Laman

new post

zzz

Sabtu, 06 Oktober 2018

SBM D F3 Pendekatan Belajar-Mengajar (Contoh-contoh Pendekatan Belajar Mengajar)


Pendekatan Belajar-Mengajar
(Contoh-contoh Pendekatan Belajar Mengajar)
Fikriyatul Mufidah
NIM. (2317098)
Kelas D

JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Pekalongan,
4 Oktober 2018


Penulis













DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..............................................................................      2
DAFTAR ISI..............................................................................................      3

BAB I      PENDAHULUAN.....................................................................      4
A.  Latar Belakang Masalah.........................................................      4
B.  Rumusan Masalah...................................................................      4
C.  Tujuan ....................................................................................      4

BAB II    PEMBAHASAN........................................................................      5
A.      Pengertian Pendekatan Belajar Mengajar.............................      5
B.       Contoh-contoh Pendekatan Belajar Mengajar.....................      5

BAB III   PENUTUP.................................................................................      12
A.      Kesimpulan...........................................................................      12
B.       Saran.....................................................................................      12


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................      13

LAMPIRAN...............................................................................................      14

BIOGRAFI PENULIS..............................................................................      16



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Manusia diciptakan untuk menjalin sebuah interaksi terhadap sesamanya. Hal tersebut dilakukan untuk menyampaikan sebuah informasi yang ingin dikemukakan. Begitu halnya dengan seorang guru. Guru membutuhkan suatu pendekatan tertentu dalam pembelajaran agar dapat mencapai tujuan. Makalah ini membahas mengenai bagaimana cara seorang guru untuk melakukan pendekatan pembelajaran terhadap siswanya. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan berinteraksi yang tepat agar siswa dapat menangkap dengan mudah apa yang disampaikan dan siswa dapat mengembangkan apa yang telah mereka peroleh dari interaksi pembelajaran tersebut.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan prestasi peserta didik dengan pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat peserta didik lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar.
B.  Rumusan masalah
1.      Apa pengertian pendekatan belajar mengajar?
2.      Bagaimana pembagian macam-macam pendekatan belajar mengajar?
3.      Bagaimana contoh-contoh pendekatan belajar mengajar?
C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pendekatan belajar mengajar
2.      Untuk mengetahui pembagian pendekatan belajar mengajar
3.      Untuk mengetahui contoh-contoh pendekatan belajar mengajar

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pendekatan Belajar Mengajar
Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita yang kemudian dijadikan landasan dalam pengelolaan proses pembelajaran.

B.  Contoh-contoh Pendekatan Belajar- Mengajar
Terdapat sejumlah klasifikasi pendekatan dalam pembelajaran yang telah banyak disampaikan oleh para ahli. Apabila kita melihat dari sudut pandang besar kecilnya peran guru atau murid sebagai pusat sumber belajar dalam proses pembelajaran, maka secara umum pendekatan pembelajaran ini dibagi menjadi dua yaitu:
1.    Teacher Centered Approach
Adalah pembelajaran yang menempatkan guru sebagai ahli kontrol selam proses pembelajaran, baik organisasi, materi maupun waktu.
2.    Student Centered Approach
Adalah pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajar yang bertugas mengeksplorasi meteri dengan bantuan guru sebagai fasilitator.[1]
Sedangkan apabila kita melihat dari sudut pandang cara mengorganisasi dan menyampaikan materi, maka pendekatan dalam pembelajaran terbagi kedalam beberapa pendekatan berikut:
1.    Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengostruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, dan menarik kesimpulan.[2]
Pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan yaitu tercipta untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber informasi.
Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan menyelesaikan masalah dengan hanya menjawab saja. Selain itu, pesera didik diarahkan untuk melatih berpikir analistik (mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistik (mendengar dan menghafal semata).
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu:
a.    Belajar menjadi siswa aktif.
b.    Assessment atau pengukuran kemajuan belajar siswa.
c.    Keberagaman.[3]
2.    Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.[4] Dengan kata lain, pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada  proses bukan hasil. Jadi, peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Sedangkan tugas guru disini bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Karena jika peranan guru sangat dominan, maka anak akan sedikit sekali belajar, anak tidak berminat, dan anak kehilangan motivasi.
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses apa yang diperolehnya, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. [5]
Pendekatan keterampilan proses ini bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal, mereka dapat mangembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal.[6]
3.    Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan kepermasalahan lainnya.[7]
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dalam dunia nyata siswa, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme (construstivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).[8]
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Strategi pembelajaran ini lebih dipentingkan daripada hasil. [9]
Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajran yang memungkinkan peserta didik belajar.[10]
4.    Pendekatan Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivistik berasal dari aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) sendiri. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi setelah melakukan kegiatan. Teori ini memandang bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak guru ke murid. Murid sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah dipelajarinya dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalamannya.
Adapun hakikat dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme yakni pembentukan pengetahuan yang memandang subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.[11]
Tujuan pembelajaran konstruktivistik ini ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong si belajar untuk berpikir dan berpikir ulang lalu mendemonstrasikan.
Peran guru disini adalah menyediakan suasana dimana pada siswa mendesain dan mengarahkan kegiatan belajar itu lebih banyak daripada menginginkan siswa benar-benar memahami  dan dapat menerapkan materi tersebut.
Sistem pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran top down daripada bottom up berati siswa  memulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.[12]
5.    Pendekatan Kompetensi
Kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan, mulai dari menggosok gigi sampai dengan melakukan operasi jantung. Dalam hubungannya proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar.
Paling tidak terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Melalui pembelajaran individu peserta didik diharapkan dapat belajar sendiri, tidak bergantung orang lain. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil yang baik dari seluruh bahan yang diberikan. Sedangkan landasan teoritis ketiga bagi pengembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah usaha penyusunan kembali definisi bakat. Carrol menyatakan bahwa dengan waktu yang cukup semua peserta didik dapat mencapai penguasaan suatu tugas belajar.
Sukmadinata mengembangkan tiga tahap yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran yakni:
a.    Tahap Perencanaan
b.    Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
c.    Tahap Evaluasi dan Penyempurnaan[13]
6.    Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang dilakukan sekitar, baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah. Dalam pada itu, peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain dilingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara:
a.       Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain.
b.      Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti nara sumber, bisa juga sumber tiruan, seperti model dan gambar. [14]
7.    Pendekatan Tematik (Thematic Approach)
Pendekatan tematik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam implementasi Kurikulum 2004, terutama di Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal (TK dan RA), serta pada kelas rendah di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidayah (SD dan MI).
Pendekatan tematis atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan berpusat pada sebuah pokok atau persoalan.
Pelaksanaan pendekatan tematik secara optimal perlu di tunjang oleh kondisi sekolah, sebagai berikut.
a. Guru mesti berpatisipasi dalam sebuah tim serta mempunyai tanggung jawab untuk menyukseskan tujuan tim
b. Guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan program pembelajaran tematis pada jadwal yang telah di tentukan.
c. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan tematik harus tersedia, baik di lingkungan sekolah maupun berupa pinjaman dari luar.
d. Pelaksanaan pendekatan tematik harus ada dalam struktur sekolah, sehingga guru dapat menggunakan berbagai sarana sekolah yang diperlukan.[15]
8. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)
Pembelajaran sains dengan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek: kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini, guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah ilmiah.[16]


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita yang kemudian dijadikan landasan dalam pengelolaan proses pembelajaran.
Terdapat sejumlah klasifikasi pendekatan dalam pembelajaran yang telah banyak disampaikan oleh para ahli. Apabila kita melihat dari sudut pandang besar kecilnya peran guru atau murid sebagai pusat sumber belajar dalam proses pembelajaran, maka secara umum pendekatan pembelajaran ini dibagi menjadi dua yaitu: Teacher Centered Approach dan Student Centered Approach.
Sedangkan apabila kita melihat dari sudut pandang cara mengorganisasi dan menyampaikan materi, maka pendekatan dalam pembelajaran terbagi kedalam beberapa pendekatan, seperti : Pendekatan Saintifik, Pendekatan Keterampilan Proses, Pendekatan Kontekstual, Pendekatan Konstruktivistik, Pendekatan Kompetensi, Pendekatan Lingkungan, dan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)

B.  Saran

Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memahami pendekatan belajar mengajar dan macam-macamnya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.










Daftar Pustaka

E Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran abad 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Majid, Abdul dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mustakim, Zaenal. 2018. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: IAIN Pekalongan Press.
Semiawan, Conny dkk. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses- Bagaimana Mengaktifkan Siswa belajar?. Jakarta: PT Gramedia.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT  Refika Aditama.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.










Lampiran


          


       

                     








BIOGRAFI PENULIS



Nama                           : Fikriyatul Mufidah
Fakultas/ Jurusan         : FTIK/ PGMI
TTL                             : Batang, 27 Desember 1997
Alamat                        : Jl. RE Martadinata Gg. Kakap No. 3 RT 01/ RW 04
  Ngara’an Karangasem Utara Batang
Hobi                            : Membaca, Menyanyi
Cita-cita                      : Guru
Riwayat Pendidikan   :
1.      TK Aisyah Bustanul Athfal Karangasem Utara Batang
2.      SD Negeri Krangasem 03 Batang
3.      SMP Negeri 2 Batang
4.      SMA Negeri 1 Batang
Motto hidup                : “Berani untuk Mencoba”


[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan, IAIN Pekalongan Press, 2018), hlm.76-77
[2] Hosnan Dipi, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran abad 21, (
[3] Abdul Majid dan Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.70-71
[4] E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 98
[5] Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses- Bagaimana mengaktifkan Siswa belajar?, (Jakarta: PT Gramedia, 1985), hlm.  15
[6] Op. Cit., E Mulyasa, hlm. 99-100
[7] Op. Cit., Conny Semiawan, dkk., hlm. 149
[8] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung:PT  Refika Aditama, 2010), hlm. 6
[9] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 159-160
[10] Op. Cit., E Mulyasa, hlm. 101-103
[11] Op. Cit., Abdul Majid dan Chaerul Rochman, hlm. 124
[12] Op. Cit., Yatim Riyanto, hlm. 144-145
[13] Op. Cit., E Mulyasa, hlm. 95-97
[14] Ibid., E Mulyasa, hlm. 99-100
[15] Op. Cit., Zaenal Mustakim, hlm. 84-85
[16] Ibid., Zaenal Mustakim, hlm. 86

Tidak ada komentar:

Posting Komentar