dan dalam dibandingkan
“tahu”. Secara terminologi ilmu Pengetahuan adalah hasil dari aktivitas
mengetahui, yaitu ditemukannnya sebuah kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak
ada keraguan terhadapnya.
Beberapa tokoh mendefinisikan ilmu pengetahuan ke
dalam bebrapa pengertian. Armahedi Mahzar berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
bisa disebut sebagai karunia untuk manusia yang tak tertandingi sepanjang zaman
karena selalu berkembang setiap saat sesuai dengan perkembangan sumber daya
manusia yang ada. Selain dia ada juga Ian G. Barbour, ilmu pengetahuan
menurutnya sinergi sains dan agama, karena agama dan sains tidak dapat
dipisahkan antara satu dan lainnya, mereka selalu berkaitan dalam kehidupan
sehari-hari dalam lingkungan akademik maupun masyarakat pada umumnya.
Sedangkan Mulyadhi Kertanegara berpendapat ilmu
pengetahuan adalah karunia tuhan yang bersifat fisik dan berpondasikan tauhid.
Ilmu dan agama tidak mengalami dikotomi dalam kajiannya dan juga
implementasinya.[5]
3. Pengertian ilmu Kealaman, sains dan Humaniora
a. Ilmu Kealaman
Istilah
Alam yang terpakai disini dalam arti alam semesta, jagat raya, yang dalam
bahasa inggis diidtilahkan dengan kedaalam bahasa Arab dengan alam. Sedangkan
istilah alam dalam al-qur’an hanya datang dalam bentuk jamak alamin, disebut
sebanyak 73 kali yang tergelar dalam 30 surat. Kata ‘alamin yang dimaksud dalam
al-qur’an yaitu sebagai kumpulan yang sejenis dari makhluk tuhan yang ber akal
atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk yang berakal. Arti ini
didasarkan pada ‘alamin yanga menunjukan jamak Al-muxakkar yang berakal. Sebab itu dikenal istilah alam malaikat,
alam amanusi, alam jin, alam tumbuhan dan lainnya.[6]
b. Humaniora
Humaniora Adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
membuat atau mengankat manusia menjadi lebih manusiawi dan berbudaya.
Menurut bahasa
latin, humaniora disebut artes liberals yaitu studi tentang kemanusiaan.
Sedangkan menurut pendidikan yunani kuno, humaniora disebut dengan trivium
yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah
ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup studi
agama, filsafat, seni, sejarah dan ilmu-ilmu bahasa.[7]
B. Dalil Belajar Ilmu Kealaman, Sains dan Humaniora(Al-Ghasyiyah 17-20)
Ulama sepakat menyatakan bahwa ke seluruhan ayat surat
Al-Ghasyiyah turun sebelum Nabi SAW. Berhijrah. Dengan kata lain, surah ini
adalah surah makkiyah. Tema utama surat ini adalah memberi sekelumit gambaran
hari kiamat serta balasan dan ganjaran yang menanti manusia ketika itu. Ia juga
mengandung kecaman terhadap mereka yang tidak menarik pelajaran dari ayat-ayat
Allah yang terhampar di bumi dan di langit, sambil menjelaskan batas tugas
Rasul SAW. Dalam penyampaian dakwah. Tujuan utamanya adalah mengingat manusia
tentang keniscayaan kiamat serta memperingatkan dan menggembirakan mereka
tentang siksa dan ganjaranNya.[8]
Dalil tentang belajar ilmu kealaman, sains dan
Humaniora terdapat di Qs. Al-Ghaziah 17-20 sebagai berikut.
1.
Nash dan terjemahan Surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20
اَفَلَايَنْظُرُ ونَ اِلَى
الْاِبْلِ كَيْفَ خُلِقَثْ
)17) “Maka apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan.
Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan
sehingga dapat mengambil banyak manfaat darinya ketika dibutuhkan. Unta mampu
berjalan dengan jarak yang jauh dan mampu membawa beban yang berat, yang dapat
dilakukan oleh manusia kecuali dengan pepayahan.
وَاِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ
رُفِعَتْ
(18) Dan langit bagaimana ia tinggalkan.
Kemudian Langit, bagaimana ia ditinggikan
diatas bumi tanpa tiang?
وَاِلَى الْخِبَالُ كَيْفَ
نُصِبَتْ
(19) Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakan?.
Gunung-gunung pun bagaiamana ia ditegakan
dengan kokoh diatas bumi sehingga tidak bergeser ketika ada goncangan.
وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ
سُطِحَتْ
(20) “Dan bumi bagaimana dihamparkan”.
Kemudian Bumi, bagaimana ia dihamparkan
dengan luas dan dimudahkan bagi para hamba sehingga mereka dapat hidup
diatasnya.[9]
Ayat ini menjelaskan perihal kedatangan hari kiamat dan
Allah menegakan hujjah atas orang-orang yang membangkang dan ingkar kepada hari
kiamat. Dengan cara mengarahkan perhatian mereka kepada bukti-bukti
kekuasaan-Nya yang ada dihadapan mereka dan dapat diindra dengan mata mereka,
seperti langit yang menaungi mereka, bumi sebagai tempat berpijak mereka serta
binatang unta yang bermanfaat bagi mereka baik dikala bepergian maupun berada
di tempat. Atau memanfaatkanya dengan meminum susunya, memakan dagingnya dan
membuat pakaian dari kulitnya. Di samping itu gunung-gunungnya pun bisa
dimanfaatkan sebagai tanda yang bisa membimbing mereka dikala bepergian
mengarungi samudra sahara yang begitu luas.
Dari dalil tersebut, Allah mengajak mereka yang
meragukan kuasa-Nya untuk memperhatikan alam raya. Allah berfirman: maka
apakah mereka tidak memperhatikan bukti kuasa Allah yang terbentang di alam
raya ini, antara lain kepada unta yang menjadi kendaraan dan bahan
pangan mereka bagaimana ia diciptakan oleh Allah dengan sangat
mengagumkan? Dan apakah mereka tidak merenungkan tentang langit
yang demikian luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan
tanpa ada cagak yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang
demikian tegar dan yang biasa mereka daki bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
tempat kediaman mereka dan yang tercipata bulat bagaimana ia dihamparkan?.
2. Tafsir
Surat Al-Ghasyiyah Ayat 17-20
Tafsir Al-Maraghi
(17) Maka,tidakkah manusia merenungkan bagaimana
menakjubkannya unta diciptakan oleh Allah. tidaklah mereka memperhatikan
bagaimana Allah menyempurnakan bentuk unta tersebut dan memberinya bebrbagai
berlebihan yang tidak dimiliki oleh hewan-hewan lainnya?
(18) Tidakkah kalian
memperhatikan langit dan berfikir tentang bagaimana atap yang besar ini bisa
berdiri tegak tanpa penyangga sedikitpun dan tanpa kekurangan apapun.
(19) Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana
gunung-gunung itu berdiri tegak dan menancap di permukaan bumi dengan
indahnya,hingga terlihat seakan-akan gunung itu seperti jari-jari telunjuk yang
bertasbis dan bersaksi kepada Allah akan ke esa annya.
(20) Tidakkah mereka
memperhatikan bagaimana bumi ini diciptakan dan kemudian dihamparkan
permukaanya untuk tempat berlangsungnya hidup manusia dan makhluk-makhluknya.
“Dan apakah
mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan”. Tidaklah mereka
memperhatikan perihal kejadian binatang unta yang menakjubkan dan selalu ada
dihadapan mereka serta selalu mereka pergunakan pada setiap kesempatan? Jika
mereka mau memikirkan perihal penciptaan unta tersebut, niscaya mereka akan
mendapatkan bahwa di dalam penciptaan unta terdapat suatu keajaiban yang tiada
tara dan tidak terdapat dalam penciptaan binatang-binatang lain. Unta adalah
binatang yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan tinggi
dalam menanggung lapar dan dahaga dan semua sifat ini tidak terdapat pada hewan
yang lain. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, berjalan diterik
matahari sahara tanpa berhenti dan menempuh perjalanan sepanjang ribuan
kilometer, sehingga oleh karenanya binatang ini patut menyandang gelar istemewa
sebagai perahu sahara.
“Dan langit bagaimana ia tinggalkan”
mereka tidak memperhatikan kejadian langit
yang terangkat demikian tingginya tanpa memakai tiang penyangga.
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kepada
kejadian gunung-gunung, bagaimana gunung-gunung tersebut dipancangkan
sedemikian kokohnya sehinggatidak goyah ataupun guncang?, oleh karenanya mereka
bisa mendakinya untuk berekreasi kapan saja suka. Atau bagi para musafir bisa
menjadikanya sebagai patokan dalam mengarungi gurun sahara yang luas. Dari
gunung tersebut mengalir air yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan tanaman
dan sekalian binatang.
“Dan bumi bagaimana dihamparkan”
Dan dengan dihamparkanya bumi sedemikian
rupa, ia sangat cocok untuk kebutuhan para penghuninya. Mereka bisa
memanfaatkan apa-apa yang ada di permukaan bumi dan apa-apa yang ada di dalam
perut bumi berupa aneka jenis tambang dan mineral yang memberi faedah bagi
kehidupan mereka.[10]
C. Islam terdepan dalam pengembangan Ilmu
Dalam islam, ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian
serius sebagaimana terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an Maupun Hadist-hadist
Nabi. Pemaknaan dan pemahaman terdapat kedua sumber itu dan merangkainya dengan
aktivitas inovasu dengan dunia sains-empirik menyebabkan perbedaan kontribusi
generasi umat islam dari awal hingga sekarang dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Interpretasi itu pula yang menyebabkan terjadinya fluktuasi dalam
gairah intelektual dalam lembaran sejarah peradaban islam.
Islam adalah agama yang menghargai dsn meninggiksn
derajat orang berilmu. Dalam islam sendri terkandung ilmu pengetahuan yang
tidak terbatas dan terpisah-pisah seperti halnya masyarkat barat membagi dan
memisahkan ilmu menjadi beberapa cabang. Ilmu pengetahuan dalam islam tersusun
dalam kesatuan dan bahkan dalam al-qur’an sendiri terkandung ilmu pengetahuan
di dalamnya. Sebagaimana allah menyebutkan dalam Al-qur’an tentang orang-orang
berilmu, berpikir, dan berakal.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban islam
dibagi menjadi periode. Periode pertama
disebut dengan periode klasik, dimana ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang
sangat pesat, munculnya karya-karya besar dan temuan temuan sains yang belum
pernah ada sebelumnya. Periode selanjutnya adalah periode pertengahan, gairah intelektual umat mulai terkikis dan
sangat merosot. Tidak ada lagi buah karya atau penemuan sains yang dihasilkan
oleh ilmuwan muslim. Yang ketiga periode
modern, pada periode ini umat islam mulai menyadari keterpurukan dan
ketertinggalannya terutaman dalam bidang sains dan teknologi. Umat islam sadar
bahwa kemajuan ilmu pengetahuan yang ada umat islam belum berkontribusi banyak,
dan cenderung menjadi konsumen yang senantiasa digojloki dengan teknologi
buatan barat.
Tapi kemunduran ini bukan takdir. Belajar dari
sejarah, kita tahu apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan islam,
islam harus kembali menjadi yang terdepan dalam penghormatan terhadap ke
manusiaan,toleransi dan perlindungan terhadap keberagaman, serta kecintan
terhadap ilmu pengetahuan.
1. Selalu bersyukur atas nikmat
yang diberikan oleh Allah SWT.
2. Senantiasa untuk menjaga dan memperhatikan alam semesta dan
dapat mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
3. Agar manusia senantiasa untuk
memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah SWT.
4. Agar manusia saling
mengingatkan untuk menjaga alam.[11]
BAB III
PENUTUP
Ilmu pengetahuan merupakan entitas bagi
manusia dan kehidupannya. Dengan pengetahuan manusia dapat membedakan antara yang
abik dan yang buruk. Pengetahuan bagi para filsuf barat cukup didapat hanya
dengan menggunakan rasio atau akal saja, tanpa adanya pengaruh agama apalagi
tuhan. Pengetahuan seperti ini memberikan dampak dan kerusakan dan kehancuran
bagi seluruh makhluk pada umumnya.
Dari
penafsiran dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Surat Al-ghasyiyah ayat 17-20
berisi bahwa Allah mengajak orang yang ingkar dan ragu menggunakan akalnya
terhadap kuasa Allah dan mengajak untuk berfikir tentang kekuasaan Allah yang
luar biasa yaitu bahwa di dalam penciptaan unta terdapat suatu keajaiban yang tiada tara dan tidak terdapat dalam
penciptaan binatang lain, untuk merenungkan tentang penciptaan langit yang
diciptakan dan kemudian terangkat sedemikian tingginya tanpa memakai tiang
penyangga? Dan juga mememerhatikan kepada kejadian gunung-gunung yang
dipancangkan sedemikian kokohnya sehingga tidak goyah maupun guncang. Dan
kemudian dengan dihamparkanya bumi sedemikian rupa yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan para penghuninya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
bin Mustafa Al- Faran Syaikh.
2008. Tafsir Imam Syafi’I. Jakarta Timur: Al-Mahira.
Ari
Fajri Indra. 2006.
Jurnal : Klasifikasi Ilmu
pengetahuan Menurut Imam Al-Ghazali. Gontor
: UNIDA.
Az-Zarnuji
Asy-Syeikh. 2009.
Terjemah Ta’lim Muta’alim, Surabaya
: Mutiara Ilmu Walgito Bimo.
2010. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Sndi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/humaniora,
diakses pada hari kamis, 20 september 2018, jam 20.23 WIB
Mustafa Al-Maraghi Ahmad. 1985. Terjemah Tafsir
Al-Maraghi. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Quraish Shihab M. 2008. Al Lubab, makna, tujuan, dan
penjelasan dari Juz Amma. Jakarta : Lentera Hati
Shihab
M.Quraish.2010. Al-Quran
dan Maknanya. Tanggerang
: Lentera Hati.
ZAR
Sirajuddin.
1994. Konsep
Penciptaan Alam Dalam pemikiranislam. Jakarta
: Pt. Rajagrafindopersada.
BIODATA DIRI
Nama :
Rahmawati Nur Agustin
Nim :
2117023
Tempat Tanggal Lahir :
Pemalang, 23 Agustus 1999
Alamat :
Jl. Citarum Rt 06 Rw 11 Kebondalem Pemalang
Hobi
:
Menari
Nomer Hp :
083861815003
Riwayat Pendidikan :
1. TK bayangkari Pemalang
2. SD N 01 Mulyoharjo Pemalang
3. MTs N Model Pemalang
4. SMA Negeri 3 Pemalang
5. proses menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN
pekalongan.
REFERENSI BUKU
[1] Indra Ari Fajri, Jurnal : Klasifikasi Ilmu pengetahuan
Menurut Imam Al-Ghazali (Gontor : UNIDA, 2006) hlm. 300.
[2]Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta : Penerbit Sndi, 2010), hlm
184.
[3] Indra Ari Fajri, Jurnal : Klasifikasi Ilmu pengetahuan
Menurut Imam Al-Ghazali (Gontor : UNIDA, 2006) hlm. 300.
[4] Asy-Syeikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’alim (Surabaya :
Mutiara Ilmu, 2009), hlm 7.
[5] Indra Ari Fajri, Jurnal : Klasifikasi Ilmu pengetahuan
Menurut Imam Al-Ghazali (Gontor : UNIDA, 2006) hlm. 302-303
[6]
Sirajuddin ZAR, Konsep Penciptaan Alam
Dalam pemikiranislam, (Jakarta : Pt. Rajagrafindopersada, 1994)hlm 19-20.
[7] https://id.m.wikipedia.org/wiki/humaniora,
diakses pada hari kamis, 20 september 2018, jam 20.23 WIB.
[9] Syaikh
Ahmad bin Mustafa Al- Faran, Tafsir Imam Syafi’I (Jakarta Timur:
Al-Mahira, 2008), hlm 658
[10] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah
Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1985), hlm. 243-245
[11] M. Quraish Shihab, Al Lubab, makna,
tujuan, dan penjelasan dari Juz Amma, (Jakarta : Lentera Hati, 2008) hlm. 147
Tidak ada komentar:
Posting Komentar