Laman

new post

zzz

Rabu, 10 Oktober 2018

TT B F1 TUJUAN PENDIDIKAN DIVERSIFIKASI “FUNGSI AL-QUR’AN”


TUJUAN PENDIDIKAN DIVERSIFIKASI
“FUNGSI AL-QUR’AN”
(QS. ALI IMRON, 3: 138)
Dewi Ratna Sekar Sari
NIM. (2117113)
Kelas B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018



KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke-Hadirat Allah swt atas rahmat, taufiq, serta hidayah serta ina yah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikain tugas makalah Tafsir Tarbawi yang berjudul ‘fungsi Al-Quran (QS. Ali-Imran ayat 138). Yang mana mata kuliah Tafsir Tarbawi ini disajikan untuk mahasiswa semester tiga, dan penulis menyusun makalah ini merupakan suatu kewajiban dan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun dosen yang bersangkutan
Perasaan syukur secara khusus ditujukan hanya kepada Allah swt. Yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan berfikir dalam proses penyusunan makalah ini adapun dalam pembuatan makalah ini banyak orang-orang yang terlibat di dalamnya yang membantu proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak terutama untuk Bpk. Muhammad Hufron M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi ini, Terimakasih pula yang tiada terhingga untuk Ibu Bapak ku tercinta yang keduanya tak lelah mendoakan dan  memberikan dorongan moral dan spiritual. Untuk Teman-temanku yang senantiasa mendukung ku.
Semoga makalah ini menjadi amal baik bagi penulisnya, dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian dan dapat memberi pengaruh baik kepada para pembaca.

Pekalongan, 15 Oktober 2018

Penulis







BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Adanya peristiwa peperangan yang terjadi pada zaman kenabian antara kaum muslimin dan musyrikin mengakibatkan kaum muslimin di timpa luka, terbunuh, dan mengalami kekalahan. Mereka mengalami penderitaan jiwa dan fisik. Disini, Al-Qur’an mengembalikan kaum muslimin kepada sunnah Allah atas alam semesta.
Dewasa ini, manusia masih banyak yang salah bahkan tidak dapat memahami kutipan-kutipan peristiwa masa lalu zaman kenabian. Melainkan Al-Qur’an lah yang membawa penerangan sebagai petunjuknya terhadap kutipan peristiwa yang telah jauh berlalu tersebut. Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran padanya, mendapatkan manfaatnya, dan menggapai petunjuknya mereka itulah golongan “muttaqin” ‘orang-orang yang bertakwa’.
Kita meyakini bahwa Al-Qur’an benar-benar mengandung pengetahuan dan petunjuk yang akan mengarahkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Keyakinan tersebut tentu tidak akan ada hasilnya jika kita tidak mempelajari dan mengamalkan pengetahuan serta petunjuk yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itudi dalam makalah ini akan dibahas mengenai Fungsi Al-Qur’an sesuai yang terdapat dalam Qs. Ali Imran:138. Dengan demikian kita akan dapat mencapai sebagian dari tujuan mempelajari Al-Qur’an, yaitu mengetahui, mengakui, membenarkan, mengamalkan, dan berperilaku sesuai ajaran Al-Qur’an, serta mampu mengamalkan pengetahuan dan petunjuk mengenai kisah-kisah terdahulu.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Hakeket Al-Qur’an dalam islam?
2.      Dalil yang bersangkutan dengan fungsi Al-Qur’an
3.      Bagaimana cara supaya bisa mencetak generasi Al-Qur’an di masa sekarang?
C.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui hakekat Al-Qur’an
2.      Untuk mengetahui dalil mengenai fungsi Al-Qur’an
3.      Untuk mengetahui generasi Al-Quran yang dapat ditemui dimasa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Hakekat Al-Quran
Al-Quran secara bahasa berarti “Bacaan” atau “sesuatu yang dibaca   dengan berulang-ulang”. Adapun definiisi Al-quran secara istilah, Muhammad ‘Ali ash-shabuni menulisnya sebagai berikut: “ alquran adalah kalam Allah yang tiadak ada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita scara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas”.
Al-Quran terdiri dari 30 Juz, 114 surah, dimulai dengan surah al-Fatihah dan dititup dengan surah an-Nas. Imam as-Suyuthi mengisyaratkan bilangan surah tersebut sebagai ijma’ulama”.
Adapun keseluruhan ayat-ayatnya berjumlah 6.236 ayat. Ada yang berpendapat, bahwa jumlah ayat Al-Quran itu lebih dari 6.236 ayat. Perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan cara perhitungan semata-mata, bukan karena ada ayat-ayat Al-Quran yang diakui oleh sebagian dan tidak diakui oleh yang lainnya.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan yang di sampaikan kepada kita secara mutawatir (resmi), serta mengandung ajaran-ajaran seperti akidah, akhlak, dan syari’at.
Al-Qur’an adalah petunjuk Sang Pencipta bagi kemaslahatan hamba-Nya dan merupakan syariat langit yang diturunkan bagi penghuni bumi yang berlaku umum dan kekal yang menjamin semua kebutuhan manusia, baik masalah agama, keduniaan, akidah, akhlak, ibadah, maupun muamalah kenegaraan, hukum, ekonomi, politik, perdamaian, peperangan, perjanjian-perjanjian, dan hubungan antarnegara. Berkeneaan dengan semua itu, Al-Qur’an memberikan petunjuk secara benar dan bijaksana, tidak ada cacat, perbedaan, pertentangan, keraguan, dan benturan. Dialah Al-Qur’an, sumber segala sumber yang tidak pilih kasih dan kitab yang paling benar.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan seandainya kebahagiaan yang sebenarnya hanyalah dapat diperoleh dari petunjuk Al-Qur’an dan melaksanakan segala sesuatu yang dibawa olehnya. Begitu pula penyakit jiwa dan penyakit-penyakit kemasyarakatan hanya dapat disembuhkan melalui petunjuk Al-Qur’an. Dengan petunjuknyalah, hati yang telah tersesat dapat memperoleh petunjuk. Dengan petunjuknyaah, mata yang telah mengalami kebutaan dapat melihat kembali. Begitu pula, dengan petunjuknyalah, akal yang telah mengalami kebodohan akan bersinar kembali, sebagaimana halnya juga dunia yang telah mengalami kegelapan pun akan memeperoleh cahaya kembali.
هَذَابَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ
“(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran: 138)

Adapun Fungsi Al-Qur’an sesuai dengan kajian Qs. Ali Imran:138 ini, ialah membawa petunjuk. Yakni petunjuk yang diperlukan dan menjelaskan kebenaran dari kebatilan yang terdapat dalam hal-hal yang tidak menentu yang terjadi dalam kalangan umat manusia sebelum turunnya, terutama yang berkenaan dengan Allah, manusia, dan alam semesta.[1]

B.     Dalil Fungsi Al-Qur’an
ذلِكَا الكِتَبُ لَارَيْبَ فِيْهِ هْدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ ( البقرة )
“Kitab (Al-quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Al-Baqarah, 2:2)
Al-quran telah memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah strategi pertempuran meghadapi musuh, Sampai bagaimana kita mempersiapkan diri dalam hal in,  kita dianjurkan mengetahui hakekat persiapan supaya kita melalngkah dengan kewaspadaan dalam membela hak.
Dengan demikian, kita berjalan di atas Sunnatu’I-Lah dalam meraihnya dan memelihara kelestariannya. Hendaknya kita mengetahui kondidi musuh kita untuk dijadikan pertimbangan antara kekuatan kita dan kekuatan mereka. Apabila kita tidak menempuh jalan-jalan tersebut berarti kita tidak memakai jalan hidayah dann kita termasuk orang-orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman.
Bayan: penjelasan tentang akibat jelek yang mereka lakukan, berupa kebohongan, dan apabila orang yang sudah terlanjur melakukan kejelekan dengan seizing Allah maka orang tersebut akan memperoleh hidayah dari-Nya. Dan Mudhoh berarti penyampaian. Jadi, Al-Quran bersifat menyampaikan yang berguna bagi seluruh umat manusia.[2]
Tafsir-tafsirnya:
a.    Tafsir Al-Maraghi
Penuturan yang telah lalu tersebut merupakan penjelasan tentang keadaan umat manusia, sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang-orang yang bertakwa dari kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin atau kafir, orang yang bertakwa atau fasik.
Dalam hal ini juga merupakan bantahan terhadap perkataan kaum musyrikin dan munafik yang melancarkan tuduhan kepada Nabi saw. Mereka mengatakan bahwa jika Muhammad memang benar-benar seorang utusan, maka pasti mereka tidak akan bisa dikalahkan dalam perang uhud. Hal itu juga mengandung petunjuk dan penjelasan bahwa sunnatullah juga berlaku bagi para nabi dan rasul, sebagaimanan berlaku bagi semua makhluk-Nya.
Sedang penjelasan ini adalah sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi orang-orang yang bertakwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai pelajaran dalam  menghadapi kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami. Berkat petunjuk ini, mereka berjalan lurus sesuai dengan metode yang benar, menjauh dari hal-hal yang mengakibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas akibatnya, yakni membahayakan diri mereka. Orang mukmin sejati ialah orang yang mau mengambil hidayah dari Al-Kitab dan mau menerima penyuluhan nasehat-nasehatnya, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firman-Nya :

“ kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah, 2:2).
Al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah strategi pertempuran menghadapi musuh, sampai bagaimana kita mempersiapkan diri. Dalam hal ini, kita dianjurkan mengetahui hakikat persiapan supaya kita melangkah dengan kewaspadaan dalam membela hak.
Dengan demikian, kita berjalan di atas sunnatullah dalam meraih nya dan memelihara kelestariannya. Hendaknya kita mengetahui kondisi musuh kita untuk dijadikan pertimbangan antara kekuatan kita dan kekuatan mereka. Apabila kita tidak menempuh jalan-jalan tersebut berarti kita tidak memakai jalan hidayah, dan kita termasuk orang-orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman.[3]
b.    Tafsir Al-Azhar
“ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (ayat 138).
Mempelajari sejarah ummat-ummat yang dahulu dan melihat bekasnya dengan melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk, dan pengajaran. Ilmu kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia di dalam alam ini. Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui dua tiga ilmu yang amat penting. Pertama, sejarah; kedua ilmu bekas peninggalan kuno; ketiga ilmu siasat perang; keempat ilmu siasat mengendalikan negara.
Maka ayat yang tengah kita tafsirkan ini berlaku menjadi pedoman untuk selamanya di dalam menilai kenaikan suatu ummat ataupun kejatuhannya bahwasanya kelobaan akan harta dan kemewahan adalah pintu-pintu bagi kekalahan.
Dengan memperhatikan orang memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran bagi orang yang bertakwa. Di sini kita dapat mengetahui lagi betapa luasnya arti takwa. Pokok arti, ialah memelihara(wiqayah). Maksud yang pertama, ialah takwa kepada Allah, memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepadaNya. Tetapi dalam ayat ini ada arti yang lain, yaitu memelihara, menjaga, awas dan waspada. Maka dengan demikian takwa kepada Allah tidaklah cukup sekedar dengan ibadat shalat, berzakat, dan puasa saja. Tetapi termasuk lagi dalam rangka ketakwaan ialah kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh.[4]


c.    Tafsir Ibnu Katsir I
“Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Karena itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (137). Ini adalah penerangan bagi seluruh umat manusia, dan petunjuk serta peringatan bagi orang-orang yang bertakwa(138).”
Allah menghibur hamba-hamba-Nya yang beriman, setelah mereka mendapat musibah dalam Perang Uhud, yaitu terbunuhnya 70 orang muslim, dengan firman-Nya, “sesungguhnya sunnah-sunnah itu telah berlalu sebelum kamu.” Yakni, sunnah seperti ini telah berlaku pula atas para pengikut nabi sebelum kamu. Kemudian kesudahan yang baik bagi kamu dan yang buruk bagi kaum kafir. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “maka berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. Ini merupakan penjelaan bagi manusia. “yakni, Al-Qur’an ini mengandung berita yang jelas ihwal orang-orang terdahulu dalam menghadapi musih-musuh nya. “merupakan petunjuk dan pelajaran.”Yakni, Al-Qur’an ini mengandung berita tentang peristiwa masa lalu, mengandung petunjuk bagi hatimu, dan mengandung pelajaran, yakni mengandung pencegahan dari berbagai perbuatan haram dan dosa. [5]
C.     Generasi Qurani
Konsep pendidikan anak menurut Al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didilk, yaitu  potensi intelektual , jiwa dan jasmani harus dibina secara terpadu dan dengan keselarasan., keserasian, dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya. Hal ini harus pula berimplikasi kepada materi , metode dan lain-lain yang berhubungan dengannya. Sehimhha membentuk suatu system pendidikan yang menyeluruh.
Diskripsi pendidikan anak yang diberikan oleh Alquran Nampak memperlihatkan sosok yang koperhensif, mulai dari aspek-aspek tujuan, materi, metode, , evaluasi dan seterusnya. Namun demikian pada semua aspek pendidikan itu , Alquran Nampak lebih memposisikan dirinya sebagai pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki kawasan yang bersifat teknis.
Generasi qurani adalah generasi yang menjiwai dan mengama;kan Alquran sebagai kitab Allah yang sempurna. Rasulullah pernah bersabda “ sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang sesudahnya, kemudian sesudahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mencetak generasi qurani bisa ditanamkan pada diri anak-anak dengan selalu memberi tahu tentang hal  yayng membawa kebaikan sesaui dengan yang ada pada Alquran dan mengingatkan semua yang dilarang yang tercantum pada alquran. Memberikan arahan baik agar generasi anak sekarang bisa menjadi generasi qurani. Cara mencetak generasi qurani yaitu pertama mereka menjadikan Alquran sebagai rujukan utama dalam beramal. Yang kedua mereka mempelajari Alquran untuk perintah Allah. Dan yang ketiga yaitu mereka masuk islam kemudian meninggalkan semus perbuatan-perbuatan jahiliyah yang bertentangan dengan islam.[6]













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Al-Quran adalah kallam Allah yang diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad yang ditunjukan kepada umatnya sebagai pedoman di dunia maupun di akirat.
            Dalil Al-Qur’an terdapat pada QS. Al-Baqarah yang menjelaskan bahwa alquran ditunjukan sebaga petujuk umat manusia dan juga pintu untuk  memperoleh hidayah agar manusia tidak memperoleh kesesatan.
Generasi Qurani dapat diperoleh dari anak-anak yang bisa cinta terhadap Al-quran dan mau mempelajari, menghafal sekaligus mengamalkannya kepada siapapun.












DAFTAR PUSTAKA

Al-Marighi Mushthafa Ahmad. 1986. Tafsir Al-Marighi. Semarang: Toha Putra Semarang

Al-Qurthubi  Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-Qurthub. Jakarta: Putaka Azzam
Bahreisy, Salim, Said Bahreisy. 1988. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid IV. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Faridl Miftah dan Syihabudin. 1989.  Al-qur’an Sumber Islam Yang Pertama. Bandung: Penerbit Pustaka

Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar juz iv. Jakarta: Pustaka Panjimas
Nurwahidin.2009. Membentuk Generasi Qurani melalui Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Universitas Indonesia











BIODATA
Nama: Dewi Ratna Sekar Sari
Tempat, Tanggal Lahir: Pemalang,  19 Agustus 1999
Alamat: Desa Sidorejo, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang
Riwayat Pendidikan:
a.       SDN 02 Sidorejo
b.      SMP Negeri 1 Comal
c.       SMA Negeri 1 Comal











Lampiran





[1] Miftah Faridl dan Syihabudin, Al-qur’an Sumber Islam Yang Pertam, Bandung: Penerbit Pustaka, 1989
[2] Ahmad Mushthafa Al-Marighi, Tafsir Al-Marighi, (Semarang: Toha Putra Semarang) 1986
[3] Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Putaka Azzam, 2008), hlm.538-539
[4] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar juz iv, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004) hlm.119-123
[5] Bahreisy, Salim, Said Bahreis,.  Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid IV, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1988,  Hlm 308
[6] Nurwahidin, Membentuk Generasi Qurani melalui Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an, Universitas Indonesia, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar