Laman

new post

zzz

Rabu, 26 September 2018

TT L D2 KEAJIBAN BELAJAR SPESIFIK "BELAJAR ILMU PROFESIONAL"


KEAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
"BELAJAR ILMU PROFESIONAL"
Amalia Rizki Islami
NIM. (2117372)
Kelas : L

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


PEMBAHASAN

A.    Ilmu dan Profesional
1.      Pengertian Ilmu
Ilmu sudah menjadi kata Indonesia sehari-hari. Dalam bahasa Jawa juga dikenal istilah ngelmu. Keduanya berasal dari kata yang sama, ilm kata yang berasal dari bahasa Arab. Dalam pengertian sehari-hari, yang pertama berkaitan dengan pengetahuan umum, sedangkan yng kedua dengan soal-soal kebatinan. “llmu” yang padanannya dalam bahasa Inggris adalah science.
          Pada umumnya, ilmu didefinisikan sebagai jenis pengetahuan, tapi bukan sebarang pengetahuan, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cra-cara tertentu berdasarkan kesepakatan diantara para ilmuwan. Ilmu ini pada umumnya dibagi menjadi tiga bidang: ilmu-ilmu pasti dan alam, ilmu-ilmu social, dam humaniora. Diantara ketiganya, yang benar-benar diakui paling “ilmiah” atau benar-benar science adalah yang pertama.
          Dari sudut pandang Indonesia, kata “ilmu” seperti halnya kata science dalam bahasa Inggris, juga berasal dari bahsa Arab. Ilmu berasal dari  ilm, maklum, alim-ulama. Dalam bahasa Arab alima sebagai kata kerja, berarti tahu dan mengetahui. Ilmu sebagaimana halnya science berarti juga pengetahuan.[1]
2.      Pengertian Profesi dan Profesional
Dalam kehidupan sehari-hari kata profesi (profession) sering diartikan sama dengan pekerjaan (work atau occupation), profesinya adalah guru, dokter, hakim, petani, pedagang, tukang las, tukang bangunan, dsb. Guru, dokter dan hakim betul merupakan suatu profesi, karena sebelum melaksanakan tugas tersebut, dipersiapkan dulu dalam pendidikan tinggi khusus yang cukup lama dan intensif. Petani dan pedagang yang omzetnya sangat besar mungkin juga merupakan profesi, karena mereka juga sebelumnya dipersiapkan (mempersiapkan diri) pada pendidikan tinggiyang khusus dalam bidang pertanian dan perdagangan atau mungkin juga petani dan pedagang besar, menjadi petani dan pedagang karena pengalaman saja tanpa belajar secara intensif.
Demikian juga dengan tukang las dan tukang bangunan, kecuali arsitek tentunya, karena arsitek dipersiapkan melalui pendidikan tinggi yang cukup lama dan intensif. Pertukangan las dan pertukangan bangunan, merupakan pekerjaan bukan profesi. Keahlian mereka mungkin sampai tingkat mahir (skillful). Mereka mungkin pernah mengikuti pendidikan kejuruan tetapi hanya sampai pendidikan menengah (SMK), dan yang lain menjadi tukang karena semata-mata belajar dari pengalaman. Profesi bukan sekedar pekerjaan, tetapi bidang keahlian dengan kualifikasi kompetensi-kecakapan standar. Pelaksanaan tugas-tugas profesi membutuhkan tingkat penguasaan ilmu yang cukup tinggi, tidak bisa hanya pada tingkat mengetahui dan terampil.
Profesi ini terkait erat dengan professional, kalau profesi berkenaan dengan bidang keahliannya maka professional berkenaan dengan tingkat kemampuan, kecakapan atau kompetensi dan cara kerjanya. Suatu profesi harus dikerjakan secara professional, walaupun mungkin saja seseorang mengerjakannya secara tidak professional, suatu profesi tidak dikerjakan secara professional, mungkin karena memang yang mengerjakannya tidak memiliki kemampuan, kecakapan atau kompetensi profesional, tetapi kinerja atau cara kerjanya tidak professional. Pendidikan profesi merupakan suatu program pendidikan formal yang disediakan  atau diikuti untuk menjadi seorang professional dalam suatu bidang profesi tertentu.[2]
B.     Dalil mengembara menuntut ilmu agar Profesional
Pengembaraan Untuk Menuntut Ilmu, (QS. Al-Ankabut 29: 19-20)
(19) يَسِيرٌاللَّهِ عَلَىذَلِكَإِنَّ يُعِيدُهُثُمَّ الْخَلْقَاللَّهُيُبْدِئُكَيْفَ يَرَوْاأَوَلَمْ
قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأٓخِرَةَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٠
19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah SWT berfirman, menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. bahwa Ibrahim memberi petunjuk kepada kaumnya untuk membuktikan adanya hari bangkit yang mereka ingkari melalui apa yang mereka saksikan dalam diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah SWT menciptakan yang pada sebelumnya mereka bukanlah sesuatu yang disebut-sebut ( yakni  tiada ). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat mendengar dan melihat. Maka Tuhan yang memulai penciptaan itu mampu mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya mengembalikan itu mudah dan ringan bagi-Nya.
Kemudian Ibrahim memberi mereka petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu yang mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam tanda- tanda kekuasaan Allah yang telah menciptakan-Nya. Yaitu langit dan bintang-bintang yang ada padanya, baik yang bersinar maupun yang tetap beredar. Juga bumi serta lembah-lembah, gunung-gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan hutan-hutan, serta pepohonan dan buah-buahan, sungai-sungai dan lautan, semua itu menunjukkan statusnya sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya yang menciptakannya, yang mengadakannya serta memilih segalanya.[3]

C.      KeistimewaanIlmu dan Profesional
Perintah berjalan kemudian dirangkai dengan perintah melihat seperti firman-Nya,ini mengisyaratkan perlunya  melakukan apa yang diistilahkan dengan wisata ziarah. Dengan perjalan manusia dapat memperoleh suatu pelajaran dan pengetahuan dalam jiwanya yang menjadikannya menjadi manusia terdidik dan terbina, seperti dia menemui orang-orang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat dari pertemuannya dan yang lebih terpenting lagi ia dapat menyaksikan aneka ragam ciptaan Allah.[4]
Dengan melakukan perjalanan di bumi seperti yang telah diperintahkan dalam ayat ini, seseorang akan menemukan banyak pelajaran yang berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam maupaun dari peninggalan-peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya.
Islam secara mutlak mendorong para pengikutnya untuk menuntut ilmu sejauh mungkin, bahkan sampai ke negeri Cina. Nabi menyatakan bahwa jauhnya letak suatu Negara tidaklah menjadi masalah, sebagai ilustrasi unik terhadap kemuliaan nilai ilmu pengetahuan. Siapaun sepakat hadits Nabi yang berbunyi Utlub al ‘ilm walau kana bi al shin, menekankan betapa pentingnya mencari ilmu lebih-ilmu agama yang dikategorikan Imam Ghozali sebagai fardlu ‘ain.[5]














PENUTUP

Kesimpulan :
ilmu didefinisikan sebagai jenis pengetahuan, tapi bukan sebarang pengetahuan, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cra-cara tertentu berdasarkan kesepakatan diantara para ilmuwan.
Pendidikan profesi merupakan suatu program pendidikan formal yang disediakan  atau diikuti untuk menjadi seorang professional dalam suatu bidang profesi tertentu.
Dengan perjalan manusia dapat memperoleh suatu pelajaran dan pengetahuan dalam jiwanya yang menjadikannya menjadi manusia terdidik dan terbina, seperti dia menemui orang-orang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat dari pertemuannya dan yang lebih terpenting lagi ia dapat menyaksikan aneka ragam ciptaan Allah.
Islam secara mutlak mendorong para pengikutnya untuk menuntut ilmu sejauh mungkin, bahkan sampai ke negeri Cina.







DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Arif Hidayat. 2019. Al-Islam Studi Al-Quran (Kajian Tafsir Tarbawi). Sleman: Deepublish
Sukmadinata,Nana Syaodih. 2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Isma’il, Al Imam Abul Fida. 2004.Tafsir Ibnu Kasir Bandung: Sinar Baru Algensindo
Shihab,M. Quaisy. 2002.Tafsir al-Misbah Vol 15. Jakarta: Lentera Hati
Mas’ud,Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik. Yogyakarta: Gama Media
















BIODATA DIRI

Nama                                     : Amalia Rizki Islami
Tempat, Tanggal Lahir          : Batang, 27 Juli 1993
Alamat                                   : Ds. Klidang Lor Batang
Status                                    : Menikah
Pekerjaan                               : Mahasiswa, Ibu Rumah Tangga
No. Hp                                  : 087776160333


[1] Arif Hidayat Efendi, Al-Islam Studi Al-Quran (Kajian Tafsir Tarbawi),(Sleman: Deepublish: 2016), hlm. 1-2
[2]Nana Syaodih Sukmadinata, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 393
[3]Al Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), hlm.722-723
[4] M. Quaisy Shihab,Tafsir al-Misbah Vol 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 468
[5]Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (Yogyakarta:Gama Media, 2002), hlm.24-25


Tidak ada komentar:

Posting Komentar