Kewajiban Belajar Spesifik
"Mendalami Ilmu Agama"
QS
At-Taubah 9: 122
RISKI WATI
NIM. (2117042)
KELAS C
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah dan Puji Syukur
senantiasa kelompok 4 panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah
– Nya maka kelompok 4 dapat menyelesaikan penulisanmakalahyang berjudul “Kewajiban
Belajar “Spesifik” QS At-Taubah 9:122 Mendalami Ilmu Agama”.
Makalah ini Kami
buat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawidi semester 3. Kami
dari kelompok 4 sudah berusaha menyusun makalah dengan semaksimal mungkin ,
akan tetapi Kami sadar dalam penulisan makalah banyak kekurangan.
Akhirnya, Kami
berharap mudah – mudahan penyusunan makalah ini ada manfaatnya, Amin ya Robal Alamin .
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................4
1. LATARBELAKANG
MASALAH...................4
2. RUMUSAN
MASALAH......................................4
3,. TUJUAN...............................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................5
A.
Pengertian Ilmu Agama.........................................5
B.
Mendalami Ilmu Agama........................................7
C.
Ilmu Agama Kunci Sukses Dunia Akhirat......9
BAB III PENUTUP............................................................................9
KESIMPULAN...........................................................11
DAFTAR
PUSTAKA..................................................12
BAB
1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Antara ilmu dan ilmu agama tidaklah
bertolak belakang . sebagaimana dikenal di Eropa pada zaman pertengahan.
Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat, ilmu mendukung keimanan dan
imam membuat berkah ilmu, karena
kebenaran tidak akan bertentangan dengan
kebenaran. Seperti dikatakan bahwa ilmu bagi kita adalah agama, dan agama bagi
kita adalah ilmu.
Ilmu bagi kita adalah agamaa, yang
dimaksudkan bahwa kitab suci kita dan sunnah Nabi kita mengajak kepada ilmu dan
menganggapnya sebagai ibadah dan fariddah, baik ilmu agama maupun dunia.ilmu
jika di gandengakan dengan iman akan melahirkan sifat kontruktif dan
menghidupkan tidak mematikan. Jika
menunjukkan suatu keimanan dan kebenaran serta jalan yang lurus maka kita akan
tergolong sukses dunia khirat.
Dalam kita melakukan pendidikan dengan
wajib belajar menuntut ilmu kita akan memperoleh kumci sukses dunia khirat.
Maka dari itu, dalam makalah ini saya akan membahas tentang kewajiban belajar, dan mendalami
ilmu agama agar kita tidak tersesat di dunia maupun di akhirat dan orang yang
mulia di sisi Allah SWT.
2.
Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan ilmu agama?
2. Bagaimana cara kita
mendalami ilmu agama?
3. Apakah ilmu agama
kunci sukses dunia akhirat?
3.
Tujuan
1. untuk mengetahui apa itu ilmu agama
2. untuk mengetahui cara mendalami ilmu agama
3. untuk mengetahui kunci sukses dunia akhirat
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Agama
Kata ilmu secara bahasa berati kejelasan.
Oleh karena itu, segala bentuk yang berasal dari kata tersebut menunjukkan
penjelasan. Dalam pandangan Al-qur’an
suau keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna
menjalankan fungsi kekhalifahannya.[1]
Secara Etimologi (Bahasa) Ilmu
adalah antonim (lawan kata) dari jahil (kebodohan). Ilmu adalah pengetahuan
secara pasti tentang suatu obyek sesuai dengan kenyataannya. Secara Terminologi
(Istilah) Sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan terhadap
sesuatu dan merupakan lawan kata dari al-jahl (kebodohan). Sebagian mereka
mengatakan bahwa ilmu adalah suatu kata yang terlalu jelas untuk didefinisikan.
Ilmu yang kita maksudkan adalah ilmu syari'at, yaitu ilmu yang Allah turunkan
pada Rasul-Nya berupa keterangan-keterangan dan petunjuk. Maka ilmu yang dipuji
dan disanjung adalah ilmu wahyu (yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya), sebatas
pada ilmu yang Allah turunkan saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang
Allah kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan pahamkan dia dalam agama[2]
Pengertian agama dari segi bahasa
dapat kita ikuti anatara lain menurut Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat
indonesia selain kata agama, dikenal pula kata din dari bahasa arab dan religi
dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata anskrit. Harun nasution mengatakan, kata itu tersususn
dari dua kata, a=tidak dan gam=pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal, demikian menunjukkan pada salah
satu sifat agama, yaitu yang diwarisi tutun-temurun dari generasi kegenerasi
lainnya.
Selanjutnya din dalam bahasa
berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab ini mengandung arti
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapun religi
berasal dari bahasa latin. Menurut satu
pendapat bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti
mengumpulkan dan membaca. Dan
dari beberapa definisi berikut, akhirnya harun nasution menyimpulkan bahwa
intisari yang terkandung dalam istilah istilah diatas ialah ikatan. Agama
memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan
ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari hari.
Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu
kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera.
Adapun pengertian
agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet
nottingham dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama
adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana mana sehingga sedikit membantu
usaha usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham
mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha usaha manusia untuk mengukur
dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaaan alam semesta. Agama
telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas dan juga digunakan untuk
membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat
membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut
dan ngeri. Dan durkheim mangatakan bahwa agama adalah pantulan dari solidaritas
sosial. Bahkan kalau dikaji, katanya, tuhan itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat..[3]
Antara ilmu dan iman atau antara ilmu dan agama tidak bertolak
belakang sebagaimana dikenal di Eropa pada masa “zaman pertengahan”. Namun, di
antaranya keduanya memiliki pertalian erat, ilmu mendukung keimanan dan iman
membuat berkah ilmu., karena kebenaran tidak akan bertentangan dengan
kebenaran.seperti sering saya katakan bahwa ilmu bagi kita adalah agama, dan
agama bagi kita adalah ilmu.
Ilmu bagi kita adalah agama, dimaksudkan bahwa kitabsucikita
dan sunnah Nabi kita mengajak
kepada ilmu dan menganggapnya sebagai ibadah dan fariddah, baik ilmu agama
maupun ilmu dunia. Atau, baik itu bersumber dari wahyu maupun ilmu yang
bersumberkan dari alam semesta. Sedangkan
perngertian agama bagi kita adalah ilmu, yang dimaksudkan bahwa agama
kita tidak berdiri sendiri atas sikap taklid dan membeo kepada nenek moyang
ataupara pemimpin besar kita.[4]
B.
. Mendalami ilmu agama
Apa yang lebih utama ialah perbetulkan niat untuk
mempelajari ilmu agama seikhlasnya demi kerana Allah dan Rasulnya. Ingat akan tujuan sebenar kita menuntut ilmu yaitu
keluar dari kejahilan demi mencari kebenaran dan berpegang kepadanya. Apatah
lagi menuntuk ilmu itu adalah diwajibkan kepada setiap lelaki dan
perempuan. Dari Anas bin Malik RA katanya:
Rasulullah s.a.w. telah bersabda "Menuntut ilmu adalah
satufardu yang wajib atas tiap-tiap seorang Islam.(
Riwayat Ibnu Majah).[5]
ilmu agama merupakan salah satu ilmu yang sangat
penting untuk dipelajari. Berikut ini hadits yang menegaskan pentingnya
mempelajari ilmu agama. Hadits Rasulullah dari Ibnu Sihab, Hamid mengabarkan
kepadaku, ia berkata: saya mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan ketika berkhotbah
berkata: saya mendengar Rasulullah bersabda:
Artinya: ”Barang siapa yang Allah
kehendaki kebaikan bagi dirinya maka Allah akan memberikan pemahaman yang
mendalam padanya (suatu ilmu)dalamagamaIslam).”(H.R.MuttafaqAlaih).
Segala sesuatu yang hendak dikerjakan atau dilakukan harus ada ilmunya. Seseorang tidak akan dapat menulis dengan rapi dan bagus jika tidak memiliki ilmu dalam bidang tersebut. Agar dapat membaca ayat Al-Qur’an atau sebuah tulisan dibutuhkan ilmu tentang cara membaca. Oleh karena itu, untuk memahami ajaran agama Islam, seseorang harus memiliki ilmu. Islam sebagai sebuah agama memiliki ketentuan atau cara pandang yang berbeda dengan agama lain. Misalnya, ketentuan tentang ibadah salat hanya terdapat dalam agama Islam. Agar dapat mengetahui ketentuan salat seseorang harus memiliki ilmunya. Oleh karena itu, memperdalam ilmu agama Islam sangat penting dalam kehidupan agar kita dapat menerapkan syariat-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak memiliki ilmu agama tentu kita tidak akan mampu menerapkan syariat atau ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Segala sesuatu yang hendak dikerjakan atau dilakukan harus ada ilmunya. Seseorang tidak akan dapat menulis dengan rapi dan bagus jika tidak memiliki ilmu dalam bidang tersebut. Agar dapat membaca ayat Al-Qur’an atau sebuah tulisan dibutuhkan ilmu tentang cara membaca. Oleh karena itu, untuk memahami ajaran agama Islam, seseorang harus memiliki ilmu. Islam sebagai sebuah agama memiliki ketentuan atau cara pandang yang berbeda dengan agama lain. Misalnya, ketentuan tentang ibadah salat hanya terdapat dalam agama Islam. Agar dapat mengetahui ketentuan salat seseorang harus memiliki ilmunya. Oleh karena itu, memperdalam ilmu agama Islam sangat penting dalam kehidupan agar kita dapat menerapkan syariat-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak memiliki ilmu agama tentu kita tidak akan mampu menerapkan syariat atau ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.[6]
:
Qs At-Taubah ayat 122:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ
لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚفَلَوْلَانَفَرَمِنْكُلِّفِرْقَةٍمِنْهُمْطَائِفَةٌلِيَتَفَقَّهُوافِيالدِّينِوَلِيُنْذِرُواقَوْمَهُمْإِذَارَجَعُواإِلَيْهِمْلَعَلَّهُمْيَحْذَرُونَ
Artinya:Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.
Ayat ini menerangkan dari hukum-hukum yang mengayangkut
perjuangan. Yakni mencari dan mendalami ilmu agama. Artinya, bahwa mendalaman
ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan
penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru
kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. karena perjuangan yang
menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk jadi benteng
dan pagar dari dakwah tersebut, agar
jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan
munafik.
Menurut riwayat al-kalabi dari ibnu ‘abbas, bahwa dia
mengatakan, “ setelah allah mengancam keras terhadap orang-orang yang tidak
menyertai Rosul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang
tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat
selama-lamanya.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ
لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ)
Tidaklah patut bagi
orang-orang mu’min, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat
menyertai setiap utusan perang yang
keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang
itu, sebenarnya fardhu kifayah yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian
maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ‘ain, yang wajib dilakukan setiap
orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan
mengarahkan kaum mu’min menuju kemedan perang.
وَلِيُنْذِرُواقَوْمَهُمْإِذَارَجَعُواإِلَيْهِمْلَعَلَّهُمْيَحْذَرُونَ
Mengapa tidak segolongan
saja, atau sekelompok kecil saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat ke
medan perang tempur dari tiap tiap golongan besar kaum mu’min, seperti penduduk
suatu negeriatau suatu suku, dengan
maksut supaya orang-orang mukmin
seluruhnya dapat mendalami agama mereka. Yaitu, dengan cara orang yang
tidak berangkat dan tinggal di kota
(madinah), berusaha keras untuk mendalaami agama, yang wahyunya turun kepada
Rasulullah saw. Hari demi hari, berupa ayat-ayat, maupun yang berupa hadist
hadist beliau . yang menerangkan ayat-ayat tersebut baik dengan perkataan
maupun perbuatan. Dengan demikian, maka ketahuilah hukum beseta hikmahnya, dan
menjadi jelas hal yang masih mujmal dengan adanya perbutan Nabi tersebut. Di samping itu orang yang
mendalami agama memberi peringatan kepada kaumnya yang pergi perang mengahdapi
musuh, apabila mereka telah kembali ke dalam kota.
Artinya, agar
tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing
kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat
kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya
mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, di
samping agar seluruh kaum mu’min
mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan membelanya, serta
menerangkan rahasia-rahasianya ke pada seluruh umat manusia. Jadi, bukan tujuna
supaya memperoleh kepemimpinnya dan kedudukan yang tinggi serta mengungguli
kebanyakan orang-orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan meniru orang
zalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendara maupun dalam persaingan
diantara sesama mereka.
Ayat tersebut
merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya
ditempat-tempat pemukiman serta pemahaman orang-orang lain kepada agama,
sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tak bodoh lagi
tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mu’min.
Orang-orang yang
beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk mendalami agama dengan maksud
seperti ini. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan tidak
kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam
meningkatkan kalimat Allah, membela agama dan ajarannya. Bahkan, mereka boleh
jadi lebih utama dari pejuang pada situasi lain ketika mempertahankan agama
wajib ‘ain bagi setiap orang. [7]
C.
. Ilmu Agama Kunci Sukses Dunia Akhirat
Syekh az-zarnyji menganjuran bahwa
pelajar haruslah mendasari pencarian ilmu dengan niat yang lurus. Karena
mencari ilmu adalah amal akhirat. Niat menuntut ilmu antara lain mencari ridho
Allah, menghilangkan kebodohan atau ketidaktahuan dari diri sendiri dan orang lain, menghidupkan agama
dan menjaga kelestarian islam. Menuntut ilmu juga sebagai ekspresi syukur atas
nikmat akal dan kesehatan.[8]
Salah satu cara untuk memperoleh surga adalah
dengan ilmu. Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu
dengan cara mencari, meyakini dan memahami ilmu tersebut lalu mengamalkan dan menyampaikannya
dengan niat yang ikhlas untuk mengharap ridho dari Allah SWT. Ilmu agama merupakan kunci sukses dunia dan akhirat selain kunci
sukses menuju surga jika kita mengamalkan ilmu tersebut dengan ikhlas maka akan
menjadi jalan menuju taubat.
Kunci sukses di
dunia dan akhirat adalah cita-cita seluruh umat manusia di dunia, tanpa
terkecuali. Yaitu mengolah tiga pilar utama yang dimiliki manusia. Ketiga pilar
tersebut adalah iman, akal dan rasa. Inilah prinsip bagi kesuksesan manusia
dunia dan akhirat.[9]
BAB
II
KESIMPULAN
Ilmu agama itu
berasal dari kata ilmu dan agama. Ilmu adalah pengetahuan secara pasti tentang
suatu obyek sesuai dengan kenyataannya. Sedangkan agama adalah menurut harun
nasution yaitu tidak pergi atau undang undang yang harus dilakukan. Jadi ilmu
agama itu antaranya keduanya memiliki pertalian erat, ilmu mendukung keimanan
dan iman membuat berkah ilmu., karena kebenaran tidak akan bertentangan dengan
kebenaran.seperti sering saya katakan bahwa ilmu bagi kita adalah agama, dan
agama bagi kita, adalah agama, dan agama bagi kita adalah ilmu.
Bahwa mendalaman ilmu agama itu
merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti,
dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan
sendi-sendi islam. karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak
disyari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan
dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Mendalami agama itu kunci sukses dunia
kahirat, karena dalam berpegang dalam
ilmu agama kita akan meuju jalan menuju surganya Allah SWT. Saat kita mendalami
agama kita wajib menyempaikan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari
agar kita sukses di dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Munir
ahmad, 2006. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan al-qur’an tentang pendidikan.
Yogyakarta: TERAS Perum Polri Gowok.
Asy
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, 2010. Penebar ilmu dan penegakkan
sunnahJakarta: pustaka sumayyah.
Nata Abuddin, 2014.
Metodologi Studi Islam . Jakarta:PT Raja wali Press.
Qarhawi Yusuf
,1998. Al-qur’an akal dan ilmu
pengetahuan . Jakarta:Maktabah Wahbah.
http://wahdatulummah.blogspot.com/2011/09/bersungguh-sungguh-mendalami-ilmu-agama.(diakses tgl april 25 februari.
Ahmad
ustafa Al-Maraghi, 1993.Tafsir Al-Maraghi. Semarang:PT Karya Putra
Semarang.
https://leyyuna.wordpress.com/2012/04/23/3-kunci-sukses-manusia-dunia-dan-akhirat.(diakses tgl april 23 desember).
https://www.erhaje88.com/2017/09/5-dasar-ini-kunci-sukses-keberhasilan--santri-meraih-manfaat(diakses tglseptember 04 2017).
BIODATA
Nama : Riski Wati
Nim :2117042
TTL :Batang, 24 desember 1998
Motto
hidup :Sesudah kesulitan pasti ada
kemudahan
SD :Proyonanggan 09
SMP :Mts Muhammadiyah Batang
SMA : Sma N 2 Batang
Kelas :Tafsir tarbawi C
[1]Ahmad Munir, Tafsir
Tarbawi mengungkap pesan al-qur’an tentang pendidikan (Yogyakarta:
TERAS Perum Polri Gowok 2006) hlm.
80
[2] Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penebar
ilmu dan penegakkan sunnah (jakarta:
pustaka sumayyah,2010) hlm. 2
[4]Yusuf qarhawi, Al-qur’an
akal dan ilmu pengetahuan (Jakarta:Maktabah Wahbah, 1998) hlm.117
[5]
http://wahdatulummah.blogspot.com/2011/09/bersungguh-sungguh-mendalami-ilmu-agama.
[6]http://walpaperhd99.blogspot.com/2016/02/7-hadits-tentang-menuntut-ilmu.(diakses tgl 7 maret 2018 10.10)
[7]Ahmad ustafa
Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi (Semaran:, PT Karya Putra Semarang, 1993)
hlm.83
Tidak ada komentar:
Posting Komentar