Laman

new post

zzz

Rabu, 26 September 2018

TT D D3 KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR SECARA “SPESIFIK” (KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN)


 KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR SECARA “SPESIFIK”
(KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN)
Q.S AR-RAHMAN AYAT 33
Mareta Diah Naina
NIM. (2117087)
Kelas : D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 2018


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas ke hadiratan Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw. hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Makalah ini menjelaskan tentang materi dan immateri ilmu pengetahuan, dalil kekuatan ilmu pengetahuan, dan cara  mengendalikan serta memanfaatkan ilmu pengetahuan.
Makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Amiin yaa rabbal’alamin.



Pekalongan, 21 September 2018
                                                     
Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kata ilmu secara bahasa berarti kejelasan. Oleh karena itu, segala bentuk yang berasal dari akar kata tersebut selalu menunjuk kepada kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuk dan derivasinya terulang 854 kali di dalam Al-Qur’an. Kata tersebut biasanya digunakan untuk menunjukkan proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sekaligus. Ia berbeda dengan kata ‘arafa, oleh karenanya Allah dalam menyampaikan pengetahuan-Nya tentang sesuatu menggunakan kata ‘ilm, bukan ma’rifah.
Dalam pandangan Al-Qur’an ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan anugerah yang sangat agung dan rahasia ilahi yang paling besar dari sekian banyak rahasia Allah Swt. di alam ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa materi dan immateri ilmu pengetahuan?
2.      Bagaimana dalil kekuatan ilmu pengetahuan?
3.      Bagaimana mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui materi dan immateri ilmu pengetahuan.
2.      Untuk mengetahui dalil kekuatan ilmu pengetahuan.
3.      Untuk mengetahui cara mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sumber Daya: Materi (SDA) dan Immateri (SDM)
Objek ilmu itu ada dua, pertama adalah alam materi dan yang kedua adalah alam non materi. Dalam hal ini kaum sufi melalui ayat-ayat Al-Qur’an menggambarkan lima hierarkhi ilmu yang disebut al-hadlarat al-ilahiyyah al-khams, yaitu alam materi, alam kejiwaan, alam ruh, sifat-sifat illahiyah, dan wujud zat illahi. Sedangkan Menurut pandangan ilmuwan, dalam mendapatkan ilmu pengetahuan ada tiga cara yang mereka rekomendasikan yaitu pengamatan, percobaan, serta triel and error. Cara ini juga disinggung oleh Al-Qur’an dimana manusia diperhatikan untuk berfikir tentang alam raya, melakukan perjalanan dan sebagainya.[1]
Pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu sifat Allah, karena sifat itulah Dia disebut dengan ‘Alim (Yang Maha Tahu). Dia adalah sumber utama ilmu. Segala pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan anugerah-Nya. Ilmu Allah tiada terbatas, manusia hanya memperoleh sedikit saja daripada-Nya. Sedalam apapun pengetahuan manusia mengenai sesuatu, ia tetap saja terbatas karena keterbatasan pikiran dan potensi yang ada dalam jiwanya.
Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan-Nya. Tetapi, karena keterbatasan manusia itu sendiri, maka pengetahuannya banyak bersifat nisbi dan zanni. Hanya ilmu Tuhan yang bersifat mutlak.
Al-Qur’an menggambarkan ada dua cara Tuhan mengajar manusia, yaitu pengajaran langsung yang disebut dengan wahyu atau ilham dan pengajaran tidak langsung. Cara yang terakhir ini berarti, bahwa Allah mengajar manusia melalui media yaitu fenomena alam yang Dia ciptakan. Tuhan menciptakan alam dan segala isinya serta hukum yang berlaku padanya. Alam ini sebagai makhluk Allah, menyimpan berbagai rahasia ilmu pengetahuan. Kemudian manusia mempelajarinya sehingga menemukan sistem hukum alam tersebut yang selanjutnya  dapat digunakan bagi kepentingan hidup manusia.[2]
B.     Dalil Kekuatan Ilmu Pengetahuan (Sulthan)
Q.S Ar-Rahman ayat 33
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqkMDk49E0crw5bWoxVHKLbVjwdbKPi12w0jgVQ6J2aLnnu3yQCmnR70W_aOflZnGWYneZ0x5l1Me3RNvsEq_b27kDYoyZl1IRsLmRfYeWN1VUe-t8fwOM4CN6IZec51DTB1qgbTkGWVw/s1600/Surat+Ar+Rahman-06-24-08.pngArtinya: “Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan bumi, lintasilah! Namun kamu tidaklah akan dapat melintasinya kalau tidak dengan kekuasaan”.
Tafsirannya:
1.      Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia tidak akan dapat menembus langit dan bumi tanpa sulthan atau teknologi. Kata sulthan ditafsirkan sebagai kekuatan, namun juga dapat di tafsirkan sebagai teknologi yang memungkinkan manusia untuk menembus langit dan bumi. Tanpa teknologi yang memadai, manusia tidak akan dapat mencapai inti bumi yang terdiri atas cairan yang sangat panas dan kemungkinan fenomena lain yang belum dapat diprediksi. Tanpa teknologi yang memadai pula, manusia tidak akan mungkinan menempuh perjalanan ribuan tahun cahaya untuk mencapai galaksi lain yang ada di alam dunia ini.[3]
2.       Tafsir Al-Azhar: “Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan bumi, lintasilah!” artinya bahwa diantara Rahman-Nya Allah SWT. itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. namun diakhir ayat Tuhan memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas; “Namun kamu tidaklah akan dapat melintasinya kalau tidak dengan kekuasaan”.
Dalam suku kata pertama diberi kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia yang terpendam di muka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai macam ilmu.  Karena banyaklah rahasia dalam alam ini tersembunyi, yang sudah tabiat daripada manusia itu sendiri ingin tahu. Namun di suku kata kedua diberi ingat bahwa semuanya pekerjaan itu sangat bergantung kepada kekuasaan, yang dalam ayat disebut Sulthan. Diberi ingat bahwasanya kalau kekuasaan tidak ada, pekerjaan akan terlantas di tengah.
3.      Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan ialah: “Bahwa kamu tidaklah akan sanggup lari daripada kehendak Allah SWT. dan takdirnya, bahwa takdir itulah yang selalu mengelilingi kamu dan kamu tidak akan sanggup membebaskan diri pada kehendaknya atas dirimu, kemana saja pun kamu pergi takdir itu mengelilingi kam, demikianlah kamu selalu dalam kedudukan tertawan di dalamnya. Malaikat berdiri rapat sampai tujuh lapis sekeliling kamu, sehingga tidaklah kamu akan sanggup membebaskan diri daripadanya, kecuali dengan kekuasaan. Artinya dengan kehendak Tuhan.[4]
4.      Tafsir Al-Maraghi: “Hai golongan manusia dan jin, jika kamu mampu keluar dari penjuru langit dan bumi buat menghindari hukuman Allah SWT. dan melarikan  diri dari adzab-Nya, maka lakukanlah.” Maksudnya bahwa kalian takkan mampu melakukan itu. Karena, Dia meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri daripada-Nya. Kemanapun kamu pergi, maka kamu tetap terkepung.[5]
5.      Tafsir Al-Mishbah: Ayat tersebut menegaskan bahwa mereka tidak dapat menghindar dari pertanggungjawaban serta akibat-akibatnya. Allah menentang mereka dengan menyatakan: Hai kelompok jin dan manusia yang durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka tembuslah keluar. Tetapi, sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak memiliki kekuatan!
Didahulukannya penyebutan jin disini atas manusia karena jin memiliki kemampuan lebih besar dari pada manusia dalam mengarungi angkasa. Bahkan suatu ketika dalam kehidupan duniawi, mereka pernah memiliki pengalaman, walau dalam bentuk terbatas (baca QS. Al-Jinn ayat 9).
      QS. Ar-Rahman ayat 33 di atas merupakan peringatan dan tantangan bagi mereka yang bermaksud menghindar dari tanggung jawabnya di hari kemudian itu. Jika demikian, ayat ini tidak berbicara dalam konteks kehidupan duniawi, apalagi menyangkut kemampuan manusia menembus angkasa luar, tetapi semata-mata sebagai ancaman  bagi yang hendak menghindar. Karena itu perintah diatas tembuslah bukan perintah untuk dilaksanakan, tetapi perintah menunjukkan ketidakmampuan memenuhinya.[6]
C.     Mengendalikkan dan Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan
§  Mengendalikan ilmu pengetahuan
Jika ada orang yang telah di anugrahi ilmu oleh Tuhan, tetapi ternyata mengingkari kebenaran, atau menutupinya atau menyalahgunakannya, maka cahaya yang ada akan berubah menjadi kegelapan baginya sehingga ia dikategorikan orang-orang yang sesat. Hal ini disebabkan karena anugrah ilmu yang telah mereka terima bukan dijadikan sebagi pelita, tetapi justru dijadikan sebagai alat untuk mengumbar nafsu yang mengendalikan pola pikir dan tata kehidupannya.[7]  
Ilmu yang mendatangkan efek negatif itu adalah ilmu yang bercampur iri dan dengki, kesombongan, serta keserakahan. Agar ilmu hanya mendatangkan manfaat kepada manusia, sistem belajar dan pembelajaran mestilah kosong dari dengki, kesombongan, serta keserakahan.[8]
§  Memanfaatkan ilmu pengetahuan
Dengan ilmu pengetahuan, manusia dikukuhkan menjadi pembawa risalah kekhalifahan di muka bumi, yang memiliki kewajiban untuk memakmurkan dan mengembangkannya[9] serta di dalam Al-Qur’an menganjurkan agar manusia menggunakan akal pikirannya untuk mencapai hasil yang dicita-citakan.[10]








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan Allah Swt.. Objek ilmu itu ada dua, pertama adalah alam materi dan yang kedua adalah alam non materi. Dengan membaca Al-Qur’an  manusia memperoleh bermacam-macam pengetahuan secara normatif sedangkan dengan membaca alam, manusia dapat memperoleh pengetahuan secara empiris-historis.
Menurut pandangan ilmuwan, dalam mendapatkan ilmu pengetahuan ada tiga cara yang mereka rekomendasikan yaitu pengamatan, percobaan, serta triel and error. Pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu sifat Allah, karena sifat itulah Dia disebut dengan ‘Alim (Yang Maha Tahu). Allah Swt. adalah sumber utama ilmu.
Jika kita dikaruniai sebuah ilmu pengetahuan, maka kita harus bisa mengendalikan ilmu tersebut agar kita tidak merugika orang lain, selain itu kita harus bisa memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan dan bisa bermanfaat untuk diri sendiri serta orang lain.
B.     Saran
Dalam penulisan makalah diatas tentu saja masih terdapat banyak kekurangan, dari saya mohon maaf apabila materi yang disampaikan masih belum sempurna karena sebagai manusia tempatnya salah dan dosa, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saya membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar saya bisa lebih baik lagi kedepannya dalam menulis makalah. Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghi: Juz XXVII. Semarang: PT. Karya Putra Semarang.
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar: Juz XXVII. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Sains Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Penerbit Lentera Hati.
Yusuf, Kadar M. 2015. Kontruksi ilmu dan Pendidikan. Jakarta: Amzah.
Yusuf, Kadar M. 2013. Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan. Jakarta: Amzah.
                                                                                      











BIODATA
Nama                           : Mareta Diah Naina
TTL                             : Pekalongan, 18 Maret 2000
Alamat                        : Dk. Kedawungrejo, Ds. Rowokembu, Rt. 09/ Rw. 04,
Kec. Wonopringgo, Kab. Pekalongan
Fakultas/Jurusan          : FTIK/PAI
Status                          : Mahasiswi IAIN Pekalongan
Riwayat Pendidikan   :
-          SDN 01 Rowokembu
-          MTs. Syarif Hidayatullah
-          MAN 1 Pekalongan






LAMPIRAN

















[1] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2008) hlm. 84-85.
[2] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 19-20.
[3] Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), hlm. 251-252.
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar: Juz XXVII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 197.

[5] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi: Juz XXVII, (Semarang: PT. Karya Putra Semarang, Cetakan I 1989), hlm. 217.
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2009), hlm. 306-309.
[7] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 99-100.
[8] Kadar M. Yusuf, Kontruksi ilmu dan Pendidikan, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm. 76.
[9] Ibid., hlm. 94.
[10] Ibid., hlm. 81.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar