TUJUAN PENDIDIKAN DIVERSIFIKASI
“FUNGSI AL-QUR’AN”
(QS. ALI IMRON, 3: 138)
Dewi Ratna Sekar Sari
NIM. (2117113)
Kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke-Hadirat Allah swt atas rahmat,
taufiq, serta hidayah serta ina yah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikain
tugas makalah Tafsir Tarbawi yang berjudul ‘fungsi Al-Quran (QS. Ali-Imran ayat
138). Yang mana mata kuliah Tafsir Tarbawi ini disajikan untuk mahasiswa
semester tiga, dan penulis menyusun makalah ini merupakan suatu kewajiban dan
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun dosen yang bersangkutan
Perasaan syukur secara khusus ditujukan hanya kepada Allah swt. Yang telah
memberikan kemampuan dan kekuatan berfikir dalam proses penyusunan makalah ini
adapun dalam pembuatan makalah ini banyak orang-orang yang terlibat di dalamnya
yang membantu proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua
pihak terutama untuk Bpk. Muhammad Hufron M.S.I selaku dosen pengampu mata
kuliah Tafsir Tarbawi ini, Terimakasih pula yang tiada terhingga untuk Ibu
Bapak ku tercinta yang keduanya tak lelah mendoakan dan memberikan
dorongan moral dan spiritual. Untuk Teman-temanku yang senantiasa mendukung ku.
Semoga makalah ini menjadi amal baik bagi penulisnya, dan bermanfaat bagi para
pembaca sekalian dan dapat memberi pengaruh baik kepada
para pembaca.
Pekalongan, 15 Oktober 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya peristiwa peperangan yang terjadi pada zaman kenabian antara kaum
muslimin dan musyrikin mengakibatkan kaum muslimin di timpa luka, terbunuh, dan
mengalami kekalahan. Mereka mengalami penderitaan jiwa dan fisik. Disini,
Al-Qur’an mengembalikan kaum muslimin kepada sunnah Allah atas alam semesta.
Dewasa ini, manusia masih banyak yang salah bahkan tidak dapat memahami
kutipan-kutipan peristiwa masa lalu zaman kenabian. Melainkan Al-Qur’an lah
yang membawa penerangan sebagai petunjuknya terhadap kutipan peristiwa yang
telah jauh berlalu tersebut. Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu
saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran padanya,
mendapatkan manfaatnya, dan menggapai petunjuknya mereka itulah golongan
“muttaqin” ‘orang-orang yang bertakwa’.
Kita meyakini bahwa Al-Qur’an benar-benar mengandung pengetahuan dan
petunjuk yang akan mengarahkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia
maupun akhirat. Keyakinan tersebut tentu tidak akan ada hasilnya jika kita
tidak mempelajari dan mengamalkan pengetahuan serta petunjuk yang terdapat di
dalamnya. Oleh karena itudi dalam makalah ini akan dibahas mengenai Fungsi
Al-Qur’an sesuai yang terdapat dalam Qs. Ali Imran:138. Dengan demikian kita
akan dapat mencapai sebagian dari tujuan mempelajari Al-Qur’an, yaitu
mengetahui, mengakui, membenarkan, mengamalkan, dan berperilaku sesuai ajaran
Al-Qur’an, serta mampu mengamalkan pengetahuan dan petunjuk mengenai
kisah-kisah terdahulu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Hakeket Al-Qur’an dalam
islam?
2.
Dalil yang bersangkutan dengan
fungsi Al-Qur’an
3.
Bagaimana cara supaya bisa mencetak
generasi Al-Qur’an di masa sekarang?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui hakekat Al-Qur’an
2.
Untuk mengetahui dalil mengenai
fungsi Al-Qur’an
3.
Untuk mengetahui generasi Al-Quran
yang dapat ditemui dimasa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat
Al-Quran
Al-Quran secara
bahasa berarti “Bacaan” atau “sesuatu yang dibaca dengan berulang-ulang”. Adapun definiisi Al-quran
secara istilah, Muhammad ‘Ali ash-shabuni menulisnya sebagai berikut: “ alquran
adalah kalam Allah yang tiadak ada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara malaikat Jibril dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita scara
mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang
dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas”.
Al-Quran
terdiri dari 30 Juz, 114 surah, dimulai dengan surah al-Fatihah dan dititup
dengan surah an-Nas. Imam as-Suyuthi mengisyaratkan bilangan surah tersebut
sebagai ijma’ulama”.
Adapun
keseluruhan ayat-ayatnya berjumlah 6.236 ayat. Ada yang berpendapat, bahwa
jumlah ayat Al-Quran itu lebih dari 6.236 ayat. Perbedaan tersebut disebabkan
karena perbedaan cara perhitungan semata-mata, bukan karena ada ayat-ayat
Al-Quran yang diakui oleh sebagian dan tidak diakui oleh yang lainnya.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW
dan yang di sampaikan kepada kita secara mutawatir (resmi), serta mengandung
ajaran-ajaran seperti akidah, akhlak, dan syari’at.
Al-Qur’an adalah petunjuk Sang Pencipta bagi kemaslahatan hamba-Nya dan
merupakan syariat langit yang diturunkan bagi penghuni bumi yang berlaku umum
dan kekal yang menjamin semua kebutuhan manusia, baik masalah agama, keduniaan,
akidah, akhlak, ibadah, maupun muamalah kenegaraan, hukum, ekonomi, politik,
perdamaian, peperangan, perjanjian-perjanjian, dan hubungan antarnegara.
Berkeneaan dengan semua itu, Al-Qur’an memberikan petunjuk secara benar dan
bijaksana, tidak ada cacat, perbedaan, pertentangan, keraguan, dan benturan. Dialah Al-Qur’an, sumber segala sumber yang
tidak pilih kasih dan kitab yang paling benar.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan seandainya kebahagiaan yang
sebenarnya hanyalah dapat diperoleh dari petunjuk Al-Qur’an dan melaksanakan
segala sesuatu yang dibawa olehnya. Begitu pula penyakit jiwa dan
penyakit-penyakit kemasyarakatan hanya dapat disembuhkan melalui petunjuk
Al-Qur’an. Dengan petunjuknyalah, hati yang telah tersesat dapat memperoleh
petunjuk. Dengan petunjuknyaah, mata yang telah mengalami kebutaan dapat
melihat kembali. Begitu pula, dengan petunjuknyalah, akal yang telah mengalami
kebodohan akan bersinar kembali, sebagaimana halnya juga dunia yang telah
mengalami kegelapan pun akan memeperoleh cahaya kembali.
هَذَابَيَانٌ لِّلنَّاسِ
وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ
“(Al-Qur’an) ini
adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran: 138)
Adapun Fungsi Al-Qur’an sesuai dengan kajian Qs. Ali Imran:138 ini, ialah
membawa petunjuk. Yakni petunjuk yang diperlukan dan menjelaskan kebenaran dari
kebatilan yang terdapat dalam hal-hal yang tidak menentu yang terjadi dalam
kalangan umat manusia sebelum turunnya, terutama yang berkenaan dengan Allah,
manusia, dan alam semesta.[1]
B.
Dalil Fungsi
Al-Qur’an
ذلِكَا الكِتَبُ لَارَيْبَ فِيْهِ هْدًى
لِّلْمُتَّقِيْنَ ( البقرة )
“Kitab (Al-quran)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
(Al-Baqarah, 2:2)
Al-quran telah memberikan petunjuk kepada kita
tentang masalah-masalah strategi pertempuran meghadapi musuh, Sampai bagaimana
kita mempersiapkan diri dalam hal in,
kita dianjurkan mengetahui hakekat persiapan supaya kita melalngkah
dengan kewaspadaan dalam membela hak.
Dengan demikian, kita berjalan di atas
Sunnatu’I-Lah dalam meraihnya dan memelihara kelestariannya. Hendaknya kita
mengetahui kondidi musuh kita untuk dijadikan pertimbangan antara kekuatan kita
dan kekuatan mereka. Apabila kita tidak menempuh jalan-jalan tersebut berarti
kita tidak memakai jalan hidayah dann kita termasuk orang-orang yang tidak mau
mengambil pelajaran dari pengalaman.
Bayan: penjelasan tentang akibat jelek yang
mereka lakukan, berupa kebohongan, dan apabila orang yang sudah terlanjur
melakukan kejelekan dengan seizing Allah maka orang tersebut akan memperoleh
hidayah dari-Nya. Dan Mudhoh berarti penyampaian. Jadi, Al-Quran bersifat
menyampaikan yang berguna bagi seluruh umat manusia.[2]
Tafsir-tafsirnya:
a.
Tafsir Al-Maraghi
Penuturan yang telah lalu tersebut merupakan penjelasan tentang keadaan umat
manusia, sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang-orang yang bertakwa
dari kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan
merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin atau kafir, orang yang bertakwa
atau fasik.
Dalam hal ini juga merupakan bantahan terhadap perkataan kaum musyrikin dan
munafik yang melancarkan tuduhan kepada Nabi saw. Mereka mengatakan bahwa jika
Muhammad memang benar-benar seorang utusan, maka pasti mereka tidak akan bisa
dikalahkan dalam perang uhud. Hal itu juga mengandung petunjuk dan penjelasan
bahwa sunnatullah juga berlaku bagi para nabi dan rasul, sebagaimanan berlaku
bagi semua makhluk-Nya.
Sedang penjelasan ini adalah sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi
orang-orang yang bertakwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk
dengan kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai
pelajaran dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami. Berkat petunjuk
ini, mereka berjalan lurus sesuai dengan metode yang benar, menjauh dari
hal-hal yang mengakibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas akibatnya, yakni
membahayakan diri mereka. Orang mukmin sejati ialah orang yang mau mengambil
hidayah dari Al-Kitab dan mau menerima penyuluhan nasehat-nasehatnya, sebagaimana
yang telah diungkapkan oleh firman-Nya :
“ kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertakwa.” (Al-Baqarah, 2:2).
Al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah
strategi pertempuran menghadapi musuh, sampai bagaimana kita mempersiapkan
diri. Dalam hal ini, kita dianjurkan mengetahui hakikat persiapan supaya kita
melangkah dengan kewaspadaan dalam membela hak.
Dengan demikian, kita berjalan di atas sunnatullah dalam meraih nya dan
memelihara kelestariannya. Hendaknya kita mengetahui kondisi musuh kita untuk
dijadikan pertimbangan antara kekuatan kita dan kekuatan mereka. Apabila kita
tidak menempuh jalan-jalan tersebut berarti kita tidak memakai jalan hidayah,
dan kita termasuk orang-orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari
pengalaman.[3]
b.
Tafsir Al-Azhar
“ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” (ayat 138).
Mempelajari sejarah ummat-ummat yang dahulu dan melihat bekasnya dengan
melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk, dan
pengajaran. Ilmu kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia di
dalam alam ini. Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui dua tiga
ilmu yang amat penting. Pertama, sejarah; kedua ilmu bekas peninggalan kuno;
ketiga ilmu siasat perang; keempat ilmu siasat mengendalikan negara.
Maka ayat yang tengah kita tafsirkan ini berlaku menjadi pedoman untuk
selamanya di dalam menilai kenaikan suatu ummat ataupun kejatuhannya bahwasanya
kelobaan akan harta dan kemewahan adalah pintu-pintu bagi kekalahan.
Dengan memperhatikan orang memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran
bagi orang yang bertakwa. Di sini kita dapat mengetahui lagi betapa luasnya
arti takwa. Pokok arti, ialah memelihara(wiqayah). Maksud yang pertama, ialah
takwa kepada Allah, memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepadaNya.
Tetapi dalam ayat ini ada arti yang lain, yaitu memelihara, menjaga, awas dan
waspada. Maka dengan demikian takwa kepada Allah tidaklah cukup sekedar dengan
ibadat shalat, berzakat, dan puasa saja. Tetapi termasuk lagi dalam rangka
ketakwaan ialah kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh.[4]
c. Tafsir Ibnu Katsir I
“Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Karena itu,
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang
yang mendustakan (137). Ini adalah penerangan bagi seluruh umat manusia, dan
petunjuk serta peringatan bagi orang-orang yang bertakwa(138).”
Allah menghibur hamba-hamba-Nya yang beriman, setelah mereka mendapat
musibah dalam Perang Uhud, yaitu terbunuhnya 70 orang muslim, dengan
firman-Nya, “sesungguhnya sunnah-sunnah itu telah berlalu sebelum kamu.” Yakni,
sunnah seperti ini telah berlaku pula atas para pengikut nabi sebelum kamu.
Kemudian kesudahan yang baik bagi kamu dan yang buruk bagi kaum kafir. Oleh
karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “maka berjalanlah di muka bumi, lalu
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. Ini
merupakan penjelaan bagi manusia. “yakni, Al-Qur’an ini mengandung berita yang
jelas ihwal orang-orang terdahulu dalam menghadapi musih-musuh nya. “merupakan
petunjuk dan pelajaran.”Yakni, Al-Qur’an ini mengandung berita tentang
peristiwa masa lalu, mengandung petunjuk bagi hatimu, dan mengandung pelajaran,
yakni mengandung pencegahan dari berbagai perbuatan haram dan dosa. [5]
C.
Generasi Qurani
Konsep pendidikan anak menurut Al-Qur’an
diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya
mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didilk, yaitu potensi intelektual , jiwa dan jasmani harus
dibina secara terpadu dan dengan keselarasan., keserasian, dan keseimbangan
yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya. Hal ini harus pula berimplikasi
kepada materi , metode dan lain-lain yang berhubungan dengannya. Sehimhha
membentuk suatu system pendidikan yang menyeluruh.
Diskripsi pendidikan anak yang diberikan
oleh Alquran Nampak memperlihatkan sosok yang koperhensif, mulai dari
aspek-aspek tujuan, materi, metode, , evaluasi dan seterusnya. Namun demikian
pada semua aspek pendidikan itu , Alquran Nampak lebih memposisikan dirinya sebagai
pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki kawasan yang bersifat teknis.
Generasi qurani adalah generasi yang
menjiwai dan mengama;kan Alquran sebagai kitab Allah yang sempurna. Rasulullah
pernah bersabda “ sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian
orang-orang sesudahnya, kemudian sesudahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mencetak generasi qurani bisa
ditanamkan pada diri anak-anak dengan selalu memberi tahu tentang hal yayng membawa kebaikan sesaui dengan yang ada
pada Alquran dan mengingatkan semua yang dilarang yang tercantum pada alquran.
Memberikan arahan baik agar generasi anak sekarang bisa menjadi generasi
qurani. Cara mencetak generasi qurani yaitu pertama mereka menjadikan Alquran
sebagai rujukan utama dalam beramal. Yang kedua mereka mempelajari Alquran untuk
perintah Allah. Dan yang ketiga yaitu mereka masuk islam kemudian meninggalkan
semus perbuatan-perbuatan jahiliyah yang bertentangan dengan islam.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-Quran adalah
kallam Allah yang diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad yang
ditunjukan kepada umatnya sebagai pedoman di dunia maupun di akirat.
Dalil Al-Qur’an
terdapat pada QS. Al-Baqarah yang menjelaskan bahwa alquran ditunjukan sebaga
petujuk umat manusia dan juga pintu untuk
memperoleh hidayah agar manusia tidak memperoleh kesesatan.
Generasi Qurani
dapat diperoleh dari anak-anak yang bisa cinta terhadap Al-quran dan mau
mempelajari, menghafal sekaligus mengamalkannya kepada siapapun.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Marighi
Mushthafa Ahmad. 1986. Tafsir Al-Marighi. Semarang: Toha Putra Semarang
Al-Qurthubi Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-Qurthub. Jakarta: Putaka Azzam
Bahreisy, Salim, Said Bahreisy. 1988. Terjemahan Singkat Tafsir
Ibnu Katsier Jilid IV. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Faridl Miftah dan Syihabudin. 1989. Al-qur’an Sumber Islam Yang Pertama. Bandung:
Penerbit Pustaka
Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar juz iv. Jakarta: Pustaka Panjimas
Nurwahidin.2009. Membentuk Generasi Qurani melalui
Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Universitas Indonesia
BIODATA
Nama: Dewi
Ratna Sekar Sari
Tempat,
Tanggal Lahir: Pemalang, 19 Agustus 1999
Alamat: Desa
Sidorejo, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang
Riwayat
Pendidikan:
a.
SDN 02 Sidorejo
b.
SMP Negeri 1 Comal
c.
SMA Negeri 1 Comal
Lampiran
[1]
Miftah Faridl dan Syihabudin, Al-qur’an Sumber Islam Yang Pertam, Bandung:
Penerbit Pustaka, 1989
[2]
Ahmad Mushthafa Al-Marighi, Tafsir Al-Marighi, (Semarang: Toha Putra
Semarang) 1986
[5] Bahreisy, Salim, Said Bahreis,. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid
IV, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1988,
Hlm 308
[6] Nurwahidin, Membentuk Generasi Qurani
melalui Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an, Universitas Indonesia, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar